Aku bangun dengan perut kacau. Rasanya mual, seolah ada gumpalan tak mengenakkan di tenggorokanku. Aku memukul pelan dada, mengingat bahwa aku hanya sedikit makan saat di acara pesta semalam, aku hampir tidak bisa juah dari kedua mempelai, dan sekarang lambungku meronta minta di isi.
Aku memeriksa handphone, sudah pukul 7.30 pagi, lebih baik aku bergegas mencuci muka dan mengganti baju. Mandinya nanti sajalah ....Aku menghubungi Mama dan Mama berkata jika mereka sudah turun untuk sarapan pagi. Langkahku gontai berjalan ke arah kamar kak Elle. Aku sudah mengangkat tangan tapi aku ragu untuk mengetuk pintunya.Walau aku baru lulus SMA tapi aku tahu apa yang orang lakukan di malam pengantin dan aku tidak ingin jadi pengganggu. Mereka pasti kelelahan setelah pesta kemarin.Suara pintu tertutup di seberang kamar membuatku menoleh dan aku terkejut melihat kak Drian keluar dari kamar itu."Loh, kok Kk An keluar dari situ? Bukannya--" Aku linglung menunjuk ke kamar kak Elle."Aku habis pinjam baju Brian. Mau turun breakfast, Lex?" Wajahnya terlihat santai saat menjawab.Aku hanya mengangguk. Dan kemudian mengikutinya berjalan ke arah lift. Dia bilang kak Elle masih ngantuk jadi dia turun duluan. Aku tidak bertanya lagi dan langsung bergabung dengan keluargaku.Aku mendengar beberapa sepupu kak An menggodanya dengan bertanya tentang malam pertama dan kenapa istrinya tidak ikut turun."Brian kemana, Dri?" tanya tante Lili.Aku baru sadar tidak melihat pria itu juga sedari tadi."Masih tidur kali, Mom ...."Kak Drian menjawab sambil lalu dan memandangku sekilas. Aku mengerjap dan tersenyum simpul lalu mengalihkan pandanganku. Kenapa aku jadi ngeliatin dia? Aku mengetuk pelan kepalaku dan beranjak mengambil makanan.Kira-kira satu jam kemudian barulah kami melihat kak Elle turun dengan kak Brian. Kok mereka bisa bareng, ya?Kak Elle duduk di sampingku alih-alih dengan suaminya. Tapi tidak ada yang protes dengan hal itu jadi aku pikir mungkin hanya pikiranku yang berlebihan. Pengantin baru tidaklah harus terlihat selalu bersama. Aku belum mengerti pikiran orang dewasa.Aku menuntaskan teh susuku saat mendengar Mama mengatakan tentang honeymoon, membuatku teringat untuk bertanya."Kak, kok aku ikut ke Jepang, sih? Ngapain? Kakak kan honeymoon, masa aku ikut?!""Ya gapapa dong, Dek, kan kamu lagi libur juga. Sekalian kita jalan-jalan," sahutnya sambil mengunyah."Tapi kan kak Elle honeymoon. Aku tau apa itu honeymoon. Tar aku ganggu ....""Eh-eh-eh ... ternyata kecil-kecil udah banyak tau ya ...." decak kak Brian bergabung dengan kami.Dan aku tidak menyadari kalau kak Drian sudah duduk terlebih dahulu di depanku."Brian juga ikut kok, Dek ..." sahut kak Elle lagi sambil mengambil creamer dan gula untuk kopinya."Tapi aneh aja gitu, masa ikut orang lagi bulan madu?" dengusku."Lebih aneh lagi kalau cuma kamu yang ikut sendirian, Dek ...." timpal kak Drian sambil melirik ke arah kakakku.Kak Brian terbahak mendengar ucapannya dan mereka bertiga kembali larut dalam rencana honeymoon yang membuatku tidak tertarik untuk bergabung. Aku hanya diam entah harus merasa semangat atau tidak.Aku mau sih ke Jepang, belum pernah aku kesana. Tapi apa iya harus bareng sama orang honeymoon??Ah, sudahlah. Katanya tiket pesawat kami sudah di beli dan 3 hari lagi berangkat. Berarti memang sejak awal mereka berniat mengajakku, aku hanya berharap tidak akan jadi kambing congek saja.Dugaanku sepertinya tidak terbukti. Akhirnya aku bisa jalan-jalan ke Jepang. Dan tidak buruk juga walau aku pergi dengan pasangan yang sedang berbulan madu. Bisa dibilang aku enjoy dengan liburan ini. Tapi anehnya, kakakku dan suaminya terlihat bersikap biasa saja. Seperti kalau kami sedang pergi berempat di Jakarta. Apa mereka berusaha bersikap biasa karena tidak enak bila harus bermesraan didepanku dan kak Brian? Padahal aku tidak keberatan kok! Malah gemes, jangankan pelukan, lihat mereka gandengan tangan aja ga pernah! Tapi urusan mereka lah... aku pun tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang mereka lakukan jika sedang berdua saja kan? Sudah 4 hari kami di Jepang, dan hampir setiap hari kami jalan-jalan mengunjungi berbagai tempat wisata. Hari ini kami pindah ke Tokyo setelah 3 hari di Kyoto. Aku sangat bersemangat, tidak sabar ingin menelusuri Harajuku street dan merasakan sensasi Shibuya cross seperti yang sering aku lihat di Utube. Pasti menyenangkan!! Pukul sebelas siang kami
Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi?Aku terbangun sambil melilitkan selimut ke tubuh dan melihat sekelilingku tapi tak ada siapapun dan di kamar siapa ini? Ini bukan kamarku, walau aku yakin ada di hotel yang sama tapi bukan juga di kamar kak Elle. Aku memejamkan mata berusaha mengingat kejadian semalam. Sebentar ...Aku pulang bersama kak Drian, tapi aku tidak tahu pukul berapa kami tiba di hotel dan sekarang, kenapa aku bisa setengah telanjang begini? Masa iya kak Drian--Tidak! Tidak! Aku bergidik ngeri. Ketukan di pintu membuatku tersentak. "Dek, ini Kakak. Buka ...." Aku bernapas lega mendengar suara kakakku. Aku segera membukanya dan kak Elle langsung masuk. Dia seperti mencari sesuatu kemudian menatapku heran. "Ngapain kamu ngelibetin selimut gitu?" "Aku-- ah, aku belum pake baju, baru bangun. Aku dikamar siapa, Kak? Kok, aku ga pake baju?" Kak Elle sontak menarik selimut sehingga aku terhuyung. Matanya berkilat sesaat lalu berdehem. "Semalam kamu tidur kata Drian, dia
Malam setelah sampai dirumah, aku melambai pada sahabatku Krista yang sudah mengantarku pulang. Aku lalu berjalan ke arah pintu rumah. Melepas slip on shoesku dan menentengnya di tangan. Namun sebelum aku mengetuk, pintu itu terbuka duluan dari arah dalam."Loh... Kak An?" Aku terkejut."Malem banget pulangnya dek..." Dia berusaha tersenyum walau wajahnya terlihat lelah. Sepertinya dia juga belum lama pulang karena masih memakai kemeja kerjanya.
Hari ini hari pertamaku masuk kuliah. Dua minggu setelah pulang liburan aku mengikuti masa orientasi mahasiswa baru di kampusku. Aku mengambil jurusan pariwisata karena menyukai traveling. Kampusku cukup terkenal dengan jurusan pariwisatanya.Ada dua orang perempuan yang cepat akrab denganku saat orientasi Maba kemarin, namanya Jenna dan Bree. Mereka dari sekolah yang sama. Sedangkan sahabatku Krista, mengambil jurusan Design. Kami hanya bertemu saat jam istirahat atau jalan bareng saat pulang kampus.Dan untungnya aku, Jenna dan Bree sa
Siang ini Krista mengajakku jalan ke PIM. Kami biasa menghabiskan waktu seminggu sekali untukhangoutbareng. Sahabatku itu hobishopping. Setiap minggu ada saja yang mau di belinya. Kami mengantri membeli minuman dulu sebelum berkeliling. Aku merasakan tepukan dibahuku dan aku menoleh."Hai Lex. Sudah kuduga itu kamu..." Wajah seniorku Moreno tersenyum padaku. "Lagi jalan Lex?""Hai kak.." aku menyapanya biasa. Krista sudah menyenggol lenganku minta di kenalkan. "Iya. ini temanku Krista. Ini seniorku, kak Moreno"Mereka berjabat tangan lalu Moreno kembali menatapku. "Berdua aja? Ga ditemenin cowok kamu Lex?"Krista melirikku, dia juga mengerti ada maksud lain dibalik pertanyaan cowok itu."Lexy belum punya cowok kak.." Krista menjawab cepat dan aku balas melotot padanya. Untuk apa bilang begitu ke dia?"Owgood. Kalian mau ngapain aja nih?" Moreno menatapku."Belum tau". Lagi-lagi sahaba
"Gw keberatan kalo lo deketin dia!" Jawab kak Drian tegas."Ini siapa Lex?" Tanya Moreno menatapku."Gw tunangannya Lexy!"Dan aku hanya bisa mematung menatap kak Drian."Oh,sorry. Gw ga tau. Gw Moreno, senio
Sejak kejadian tempo lalu itu kak Drian terlihat menjaga jarak. Aku sedikit merasa bersalah saat tidak melihatnya selama seminggu penuh. Kak Elle bilang memang lagi banyak kerjaan di Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dia hanya pulang tengah malam setelah semua orang tidur dan pergi pagi buta sebelum semua orang bangun. Pasti gara-gara aku dia sampai begitu. Apa aku harus bicara padanya? Tapi aku takut kak Elle marah lagi. Biarkan sajalah.. Satu bulan kemudian aku mendengar pembicaraan kak Elle dan suaminya dengan kedu
"Kamu pilih aja yang mana, aku setuju aja." Ujarnya saat kami tiba di gerai baju Korea di PIM. Aku hanya mengangguk dan mulai mencari dengan kak Drian mengekor dibelakangku. Aku memilih beberapa sweater, jaket tebal, kupluk, dan beberapa pakaian musim dingin lainnya. Seolah sudah tahu ukuran badannya, tanpa ragu aku mengambil pakaian-pakaian itu sambil membayangkan cocok atai tidak saat kak Drian mengenakannya. "Cobain kak..." Kami berjalan ke ruang ganti. Kak Drian masuk ke salah satu ruang ganti dan aku menunggu diluar