Share

My Own Heartbeat

Malam setelah sampai dirumah, aku melambai pada sahabatku Krista yang sudah mengantarku pulang. Aku lalu berjalan ke arah pintu rumah. Melepas slip on shoesku dan menentengnya di tangan. Namun sebelum aku mengetuk, pintu itu terbuka duluan dari arah dalam.

"Loh... Kak An?" Aku terkejut.

"Malem banget pulangnya dek..." Dia berusaha tersenyum walau wajahnya terlihat lelah. Sepertinya dia juga belum lama pulang karena masih memakai kemeja kerjanya.

"Iya. Abis nonton tadi. Kakak baru balik juga?"

Dia mengangguk dan bergeser saat aku masuk pintu dan berjalan ke arah dapur setelah menyimpan sepatuku di lemari. Aku berjalan ke arah kulkas, tenggorokanku terasa haus tapi mataku menangkap dua gelas jus dingin di meja dapur. Aku menoleh ke kanan dan kiri berpikir apakah ada orang disini tapi aku tidak melihat siapa-siapa.

"Aku bikin jus buat kamu dek.." Dia menyodorkan satu gelas ke arahku yang aku terima dengan ragu. Ini kebetulan apa gimana?

Aku meminum jus itu, mataku mencari keberadaan kakakku.

"Elle udah tidur dari tadi." Dia berkata seolah mengerti pikiranku.

Aku masih meminum jusku perlahan saat dia meletakan gelas kosongnya.

"Aku naik duluan ya.." sahutnya sambil mengusap mulutnya dengan tissu.

Aku hanya mengangguk dan menatapnya menjauh. Dia kok jadi perhatian gitu? Aneh...

Aku naik ke atas setelah jusku habis. Kamarku terletak di ujung, bersebelahan dengan kamar pengantin baru itu. Pintu kamarnya terbuka sedikit. Entah mengapa mataku tidak biasanya melirik ke celah kecil itu dan tanpa sengaja aku melihatnya tengah membuka kemeja.

Langkahku terhenti, pikiran anehku seolah memerintahkan begitu. Aku seolah penasaran dengan tubuh kakak iparku itu. Apakah ini gejolak jiwa muda? Aku belum pernah melihat tubuh pria dewasa selain teman-teman sekolahku dulu.

Astaga!!! Kenapa aku jadi seperti seorang pengintip begini?

Aku setengah berlari dengan mata terpejam dan langsung menutup pintu kamarku. Jantungku berdetak kencang, dan aku merasa pipiku panas.

Kehadiran kak Drian jelas berpengaruh dirumah kami dan aku menyadari betul perubahan itu.

Jantungku melompat saat aku mendengar ketukan di pintuku. Aku menelan salivaku menghilangkan rasa gugup.

"Y..ya.. siapa?"

"Dek..."

Suara berat itu. Astaga! Mau apa dia malam-malam mengetuk pintu kamarku? Apa dia tahu tadi aku ngeliatin dia?

Aku membuka perlahan dan terbelalak melihatnya topless. Tanganku panas dingin.

"A..ada a..apa kak?" Suaraku seperti orang tercekik. Aku harap dia tidak menyadarinya.

Tangannya terangkat, sebuah benda yang aku kenal disodorkan padaku. Gelangku?

"Jatuh didepan kamar kakak tadi.."

Dengan gugup aku mengambilnya. "Thanks.." bisikku.

Dia mengusap pipiku seperti di dulu.

"Night Lex..."

Suaranya serak saat mengatakan itu dan dia berbalik kembali ke kamarnya. Aku mendengar suara kak Elle bicara lalu mendengar pintu mereka tertutup.

Aku tertegun dan menutup pelan pintu kamarku. Dahiku menempel ke daun pintu. Aku sedikit terkejut dengan sisi lain kak An. Dan sikapnya menimbulkan getaran aneh di hatiku. Seperti ada sesuatu meletup-letup saat dia menyentuhku, andai tubuhku memiliki thermometer pasti angka suhunya berubah-ubah.

Kenapa ya?

Aku terbatuk mengusir rasa gugup. Lexy, stop berpikir jika dia itu lawan jenismu, dia kakak iparmu, Lex! Kakak iparmu!

Aku berjalan ke arah meja rias, meletakkan tasku di pinggir meja kemudian menatap wajahku yang terpantul di cermin, pipiku merona, aku menyentuhnya, hangat. Mulutku menggembung saat aku menghembuskan napas pelan, aku enggan menyadari jika Kak Drian terlihat semakin tampan setiap harinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status