Share

(3) Mine

Ketegangan terjadi beberapa saat. Padangan mata Louise seakan membunuh. Ia menangkup kedua tangan Virgi keatas. Satu tangannya lagi mengusap tipis bibir Virgi lembut.

''Bagaimana?'' Tanya Louise sekali lagi, keheningan terpecah.

''A-aku. Ga! Ga mau!'' Teriak Virgi gugup.

''Tidak. Tidak ada yang bisa menolak kemauan ku. Jika aku ingin, pasti aku akan mendapatkannya.'' Bantah Louise dengan suara tenang.

''Bermimpilah! Aku bukan wanita murahan,'' Celetuk Virgi

Louise menciutkan alisnya. Keningnya pun ikut berkerut. Pandangan mata nya lebih tajam lagi. Kesabaran dalam dirinya sudah habis.

''Rayen! Kembali ke rumah!'' Titah Louise, suaranya begitu menggelegar. Membuat Virgi amat ketakutan.

Louise tak menghiraukan decitan sakit yang keluar dari mulut Virgi, sepanjang jalan Ia hanya mencengkeram kedua tangan Virgi erat. Hasrat nya tak tertahan lagi, Ia ingin menghabiskan wanita ini. Atau... Mencabik-cabik kulitnya.

***

Setibanya di rumah, ia menghentak kan kaki di ubin berlapis karpet abu-abu itu. Tangannya masih erat mencengkeram Virgi. Bergegas ia mengunci pintu kamar dan menutup seluruh gorden pada kamar yang luas itu.

''Hentikan!''

''Sayangnya tidak bisa.''

Badan Virgi terpental di ranjang empuk tersebut. Disusul oleh Louise yang perlahan membuka kancing kemejanya. Tubuhnya menunduk melingkupi seluruh tubuh Virgi. Sementara, bahu Virgi keram menahan rasa geli dan merinding saat Louise mulai bermain diatasnya.

Sekejap, Louise berhenti. Ia memandang mata Biru dingin milik Virgi. ''Milikku!''

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu terdengar nyaring di telinga keduanya. Louise pun langsung menghentikan aktivitas itu.

''Tuan! Ada kericuhan di depan gedung perusahaan HR!'' Suara Rayen terdengar panik dari sebalik pintu.

Mata Virgi kembali berbinar, berharap panggilan itu akan melepaskan dirinya dari orang jahat ini.

''Dasar b*doh. tidak mengerti situasi nya sedang gimana.'' Gumam Louise kesal. Ia berdecak kesal.

Tubuh Louise melompat dari atas kasur, bak seekor kupu-kupu yang terlepas. Begitu indah! Ia kembali mengenakan kemeja nya perlahan, kemeja putih itu berkobar sebelum menyatu dengan badannya.

''Sebentar!'' Teriak Louise kesal

Tampilannya agak berantakan, dengan kemeja bagian bawah yang menjuntai keluar. Rambutnya sedikit acak-acakan. Sementara Virgi masih senggugukan diatas ranjang.

''Ini belum berakhir.'' Ucap Louise sambil menangkup dagu Virgi yang terlihat berbinar. Ia memiringkan bibir nya dengan tatapan sinis.

Louise melangkah keluar, menatap Rayen yang kelihatan panik. Ia mengernyit meminta penjelasan singkat dari Rayen.

''Tuan, kericuhan ini terjadi karna harga pemasaran produk yang terlalu tinggi. Mereka minta untuk menurunkan harga.'' Jelas Rayen dengan suara tenang, walau wajah nya kelihatan gelisah.

''Aku akan pergi kesana. dasar manusia b*doh. Ingin mendapatkan kualitas tinggi, dengan harga murah? Lelucon macam apa itu.''

Sementara Virgi sangat ketakutan. Apakah perkataan Louise adalah ancaman?

Tubuhnya mulai lemas, pandangan nya sayu. Virgi juga tak banyak bicara sebelumnya. Ia merasakan panas yang luar biasa dalam dirinya. Perlahan, pandangannya mulai redup. matanya pun terpejam.

Beberapa jam berlalu, Louise datang dengan hasrat yang memuncak. Bagaikan singa yang sudah bersiap menyantap mangsanya. Betapa terkejutnya dia, saat mendapati Virgi yang terbaring lemah. Badannya panas seperti termos yang baru mendidih.

''Dia demam..''

Sepersekian detik, Louise kembali dengan sebuah kunci mobil. Ia mengangkat tubuh Virgi perlahan, meletakkannya erat di dekapan dada bidang miliknya.

''Enggmm...'' Virgi mengerang kesakitan, matanya enggan terbuka.

Rayen yang melihatnya pun berinisiatif membantu Louise. Ia melajukan mobil menuju Rumkit utama kota S.

Rayen memang selalu bisa diandalkan, Ia adalah tangan kanan Louise.

''Ini akan membutuhkan waktu lama. Gunakan jalan pintas saja.'' Ucap Louise dengan tenang. Namun hatinya sangat panik melihat Virgi yang sudah tak sadarkan diri.

''Tentu.'' Jawab Rayen dengan sigap

Virgi dilarikan ke UGD Rumkit kota S. Tepat dimana Victor bekerja.

1 Jam berlalu, Virgi mulai membuka matanya perlahan. Remang-remang cahaya lampu begitu menusuk bola matanya. Sementara disisi nya terlihat Louise dengan wajah penuh penantian.

''Virgi..'' Gumam Louise

''Dasar br*ngsek!'' Celetuk Virgi. Louise pikir, Virgi akan mengucapkan terima kasih atau tindakan kasih sayang karna sudah menolongnya. Namun, nyata nya tidak.

Virgi yang kesal kembali menutup matanya paksa dan mulai terlelap.

***

Aktivitas pagi hari di rumah sakit kembali dimulai, tampak Louise yang setia menjaga disisinya. Semalaman ia tak tidur demi menjaga Virgi. Namun Virgi tak terlihat luluh oleh aksinya.

''Apa ini ruang ekslusif VIP?'' Virgi menaruh tapapan ke sekitar, ruangan ini sangat luas. Sebelumnya, ia juga sering dirawat di rumah sakit. Tapi dengan ruangan kelas bawah. Dulu, kedua orangtuanya bukan lah orang mampu.

''Ada apa?'' Tanya Louise penasaran. karna sejak Virgi terbangun, Ia hanya menatap kagum ruangan itu. Padahal, Louise hanya berharap ucapan terima kasih keluar dari mulut Virgi.

Sementara, di bagian ruang administrasi tampak beberapa dokter sedang berbincang sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing. Diantaranya, ada Victor.

''Hei, Vic. Kemarin sore, seorang wanita dilarikan ke ruang UGD dan masih dirawat disini. Kalau tidak salah, namanya adalah Virgi. Aku pikir, dia adalah gadis manis yang sering kau ceritakan.'' Seorang dokter Anastesi menyenggol sikut Victor yang tengah melamun disudut dinding.

Mendengar itu, lamunan Victor langsung buyar. Ia langsung khawatir dengan kondisi Virgi. Karna memang, Virgi menghilang tanpa jejak dan meninggalkan rumahnya sejak 2 hari yang lalu.

''Sekarang, dia dimana?'' Tanya Victor panik

''Kalau tidak salah, ada di ruang Ekslusif VIP.'' Jawab temannya singkat.

Victor seakan tak percaya dengan jawaban itu. Bagaimana mungkin, Virgi gadis biasa bisa dirawat di ruang Ekslusif seperti itu? Mungkin yang dimaksud bukan Virgi gadisnya.

Victor menaikkan alisnya satu, dan mengusap dagunya berulang kali.

''Em, aku ingin melihatnya.''

Niat Victor diurung, saat tangan besar itu mencegatnya.

''Pagi ini ada jadwal operasi. Bersiaplah, urusan teman mu bisa nanti siang.''

Suara itu membuat Victor menundukkan kepalanya, wajahnya tertahan. Kekhawatiran dalam dirinya sangat membludak.

***

''Makan siang untuk mu.'' Kata Louise dengan suara berat. Ia meletakkan bekal makanan khusus untuk Virgi.

Virgi kelihatan acuh, membuang mukanya dari hadapan Louise. Sebisa mungkin ia menghindar.

''Letakkan saja disitu. akan ku makan nanti sore.''

''Ini makan siang! Bukan sore! Cepat habiskan.'' Nada suara menggelegar itu kembali terdengar. Virgi hanya menunduk dalam dan mengangguk menjawabnya.

Louise mengambil sendok makan yang berbahan plastik itu. Perlahan menangkup sebuah bubur, dan melahap di mulutnya. Namun ia tahan.

''Aneh, katanya tadi ingin memberikannya padaku. Tapi sekarang, dia malah memakannya.'' Gerutu Virgi dalam hatinya.

Louise mencengkeram dagu Virgi hingga wajahnya terangkat, keduanya saling bertatapan. Tampak, mulut Louise yang penuh. Ia memindahkan bubur dari mulutnya ke satu mulut Virgi dengan sebuah ciuman. Virgi yang terkejut melihat tindakan Louise hanya bisa terpaku.

''Buburnya enak 'kan?'' Louise berbisik sembari menghela nafas hangat tepat ditelinga Virgi.

Virgi belum menelan bubur nya. Ia hanya terdiam dengan pandangan kosong. namun jantungnya berdebar kencang. Di sela itu juga terdengar seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.

''Permisi...'' Terdengar suara Victor lirih.

Tentu saja, Virgi amat sangat terkejut mendengar suara itu. Ia baru ingat, kalau Victor juga bekerja disini.

''Aku harus bagaimana?! jangan sampai Victor tahu lelaki ini'' Batin Virgi panik.

''Masuk!''

Knop pintu hampir terputar. Disaat bersamaan, Virgi loncat ke badan bidang Louise yang tengah berdiri tegap. Kakinya melingkar di pinggang Louise. Tangannya menjuntai di leher Pria itu.

Segera Virgi menelan bubur yang di berikan Louise. Melihat kejadian itu, Victor sangat terkejut.

''Virgi!'' Sentak Victor saat mendapati Virgi yang tengah bermesraan dengan seorang Pria. Walau tangannya masih tertancap infus.

''Kakak?''

Melihat kejadian itu, lantas Louise bingung. Namun sepertinya kedua orang ini saling mengenali, pikir Louise.

''Gadis ini benar-benar menarik. Aku akan mengikuti alur permainannya.'' Louise membatin.

''Siapa pria itu?''

''Oh, pria ini... Dia, dia... Dia adalah suamiku!'' Tanpa berfikir panjang, kebohongan itu keluar dari mulut Virgi.

''Kau menghilang dua hari. Dan sekarang, telah menikah?'' Hati Victor benar-benar hancur.

Rasanya ada perasaan bersalah dalam benak Virgi. Namun Virgi juga ingin Victor merasakan, apa yang dirasakan Virgi sebelumnya.

''Selamat memulai hidup baru.'' Ucapnya singkat, ia membalikkan badannya. Menggigit bibirnya erat, mengepal telapak tangannya hingga memerah. Belum sempat ia melihat sosok suami Virgi, karna tertutup oleh dada Virgi sendiri.

Ia kembali dengan segala luka dalam hatinya.

--

''Lepaskan.'' Celetuk Louise kesal, ia sama sekali tak berniat untuk menopang tubuh gadis itu.

''Maafkan aku...'' Ucap Virgi dengan nada suara yang gemulai.

Louise langsung membulatkan kedua bola matanya. Bola mata coklatnya berbinar mendengar ucapan Virgi barusan. Ia melepaskan Virgi perlahan dari pelukannya. Dan meletakkannya di ranjang.

''Kau menggoda ku?''

Virgi menggeleng kuat.

''Untuk apa kamu menempelkan dada tepos itu kewajah ku?'' Louise mengernyit. Tatapannya mematikan, namun seluruh wajahnya tampak memerah. Ia menyentuh dada kecil itu perlahan.

''Bukan! bukan itu maksud ku!'' Virgi memberontak

.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status