Aku membuka pintu apartemenku, lalu mempersilahkan kak Drian masuk. Aku meletakkan kunci di meja dan berjalan ke dapur. Entah mau apa aku mengajaknya kemari?
Aku tidak berpikir panjang tadi, aku hanya mengira kalau kami kembali ke apartemen kak Elle dan ternyata mereka masih berdua disana, aduh... Membayangkannya saja aku tidak mau.
Tapi apa kak Drian selama ini tidak pernah curiga meninggalkan istrinya dekat dengan saudaranya sendiri? Apalagi mereka tinggal satu bangunan. Aku menggeleng berusaha menyingkirkan keparnoan di otakku.
"Dek, kamu tadi udah ketemu kak Elle?"
Lagi-lagi, perasaan bersalah menyergap. Aku menyaksikan apa yang aku tidak duga dan sekarang aku harus menutupi perselingkuhan kakakku.
"Kak.. kalau orang yang kakak cintai selingkuh gimana?" Tanpa sadar aku bertanya.
Dia menatapku heran. "Kok tiba-tiba tanya begitu?"
Aku duduk lemas di meja makan minimalis. Apa aku harus bilang jujur sekarang? Tapi kak Drian baru balik
Pernahkah kalian merasa salah mencintai seseorang? Tapi tidak berupaya untuk menghentikan perasaan kalian?Itu yang aku rasakan saat ini. Aku merasa bersalah mencintai suami orang, tapi aku tidak bisa menghentikan perasaan yang semakin menjadi. Ditambah rasa bersalah karena menutupi keburukan kakakku membuatku tidak bisa menjauh.Entah bagaimana malam itu kak Drian menginap ditempatku. Katanya kak Elle dan kak Brian harus entertain klien penting. Jadi pulangnya bisa pagi dan itu sudah biasa mereka lakukan karena pekerjaan mereka berkaitan dengan pejabat-pejabat penting sehingga tidak aneh kalau mereka mengentertainsebagai imbalan atas kerjasama mereka. Dan kak Drian merasa tidak masalah.Kami cerita panjang lebar tentang seperti apa kehidupan kami selama tiga tahun belakangan ini. Bagaimana sekolah kedokterannya dan bagaimana kuliah dan pekerjaanku."Terus kok kamu bisa pacaran sama Moreno? Aku ga suka dia.." wajahnya berubah tidak senang.
Fix, aku menjadi selingkuhan pria bersuami di umurku yang baru 21 tahun ini. Gila kalau memikirkan bagaimana akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan seminggu yang lalu. Kak Drian sedang pulang ke Jakarta karena dia belum menemui kedua orangtuanya pasca kembali dari San Francisco. Aku melambung saat dia bilang ingin segera bertemu denganku makanya dia langsung ke Bali saat tau aku ada disini.Perasaanku membuncah, aku tidak bisa menutupi kebahagiaanku. Seolah ada benang tak kasat mata menarik bibirku agar terus tersenyum lebar. Tapi senyumku memudar ketika aku sampai di kantor di hari pertamaku, saat masuk kedalam ruangan baruku dan melihat vas bunga dengan rangkaian lily indah kesukaanku, tergeletak cantik di meja.'Happy First Day at Office'Aku membaca dengan gundah pengirim bunga indah itu untukku. Moreno.Aku menjatuhkan tubuhku di kursi kerja dan bingung dengan apa yang harus aku lakukan pada pria itu. Semalam kak Drian bil
Aku megap-megap kehabisan napas. Mataku melotot melihat tindakannya."Kak...mmmmpppph...."Dia kembali menciumku.Bukan... bukan...Memakan bibirku tepatnya, dan aku hanya memukul dadanya karena dia tidak memberi
Ting.... Suara pesan masuk diponselku berbunyi.An..Babe.. lagi apa? Kamu udah makan? Kamu mau masak apa malam ini? Rasanya aku udah ga sabar mau makan kamu.... Eh, masakan kamu...Aku mengulum senyum menatap pesan yang dikirimkan kak Drian. Tadi siang dia sampai di Bali dan aku sudah tidak sabar ingin bertemu. Kalau saja pekerjaanku tidak banyak aku pasti akan menjemputnya di bandara. Malam ini dia mengajakku dinner tapi aku bilang ingin masak. Lagipula banyak hal yang ingin aku tanyakan pada kak Drian, jadi lebih baik kami dinner dirumah.Setelah membalas aku menyelesaikan pekerjaanku dan merencanakan bahan masakan yang akan aku beli sore nanti sepulang kerja.Kak Drian jago masak segala masakan. Aku tidak yakin dia akan suka masakanku. Aku harus buat sesuatu yang spesial tapi apa ya?Mataku menyusuri lorong sayur dan daging-dagingan. Aku sudah mengambil bumbu dasar dan bumbu lainnya. Sete
Kami masih terdiam saling menatap dan terpaku. Mataku seolah terkunci, mengerjap pun rasanya tidak bisa. Saat kak Drian menjauhkan tangannya dan menutup mukanya, aku tersadar dan langsung melesat ke kamar mandi. Jantungku berdebar. Apa yang akan terjadi kalau tadi dia tidak berhenti? Rasanya penasaran tapi aku takut. Suara pintu kamar tertutup dan aku mengintip. Dia sudah keluar dan aku mengguyur tubuhku yang terasa panas. Sepuluh menit kemudian baru aku keluar dengan pakaian lengkap dan dia sudah duduk di meja dapur menatapku. Pandangan kami berdua berubah kikuk. Aku berdehem menghilangkan gugup. "Mau makan sekarang?" Dia hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Aku melangkah gugup ke dekat kompor dan menyiapkan salmonnya. Dia masih tetap diam dan duduk memperhatikanku. Duh, jadi canggung gini? Untungnya masak salmon itu tidak perlu lama. Sepuluh menit kemudian kami sudah mulai makan sambil berbincang. Kak Drian mencairkan suasana dan
Sudah dua bulan aku menjalin hubungan rahasia dengan kak Drian dan semakin hari aku semakin bahagia.Sudah hampir 1,5 bulan itu juga aku pindah ke villa yang pria itu belikan untukku. Sedikit lebih jauh dari tempat kerjaku tapi tidak masalah. Kak Drian membuatku tidak berkutik untuk pindah."Aku ga bisa bayangin kalau malam itu bukan aku yang mergokin kamu setengah telanjang mondar mandir didalem rumah. Aku aja hampir ga bisa nahan diri, gimana kalau orang lain?"Akhirnya aku mengalah daripada dia terus mendesakku. Lagipula aku merasa lebih tentram tinggal disana.Kak Elle belum tahu tentang rumah baruku dan aku selalu berusaha menghindar saat dia bilang mau main ke tempatku.Kak Drian mulai bekerja di Rumah Sakit ternama di Denpasar. Entah mengapa dia akhirnya memutuskan untuk praktek disana padahal menurutku yang di Bandung lebih bagus.Kak Drian menyempatkan setiap hari liburnya untuk menghabiskan waktu denganku. Entah itu makan
Sabtu siang kami berangkat ke Nusa Dua. Kak Brian sedang menjemput tante Lili dan Om Gary. Kami sampai di Nagisa Villa Bay View. Villa dengan lima kamar itu memiliki pemandangan yang oke banget.Kamar para orang tua di bawah. Di atas ada tiga kamar untukku, kak Elle dan kak Drian, satu lagi untuk kak Brian.Aku memilih kamar di sudut dengan pemandangan ke arah teluk. Aku suka alam. Kamar kak Elle ada disebelahku, dan kamar kak Brian didepanku.Sejak kemarin aku merasa jengah melihat kemesraan kak Elle dan kak Drian, walau kak Drian lebih terlihat datar dibandingkan kak Elle yang sok nempel, tetap saja aku tidak nyaman.Aku selalu berusaha tidak satu ruangan dengan mereka tapi bagaimana caranya? Seperti sekarang saat aku duduk bersama orangtuaku, rasanya aku ingin pergi saja mendengar pembicaraan mereka."Elle, Drian.. kalian manfaatkanmomentini buat hanimun lagi ya.. Mama udah ga sabar nih mau gendong cucu." Sahut mamaku.
Malam itu cuaca cukup sejuk hingga aku memutuskan untuk tidak menyalakan ac. Aku membiarkan pintu balkon terbuka, hanya hordeng tipis yang menutupinya. Aku hampir terlelap saat mendengar bunyi derap dari arah luar. Mataku terbuka, mencoba menangkap suara apa itu. Aku duduk sambil menatap ke arah balkon, seingatku bangunan ini cukup tinggi dan dibawah itu kolam renang. Rasanya kalau ada maling pastinya akan sulit naik ke atas.Lalu aku melihat bayangan tangan mencoba membuka hordeng itu, spontan aku berteriak sambil berlari ke arah pintu. Tapi sepasang tangan menahanku dan membalik tubuhku."K..kak Brian!!!""Ssssttttt....." Dia menutup mulutku. Dadaku naik turun saat dia mendesakku ke pintu. Tapi tidak lama tubuh kami terdorong dan kami berdua jatuh saat pintu terbuka."Lexy!" Aku mendengar suara kak Drian. Lalu tubuhku terangkat dan kak Drian memelukku dari belakang. "Kamu gapapa?"Aku menggeleng menatap kak Brian yang masih terlentang kesakitan.