Share

(5) Bath

''Tenang. Aku tidak akan membuat mu pingsan, aku masih sadar kalau kondisi mu sedang tidak baik.'' Ucap nya dengan tenang.

Mata pria itu melirik penuh kharisma. Virgi hampir terhanyut di dalamnya. Ia masih saja terdiam.

Louise perlahan membuka kemeja yang dikenakan Virgi, ia sudah berjanji tidak akan berbuat lebih kepadanya. Kini, tubuh polos itu terendam di air. Ujung-ujung rambutnya basah terendam di dalam bath tub. Sedangkan rambut atasnya masih kering.

Louise melepaskan jas nya dengan elegan. Ia biarkan jas yang sudah rapi itu tergeletak di lantai. Kaki nya mulai masuk kedalam bath tub. Kini Virgi tengah meringkuk membelakangi Louise.

''Bagaimana kemeja mu? Bagaimana kalau basah...'' Tanya nya lirih tanpa menatap wajah Louise.

''Ini sudah basah kan?'' Louise membuka kedua kakinya. Ia membiarkan Virgi duduk di kedua jenjang kaki berotot miliknya. Kakinya begitu kokoh menekuk di pinggir tubuh Virgi.

Kakinya menyembul di atas air. Sementara Louise, kemeja putih yang dikenakannya basah total. Dada nya tampak menembus. Virgi tetap mencoba menguasai dirinya. Gumpalan busa mulai terlihat, dan air hangat menjadi selimut tubuh mereka.

Louise mulai mengguyur air perlahan dari tangannya ke bahu Virgi yang sedari tadi hanya melengkung. Berulang kali ia lakukan itu, hingga bahunya mengkilap dan licin karna sabun. Setelah di rasa cukup, ia kembali membilas punggung Virgi. Menggosok badannya seperti memandikan anak balita. Tubuhnya memang masih mungil.

Hanya gemercik air yang terdengar. Louise ikut bergema didalamnya. Kamar mandi pribadi itu terasa luas dan sunyi. Maksudnya, penuh ketenangan. Gerakan Virgi di dalam air pun terdengar jelas.

Baru beberapa hari mereka di pertemukan dengan tidak sengaja. Tepat disaat Virgi terpuruk, kini pria itu memperlakukannya dengan lembut. Namun sifatnya masih susah di tebak.

''Kau berbeda dengan gadis yang lainnya...'' Louise menarik garis bibir nya sedikit. Ia tersenyum tipis. Virgi tak heran dengan perkatannya. Dia Milyarder, bukan, lebih tepatnya bangsawan. Tak sulit baginya untuk menyewa seorang wanita sepertinya, pikir Virgi.

''Br*ngsek.'' Celetuk Virgi dalam hatinya. Ia memasang senyum kecut.

Louise memajukan wajahnya hingga tepat disamping Virgi. Badan kekar penuh bekas luka itu terasa bergelombang menyentuh punggung Virgi.

''Kedepannya. Apa kamu mau menjadi partner ku?'' Suara bisikan itu terdengar jelas ditelinga Virgi.

''Partner?'' Tanya Virgi dengan tatapan berbalik.

''Yap. Aku bisa memakai mu kapan saja. Aku akan membayar lebih untuk itu.'' Jelasnya singkat, up to the point.

''Bagaimana? Kenapa kamu tidak menjawab? apa kamu sakit lagi?'' Belum sempat Virgi menjawab, pria itu sudah bertanya balik.

Virgi enggan menjawab, ia hanya membatu. Dipendam wajah kekesalannya itu kedalam bath tub. Cukup lama ia di dalam sana, hingga Louise sendiri yang turun tangan untuk mengangkat kepala itu dari dalam air.

''Kamu mau mati? Atau pdkt sama malaikat maut?'' Gurau nya dibarengi tawa kecil.

''Aku tidak bercanda. Lebih baik aku mati, daripada bertemu iblis seperti mu.'' Celetuk Virgi, ia blak-blakan dihadapan pria itu. Iris matanya terlihat tajam.

Kini Louise yang tertunduk dalam. Lagi-lagi pandangan mata kesepian itu terpancar dalam diri Louise.

''Kau pikir aku wanita seperti apa?!'' Virgi menggertak di hadapannya. Air itu terasa bergetar. Iris mata Virgi tampak berkaca membendung cairan kristal itu lagi.

''Aku muak.'' Ucap Louise singkat, ia mengangkat dirinya dari dalam air. Seluruh tubuhnya terasa tembus pandang. Otot badan yang dimilikinya tercuat semua.

Ia melangkah keluar kamar mandi. Dengan rintikan air dari setiap sisi kemejanya. Lantai kamarnya pun ikut basah.

Sepersekian detik, Akhirnya Virgi keluar dari kamar mandi dengan baju rumah yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

''Kau sudah selesai?'' Tanya Louise dengan tatapan siap menghakimi. Dia sudah rapi mengenakan kemeja yang sama, tentunya juga jas dengan warna yang sama seperti sebelumnya.

''Kau mau apa sekarang!''

''Aku ingin kamu tetap tinggal disini. TETAP TINGGAL.'' Nada bicaranya mulai kasar. Ia melangkah kehadapan Virgi dengan tangan yang diselipkan di saku celana panjang itu.

''Kau mengerti?'' Tangan satunya lagi ikut mencengkeram dagu Virgi, ia mengangkat wajah gadis itu hingga keduanya saling bertatapan.

Nafas Virgi terdengar tidak beraturan. Wajah mereka hanya berjarak 1 CM. Terbesit di pikiran Louise gadis manis yang tengah berhadapan dengannya saat ini. Tubuh mungil yang manis, tatapan manis dengan senyum tipis, bibir kecil tipis. dengan mata biru yang berbinar. Semuanya mengalihkan dunia Louise.

Begitu juga yang terbesit dipikiran Virgi. Louise adalah lelaki yang paling seksi, kaya, dan tampan yang pernah Virgi temui dihidupnya. Namun tetap saja, perlakuan dan sifatnya membuat Virgi muak. Ia memperlakukannya seolah wanita yang tak punya harga diri.

''Aku tidak ingin membuang tenaga ku hanya untuk mencarimu. Jadilah anjing yang patuh pada tuannya. Aku akan memberikan mu segalanya. Kecuali kebebasan.'' Ia mengulurkan tangannya hingga mencengkeram bahu Virgi. Kuku-kuku panjang itu terasa menusuk kulitnya. Tatapan mata coklat gelap itu seakan menikam dirinya.

''Dasar gila! Kau lelaki gila yang pernah ku temui dalam hidup ku!'' Ia memberontak di hadapan Louise. Kesabaran Louise habis tak tersisa saat mendengar perkataan Virgi.

''Anjing yang nakal!'' Tangannya mencengkeram Virgi erat, Ia menuntun langkah Virgi menuju sebuah ruangan yang tampaknya sudah tidak terpakai lagi.

BRUUUK

Badannya terhempas jatuh ke sebuah ruangan kosong, berlapis cat putih dengan keramik.

''Aku akan bekerja. Patuhlah.'' Louise menarik pintu hingga tertutup. Virgi hanya terisak melihat kejadian ini. Pria ini sangat kejam, tak seharusnya ia melakukan kesalahan pada hari itu.

''Apa hak mu mengambil kebebasan ku?'' Ia hampir menangis, namun hatinya tersentak melawan. Ruangan itu sangat gelap, untung saja ventilasi udaranya masih berfungsi.

Virgi hanya meringkuk di ujung sudut ruangan itu, tangannya ia kepal hingga pucat. Tak ada makanan yang masuk kedalam lambungnya sejak kemarin malam.

''Nona, Ini makanannya.'' Suara wanita lembut terdengar dari sebalik pintu. Mengetahui pintu itu tak terkunci, ia langsung membukanya perlahan. Ia memandang wajah Virgi kasihan. Begitu lusuh dan pucat, sangat tak berdaya. Malang nasibnya, terjerat di penjara cinta Louise.

''Aku tidak butuh, kembali lah.'' Jawab Virgi singkat. Melihat pintu itu terbuka, terlintas satu ide dalam benaknya.

Ia langsung bangkit dan berlari menggapai pintu yang masih terbuka lebar itu.

''Nona!'' Panggil pembantu rumah tersebut.

''Menjauh dariku! Biarkan aku pergi, jika tidak. Aku akan melompat dari atas sini.'' Ancaman Virgi membuat wanita itu tak berdaya. Jari telunjuknya menunjuk ke arah jendela yang terbuka setengah.

''Nona!'' Sentak wanita itu kembali.

''Aku tak peduli. Jauhi aku atau...'' Virgi kembali mengambil langkah. Membuat wanita itu pasrah, daripada mati. Lebih baik membebaskannya, toh Tuan Louise akan mencarinya kembali.

Pembantu rumah tersebut menghela nafas panjang. Yang membuat Virgi yakin dengan pikirannya. Ia akhirnya berlari keluar kamar. Semua pembantu yang ada di dalam rumah itu terkejut melihat aksi Virgi.

''Selamat tinggal semuanya!'' Ejek Virgi

''Tangkap dia! Kenapa malah bengong!'' Salah seorang pembantu berteriak. Suasana menjadi ricuh, sementara Virgi sudah tiba di ambang pintu.

''Biarin aja. Cape ngejarnya, jangan membuang tenaga. Lebih baik kita bekerja.''

***

Virgi tiba di apartemen miliknya, ia menghela nafas lega terlebih dahulu sebelum membuka knop pintunya.

''Semoga ia tidak ada di dalam. Jangan sampai.''

Bukannya mendapati Louise di dalam sana, Virgi lebih tercengang saat melihat se isi apartemennya kosong melompong tanpa satupun barang, bahkan tempat itu kelihatan terbengkalai.

''Kemana semuanya? Apa aku lupa bayar uang bulanannya?'' Tanya nya panik

''Kau memang anjing nakal ya.'' Suara itu lebih mengejutkan lagi. Seorang pria bermata dingin keluar dari sebalik dinding ruangan itu.

''Kau ingin semuanya kembali?'' Louise bertanya tanpa jawaban dari Virgi sebelumnya.

Tap Tap Tap

Langkah kakinya bergema di atas lantai. Ia melangkah kehadapan Virgi, sementara Virgi masih terus mencoba memundurkan langkahnya. Kakinya tertahan saat sudah menatap dinding. Ia tak bisa kabur lagi. Kini badan tegap itu menghadap dirinya dengan tatapan menikam.

''Bekerjalah di Perusahaan HY.S milikku, maksudnya milik keluarga ku. Aku akan mengembalikan semua barang-barang mu. Aku tahu, semua barang ini memiliki kenangan penting. Memohon lah padaku....'' Jelasnya dengan panjang.

*

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status