Share

Brother Inlaws

Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi?

Aku terbangun sambil melilitkan selimut ke tubuh dan melihat sekelilingku tapi tak ada siapapun dan di kamar siapa ini? Ini bukan kamarku, walau aku yakin ada di hotel yang sama tapi bukan juga di kamar kak Elle.

Aku memejamkan mata berusaha mengingat kejadian semalam. Sebentar ...

Aku pulang bersama kak Drian, tapi aku tidak tahu pukul berapa kami tiba di hotel dan sekarang, kenapa aku bisa setengah telanjang begini? Masa iya kak Drian--

Tidak! Tidak!

Aku bergidik ngeri.

Ketukan di pintu membuatku tersentak.

"Dek, ini Kakak. Buka ...."

Aku bernapas lega mendengar suara kakakku. Aku segera membukanya dan kak Elle langsung masuk. Dia seperti mencari sesuatu kemudian menatapku heran.

"Ngapain kamu ngelibetin selimut gitu?"

"Aku-- ah, aku belum pake baju, baru bangun. Aku dikamar siapa, Kak? Kok, aku ga pake baju?"

Kak Elle sontak menarik selimut sehingga aku terhuyung. Matanya berkilat sesaat lalu berdehem.

"Semalam kamu tidur kata Drian, dia ga enak mau masuk kamar kamu, kunci kamarku juga kubawa, Brian juga. Jadi dia buka kamar lagi, deh. Terus mmm ... semalam Kakak mau gantiin baju kamu tapi susah. Jadi Jakak biarin deh kamu tidur begitu."

Aku manggut-manggut merasa lega. Aku pikir kak Drian ... ah, ga mungkin.

"Udah mandi sana, kita sarapan terus jalan."

Aku mengangguk dan mencari pakaianku lalu kembali ke kamar yang seharusnya. Saat mandi aku bingung melihat seperti ada memar merah kecil di bahu kiriku. Kapan aku terbentur? Tapi rasanya tidak sakit. Aku menyentuhnya perlahan dan melanjutkan mandiku tanpa memusingkannya.

Tak lama kemudian aku bergabung dengan mereka bertiga dan merasakan hal yang aneh dengan diamnya kakakku dan datarnya wajah kak Drian saat mereka ngobrol. Sepertinya mereka sedang bertengkar. Aku tidak mau ikut campur dan menyibukkan diriku melahap sarapan.

Kami melanjutkan sisa liburan itu dengan perasaan yang sedikit aneh menurutku. Terutama dengan pasangan baru itu. Mereka berdua menolak untuk di foto bersama. Malah banyakan kak Elle foto berdua dengan kak Brian.

Ah biar saja, bukan urusanku!

Hari terakhir kami di Jepang kami hanya full membeli oleh-oleh untuk keluarga kami. Aku pun banyak tidur di pesawat saat perjalanan kembali ke Jakarta.

Tengah malam kami sampai. Supir Papa menjemput kami. Kami mengantar kak Brian pulang dulu baru kerumahku. Rasanya sedikit aneh melihat kan Drian ikut pulang kerumah kami.

Saat tiba pukul tiga pagi, sepertinya Mama dan Papa sudah tidur. Aku pun masih merasa mengantuk. Aku langsung mandi tanpa membongkar koperku terlebih dahulu. Rasanya letih padahal aku banyak tidur.

Saat keluar kamar mandi sudah ada secangkir teh lemon hangat dimeja nakas samping ranjangku. Pasti kak Elle yang siapkan supaya aku tidur nyenyak pagi ini. Aku tersenyum sambil meminum perlahan teh hangat itu.

Ternyata kakakku masih tetap memperhatikan aku.

***

Aku berjalan ke arah ruang makan. Sudah pukul sembilan pagi dan aku yakin semua orang sudah berangkat. Aku melihat kakak iparku sedang duduk di kursi yang menghadap ke taman belakang. Dia pasti tidak mendengar aku datang.

"Pagi, Dek ...."

Aku terkejut. Ku kira dia tidak tahu. "Pagi, Kak ..." sapaku. "Yang lain kemana?"

"Udah berangkat semua. Kamu mau sarapan apa? Kakak buatin."

Aku tertegun saat menuangkan susu ke gelas.

Kak Dian tersenyum kecil. "Tadi pagi Kakak yang buatin sarapan untuk semua orang. Punya kamu belum dibuat karena kamu belum turun."

Aku menghampirinya sambil nyengir jahil. "Ciyeee, mantu idaman nih ceritanya?"

Dia tersenyum lebih lebar kali ini dan aku berdehem menghilangkan keterpesonaan sesaatku pada senyumnya.

"Omelet? Bacon sandwich? Garlic bread with egg benedict?"

Liurku menetes mendengar sarapan luar biasa itu disebut. Aku menelan salivaku. "Mmm ... boleh semuanya?" bisikku tertahan membuat dia tertawa.

Percaya atau tidak selama setengah jam kak Drian sibuk membuat sarapan untukku dan selama setengah jam itu pula aku hanya menatapnya bergerak kesana kemari. Aku tidak berhenti tersenyum dan terpana melihat kepiawaiannya mengolah semua bahan yang aku saja belum tentu bisa membuatnya.

Lalu tak lama ketiga hidangan itu tersaji di hadapanku membuat mulutku menganga. Semuanya terlihat lezat. Aku menatapnya malu-malu dan dia mengangguk mempersilahkan aku makan.

Mataku terpejam saat menikmati makanan yang dia buat. Semuanya enaaak!!!

Dia terus tersenyum saat aku dengan lahap memakan masakannya. Dan anehnya dia hanya menatapku sambil sesekali meminum kopinya.

Suara dering ponselnya membuatnya menoleh.

"Halo?"

"_______"

"Udah, ada nih lagi sarapan."

Pasti kak Elle yang telepon.

"________"

"Iya, nanti siang."

"_________"

"Iya. Iya, tenang aja...."

Dia menutup panggilannya dan menatapku.

"Kak Elle ya?"

Dia mengangguk. "Mau kemana kamu hari ini, Dek?"

"Mmm ... mau kerumah Krista kasih oleh-oleh. Terus jalan-jalan paling."

"Kakak anter ya, tadi Elle bilang mobil kamu dipake dia karena mobilnya dibawa ke bengkel."

Aku hanya mengangguk. Kami kembali diam dan dia memainkan ponselnya. Aku menghabiskan seluruh sarapanku, rasanya perutku super penuh. Aku hendak mengangkat piring tapi kak Drian ikut berdiri.

"Kakak aja, Dek. Sini ...."

"Ih, jangan donk. Gapapa, Kak, aku aja. Udah dibuatin sarapan sama Kak An, masa--"

"Gapapa." Dia menghentikan tanganku. "Kamu pasti masih capek. Istirahat lagi aja. Satu setengah jam lagi kita jalan ya."

Dia mengambil piring bekas makanku dan aku hanya bisa melongo saat dia mengusap puncak kepalaku. Aku mengangguk ragu sambil berjalan pelan keluar ruang makan.

Aneh banget sih tuh orang! Lagi berusaha ambil hati aku kali ya? Aku hanya mengangkat bahu sambil menaiki tangga menuju kamarku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status