Share

(8) Anika

Virgi membuka matanya perlahan, terlihat remang remang cahaya lampu menembus bola matanya. Bayangan seorang pria yang samar samar ikut terekam dalam matanya.

''Kau sudah sadar?'' Louise mencium punggung tangan Virgi. Bola mata gelapnya memancarkan aura kekhawatiran yang dalam.

''Aku dimana?'' Virgi bertanya balik.

Louise sedikit mendekat ke wajahnya, dan berbisik tepat ditelinga Virgi.

''Kau dikamar ku. dan ini di atas ranjang ku,'' Bisik Louise sedikit menggoda.

Virgi hanya memutarkan kedua bola matanya, sambil memutar otaknya kilas balik pada kejadian tadi. Sungguh, nyawanya sedikit lagi melayang karna terperosok ke masalah yang seharusnya tidak ia ikut campur.

Ia bernafas lega saat ini.

''Kau memang gadis pembuat masalah.'' Goda Louise.

Ia merogoh saku Virgi dan menemukan secarik foto masa kecilnya. Wajah Louise merah padam, ia menyesal telah merogoh saku Virgi.

''Oh.. sh*t..''

Virgi menariknya kembali, sudah dipikirkan nya dari awal untuk menjadikan foto itu sebagai bahan ejekan, atau saja ancaman.

Louise kembali berdiri membelakangi Virgi, ia menahan tawa sekaligus malu. wajahnya ia pendam dari sebalik telapak tangannya. Di sela itu, ia teringat sebuah ''kompensasi''

''Aku harus merancang kembali style mawar besi. Itu cukup melelahkan, tapi untungnya itu adalah rancangan yang palsu. Mawar besi adalah warisan utama keluarga Hartley. Tidak mungkin jika aku menukarnya dengan gadis seperti mu,'' Jelas Louise dengan iris mata yang sengit.

Virgi mengangkat tubuhnya dari kasur. Ia terdiam sejenak mendengar perkataan Louise yang begitu serius.

''Kenapa kau membiarkan ku selamat? Aku memang tidak ada apa apanya. Aku gadis payah, lebih baik aku mati daripada diselamatkan oleh iblis seperti mu.'' Lirih Virgi.

Louise terbelalak mendengarnya, ia langsung membalikkan badannya. Rahang nya menjadi keras. Pria tegap berbaju elegan itu mendekat ke arah Virgi, dan menangkap kedua tangan mungilnya. Begitu erat.

Kedua pipi Virgi habis diremas olehnya, cengkeraman nya juga semakin kuat.

''Hmmpp!"

''Kau memang gadis nakal yang tidak tau cara mengucapkan terimakasih. Apakah aku harus memberi mu satu pelajaran?''

PLAAAKK

Virgi terdiam, pipinya begitu panas setelah tangan besar itu hinggap. pandangan matanya kosong, namun cairan kristal terlihat bergulir perlahan dari pipinya.

Louise menyeret paksa Virgi dari atas ranjang, ia menggiring nya kelantai bawah. tepatnya di gudang. kesabarannya kini habis penuh. Dia bukan seperti Louise yang asli.

''Tuan.. Tapi nona, baru saja...'' Kata Rayen sembari mencegat.

Virgi tak memberontak, ataupun bicara. Begitu juga dengan Louise, ia tak menjawab apapun. Pandangan matanya menjadi dingin.

BRAAAKK

''Terserah,'' Ucap Louise dengan tatapan pasrah.

Ia mencampakkan Virgi pada lantai gudang itu. Cairan kristal itu bertambah deras, ia menangis tanpa suara. Menanggung semua luka yang ada dihadapannya.

Louise membalikkan badannya setelah mengunci pintu gudang itu. Tak ada satupun celah kesempatan Virgi keluar dari sini. Hanya remang cahaya yang masuk dari ventilasi kecil. Sepertinya ini sudah malam.

''Aku gadis payah. Kapan aku bisa terbebas dari sini? Aku benci kehidupan ku... dimana Victor, hiks''

--

''Tuan, apa nona akan baik baik saja?'' Rayen yang cemas hanya bisa bertanya pada Louise berulang kali.

Louise hanya terdiam, ada rasa penyesalan dalam lubuk hatinya. Namun rasanya semuanya terbendung oleh kata ''pria iblis''

''Kapan Tuan besar Hartley datang?'' Louise bertanya balik pada Rayen.

''Sekitaran pukul 8 malam nanti, tuan.''

***

Pukul 20.00

''Kakak!'' Gadis berambut pendek terlihat menghampiri Louise.

Segera gadis itu memeluk erat Louise. Ia terlihat seperti jamur yang berjalan dengan rambut bob nya.

Kemudian seorang pria paruh baya datang kehadapan Louise dengan beberapa bodyguardnya. Suasana sedikit tegang. Mereka pergi ke ruang keluarga untuk membicarakan sesuatu.

--Di sela itu

''Anika. Kakak boleh minta tolong?''

Gadis berambut bob yang diketahui bernama Anika itu segera mengangguk pelan.

''Kamu pergi ke gudang, memberi makan anjing. Di meja makan ada sedikit buah, sekalian.'' Titah Louise dengan suara setengah berbisik.

Anika segera melaksanakan perintahnya, dan rapat keluarga akan segera di mulai.

''Aneh. Aku kira kakak tidak pernah memelihara anjing. Atau.. Tapi bahkan dia tidak menyukai anjing. Bagaimana bisa?'' Gumam Anika saat tiba di meja makan.

***

KLAAK

Pintu gudang tua itu terbuka. Hanya hening dan gelap disana. Tidak ada suara gonggongan anjing, maupun tanda tanda kehadiran anjing. Sepasang bola mata biru dingin itu menatap lesu wajah Anika. Gadis malang itu, Virgi. Ia meringkuk di sudut kamar sedikit senggugukan.

''Jadi ini yang dimaksud anjing.'' Batin Anika dalam hatinya.

''Selamatkan aku..'' Ucap Virgi lesu.

Anika iba di buat nya. Namun ia tak akan menyimpang dari perintah Louise. dia hanya akan memberi makan pada ''anjing'' kesayangan nya.

''Kakak ku menyuruh untuk mengantarkan ini pada mu. Makan lah,'' Anika menyerahkan nya.

Namun Virgi terlihat menolak, sama sekali tidak memperduli kan ucapan Anika. Dia tetap meringkuk di sudut sana. satu tangan nya menjuntai di lantai. Layaknya seorang yang berada dalam fase 'Ingin mati'. Rasanya, dia tak sanggup lagi untuk berada disini.

''Kamu simpanan Louise?'' Tanya Anika dengan nada yang tenang.

Virgi terdiam sejenak.

''Bukan.'' Jawabnya singkat

''Lalu?''

''Ntahlah. Mungkin boneka nya,'' Jawab Virgi kembali.

Anika tertegun, tak heran jika kakak nya berbuat seperti ini. Louise memang sosok yang dingin dan kejam. Di mata keluarganya, dia hanyalah seorang anak kecil menggemaskan.

Virgi menatap pintu tua yang terbuka lebar itu. Ada satu ide yang terbesit di pikiran nya. Namun butuh waktu yang tepat untuk kabur dari sini. Tanpa berfikir panjang, ia bangkit dari duduk nya. Anika mengira kalau dia akan memakan makanan nya. Tapi..

''Selamat tinggal,'' Lirih Virgi setelah mencapai pintu itu.

Ia bingung akan kemana, seisi rumah terlihat hening karna sudah larut malam. Kaki mungilnya menapaki anak tangga dengan cepat. Di salah satu ruangan yang yang berada pada satu lorong pintu, terdengar keributan. Seorang pria paruh baya yang mengamuk. Virgi mencoba mendekati pintu ruangan itu, untuk melihat apa yang terjadi.

PLAAAKK

Terdengar suara tamparan yang sangat keras. Itu cukup membuat Virgi gemetar, ia teringat akan masa kecil nya. Namun bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Dia tertegun saat melihat Pria tegap berambut coklat gelap dengan beberapa luka di pipi nya. Yang tak lain adalah Louise.

SPLAASSHH

Se gelas yang berisi Anggur Merah itu bersarang di wajah nya. Rambut coklat itu terlihat basah penuh. Jantung Virgi berdebar kencang, di situasi yang seperti ini ia jatuh syok.

BRAAKK

Saat Virgi ingin memundurkan langkahnya, ia kembali terjatuh. Langkah nya tak sanggup menahan lagi.

''Siapa itu? Beraninya menguping pembicaraan,'' Pria paruh baya itu mulai bersuara.

Louise memiringkan garis bibirnya, sepertinya dia tahu itu siapa.

BERSAMBUNG --

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status