Dugaanku sepertinya tidak terbukti. Akhirnya aku bisa jalan-jalan ke Jepang. Dan tidak buruk juga walau aku pergi dengan pasangan yang sedang berbulan madu. Bisa dibilang aku enjoy dengan liburan ini.
Tapi anehnya, kakakku dan suaminya terlihat bersikap biasa saja. Seperti kalau kami sedang pergi berempat di Jakarta. Apa mereka berusaha bersikap biasa karena tidak enak bila harus bermesraan didepanku dan kak Brian? Padahal aku tidak keberatan kok! Malah gemes, jangankan pelukan, lihat mereka gandengan tangan aja ga pernah!Tapi urusan mereka lah... aku pun tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang mereka lakukan jika sedang berdua saja kan?Sudah 4 hari kami di Jepang, dan hampir setiap hari kami jalan-jalan mengunjungi berbagai tempat wisata. Hari ini kami pindah ke Tokyo setelah 3 hari di Kyoto. Aku sangat bersemangat, tidak sabar ingin menelusuri Harajuku street dan merasakan sensasi Shibuya cross seperti yang sering aku lihat di Utube. Pasti menyenangkan!!Pukul sebelas siang kami sampai di hotel tempat kami menginap. Seperti biasa kami memesan 3 kamar. Aku sendiri, kak Elle dan kan An, lalu kak Brian sendiri. Hari ini kami akan bermain di Universal Studio Japan.Ada Horror Night Festival jelang haloween dan kakakku yang pecinta horor amat sangat excited. Aku mau tidak mau ikut karena tidak mungkin aku hanya diam di hotel seorang diri. Walau di sepanjang arena yang kami masuki aku lebih banyak memejamkan mata dipandu kak Brian. Aku benci hal yang berbau horor! Dan tidak ingin liburan ini meninggalkan kenangan menyeramkan.Ada satu arena bermain dimana kami naik kereta kecil lalu menyusuri lorong gelap. Karena aku tidak mau duduk di depan aku terpaksa duduk dengan kak Drian sedangkan kak Elle dengan kak Brian duduk didepan dengan antusias.Bulu kudukku merinding saat kereta itu mulai berjalan, kursinya berderit seolah dibuat sengaja demikian demi menambah kesan usang. Suara-suara aneh yang aku yakin akan membuatku tidak akan bisa tidur malam ini terus terdengar. Tanpa sadar aku merapatkan tubuhku ke arah kak Drian."Kenapa, Dek? Takut?" tanyanya sambil berbisik, wajahnya mulai hilang saat kami memasuki lorong gelap.Dan aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Aku memejamkan mata dan menutup telingaku saat mahluk-mahluk seram versi jepang mulai terlihat. Aku meringkuk berusaha menunduk sepanjang perjalanan kereta yang terasa lama. Aku mendengar suara teriakan dan tertawa kakakku. Aku tidak suka seperti ini dan jadi menyesal karena ikut. Seharusnya aku lebih memilih menunggu diluar daripada ketakutan seperti ini.Entah sudah berapa menit akhirnya kami sampai di ujung wahana dan aku baru sadar kalau sedari tadi kak Drian memelukku."Kenapa, Dek, muka kamu pucet gitu?" tanya kakakku.Aku bangkit berdiri dan kan Drian terus memapahku. Kakakku malah cuek jalan terus didepan sambil bergurau dengan kak Brian. Ga cemburu apa dia liat suaminya meluk cewek lain?"Udah aman, dek ..." sahut suara berat itu dan aku mendongak melihatnya menatapku sambil tersenyum.Aku menjaga jarak walau aku masih meresakan tangannya menempel ke punggungku."Thanks, Kak. Sumpah, aku takut banget tadi ...." Ada rasa lega saat sudah ada ditempat terbuka.Dia terkekeh pelan mendengar jawabanku. Aku mengedarkan pandangan mencari kak Elle."Kak Elle sama Kak Bri kemana?"Dia hanya mengangkat bahu lalu menyerahkan sebotol air mineral dingin yang langsung ku teguk setengahnya."Masih mau keliling?" tanyanya.Aku menggeleng "Cari tempat duduk dulu yuk, Kak! Pusing kepalaku ...."Kak Drian menarik tanganku melewati kerumunan disana. Aku rasa aku bisa tersesat dengan ramainya pengunjung wisata itu malam hari.Kami duduk sambil memperhatikan hiruk pikuk keramaian orang tanpa terlihat tanda-tanda kakakku.Notifikasi ponselku berbunyi.Kak Elle-Dek.. Kakak masih mau keliling. Kalau kamu cape kamu balik duluan aja sama Drian, ya ....-Hah? Aku melongo menatap isi pesan itu. Kakakku itu aneh bin ajaib. Kalau udah seru aja lupa ama adek ama suami sendiri! Huh...Aku menunjukan isi pesan itu ke kak Drian dan dia bangkit berdiri."Aku juga udah capek. Biarin aja deh dua mahluk horor itu keliling."Aku hanya tertawa mendengarnya dan mengikutinya jalan. Kak Drian kembali menggandeng tanganku. Takut terpisah katanya dan aku membiarkannya. Walau rasanya sedikit aneh karena kami tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mungkin dia juga lebih menjagaku karena sekarang aku adik iparnya, kan?Setelah diluar kak Drian mencegat taksi lewat dan mengatakan nama hotel kami pada supirnya. Walau kami semua tidak bisa bahasa Jepang tapi wajib hapal nama hotep dan jalannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan aku merasa ngantuk karena lelah seharian jalan-jalan.Mataku terasa berat dan aku sudah terlelap saat taksi baru meluncur sepuluh menit.Aku merasa kepalaku ditarik ke samping dan aku bersandar pada sesuatu yang nyaman. Entah berapa lama kami dijalan hingga aku merasakan saat tubuhku terangkat. Mataku terasa berat hingga aku tidak sanggup membukanya. Hembusan napas hangat terasa dipipiku seolah membuai lelapku.Aku mengerang pelan saat tubuhku menempel di ranjang empuk dan aku tidak sudi membuka mata. Usapan ringan terasa di pipiku. Aku merasa sepatuku sedang dibuka. Dan aku tidak merasakan apa-apa lagi.Aku kembali terlelap.***Aku menarik napas berusaha memasok udara yang hilang seketika di paru-paru saat aku terbangun pagi ini. Mataku membelalak tidak percaya saat membuka selimut.Aku hanya memakai bra dan celana dalam!Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi?!Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi?Aku terbangun sambil melilitkan selimut ke tubuh dan melihat sekelilingku tapi tak ada siapapun dan di kamar siapa ini? Ini bukan kamarku, walau aku yakin ada di hotel yang sama tapi bukan juga di kamar kak Elle. Aku memejamkan mata berusaha mengingat kejadian semalam. Sebentar ...Aku pulang bersama kak Drian, tapi aku tidak tahu pukul berapa kami tiba di hotel dan sekarang, kenapa aku bisa setengah telanjang begini? Masa iya kak Drian--Tidak! Tidak! Aku bergidik ngeri. Ketukan di pintu membuatku tersentak. "Dek, ini Kakak. Buka ...." Aku bernapas lega mendengar suara kakakku. Aku segera membukanya dan kak Elle langsung masuk. Dia seperti mencari sesuatu kemudian menatapku heran. "Ngapain kamu ngelibetin selimut gitu?" "Aku-- ah, aku belum pake baju, baru bangun. Aku dikamar siapa, Kak? Kok, aku ga pake baju?" Kak Elle sontak menarik selimut sehingga aku terhuyung. Matanya berkilat sesaat lalu berdehem. "Semalam kamu tidur kata Drian, dia
Malam setelah sampai dirumah, aku melambai pada sahabatku Krista yang sudah mengantarku pulang. Aku lalu berjalan ke arah pintu rumah. Melepas slip on shoesku dan menentengnya di tangan. Namun sebelum aku mengetuk, pintu itu terbuka duluan dari arah dalam."Loh... Kak An?" Aku terkejut."Malem banget pulangnya dek..." Dia berusaha tersenyum walau wajahnya terlihat lelah. Sepertinya dia juga belum lama pulang karena masih memakai kemeja kerjanya.
Hari ini hari pertamaku masuk kuliah. Dua minggu setelah pulang liburan aku mengikuti masa orientasi mahasiswa baru di kampusku. Aku mengambil jurusan pariwisata karena menyukai traveling. Kampusku cukup terkenal dengan jurusan pariwisatanya.Ada dua orang perempuan yang cepat akrab denganku saat orientasi Maba kemarin, namanya Jenna dan Bree. Mereka dari sekolah yang sama. Sedangkan sahabatku Krista, mengambil jurusan Design. Kami hanya bertemu saat jam istirahat atau jalan bareng saat pulang kampus.Dan untungnya aku, Jenna dan Bree sa
Siang ini Krista mengajakku jalan ke PIM. Kami biasa menghabiskan waktu seminggu sekali untukhangoutbareng. Sahabatku itu hobishopping. Setiap minggu ada saja yang mau di belinya. Kami mengantri membeli minuman dulu sebelum berkeliling. Aku merasakan tepukan dibahuku dan aku menoleh."Hai Lex. Sudah kuduga itu kamu..." Wajah seniorku Moreno tersenyum padaku. "Lagi jalan Lex?""Hai kak.." aku menyapanya biasa. Krista sudah menyenggol lenganku minta di kenalkan. "Iya. ini temanku Krista. Ini seniorku, kak Moreno"Mereka berjabat tangan lalu Moreno kembali menatapku. "Berdua aja? Ga ditemenin cowok kamu Lex?"Krista melirikku, dia juga mengerti ada maksud lain dibalik pertanyaan cowok itu."Lexy belum punya cowok kak.." Krista menjawab cepat dan aku balas melotot padanya. Untuk apa bilang begitu ke dia?"Owgood. Kalian mau ngapain aja nih?" Moreno menatapku."Belum tau". Lagi-lagi sahaba
"Gw keberatan kalo lo deketin dia!" Jawab kak Drian tegas."Ini siapa Lex?" Tanya Moreno menatapku."Gw tunangannya Lexy!"Dan aku hanya bisa mematung menatap kak Drian."Oh,sorry. Gw ga tau. Gw Moreno, senio
Sejak kejadian tempo lalu itu kak Drian terlihat menjaga jarak. Aku sedikit merasa bersalah saat tidak melihatnya selama seminggu penuh. Kak Elle bilang memang lagi banyak kerjaan di Rumah Sakit tempatnya bekerja. Dia hanya pulang tengah malam setelah semua orang tidur dan pergi pagi buta sebelum semua orang bangun. Pasti gara-gara aku dia sampai begitu. Apa aku harus bicara padanya? Tapi aku takut kak Elle marah lagi. Biarkan sajalah.. Satu bulan kemudian aku mendengar pembicaraan kak Elle dan suaminya dengan kedu
"Kamu pilih aja yang mana, aku setuju aja." Ujarnya saat kami tiba di gerai baju Korea di PIM. Aku hanya mengangguk dan mulai mencari dengan kak Drian mengekor dibelakangku. Aku memilih beberapa sweater, jaket tebal, kupluk, dan beberapa pakaian musim dingin lainnya. Seolah sudah tahu ukuran badannya, tanpa ragu aku mengambil pakaian-pakaian itu sambil membayangkan cocok atai tidak saat kak Drian mengenakannya. "Cobain kak..." Kami berjalan ke ruang ganti. Kak Drian masuk ke salah satu ruang ganti dan aku menunggu diluar
"Lexy..."Aku menoleh ke arah suara panggilan itu. Moreno melambai sambil tersenyum saat mendekat.Dia memelukku sesaat lalu menggenggam tanganku masuk ke restoran tempat kami janjian.Setelah melihat menu dan memesan makanan untuk kami berdua, dia menatapku.