Fix, aku menjadi selingkuhan pria bersuami di umurku yang baru 21 tahun ini. Gila kalau memikirkan bagaimana akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan seminggu yang lalu. Kak Drian sedang pulang ke Jakarta karena dia belum menemui kedua orangtuanya pasca kembali dari San Francisco. Aku melambung saat dia bilang ingin segera bertemu denganku makanya dia langsung ke Bali saat tau aku ada disini.
Perasaanku membuncah, aku tidak bisa menutupi kebahagiaanku. Seolah ada benang tak kasat mata menarik bibirku agar terus tersenyum lebar. Tapi senyumku memudar ketika aku sampai di kantor di hari pertamaku, saat masuk kedalam ruangan baruku dan melihat vas bunga dengan rangkaian lily indah kesukaanku, tergeletak cantik di meja.
'Happy First Day at Office'
Aku membaca dengan gundah pengirim bunga indah itu untukku. Moreno.
Aku menjatuhkan tubuhku di kursi kerja dan bingung dengan apa yang harus aku lakukan pada pria itu. Semalam kak Drian bil
Aku megap-megap kehabisan napas. Mataku melotot melihat tindakannya."Kak...mmmmpppph...."Dia kembali menciumku.Bukan... bukan...Memakan bibirku tepatnya, dan aku hanya memukul dadanya karena dia tidak memberi
Ting.... Suara pesan masuk diponselku berbunyi.An..Babe.. lagi apa? Kamu udah makan? Kamu mau masak apa malam ini? Rasanya aku udah ga sabar mau makan kamu.... Eh, masakan kamu...Aku mengulum senyum menatap pesan yang dikirimkan kak Drian. Tadi siang dia sampai di Bali dan aku sudah tidak sabar ingin bertemu. Kalau saja pekerjaanku tidak banyak aku pasti akan menjemputnya di bandara. Malam ini dia mengajakku dinner tapi aku bilang ingin masak. Lagipula banyak hal yang ingin aku tanyakan pada kak Drian, jadi lebih baik kami dinner dirumah.Setelah membalas aku menyelesaikan pekerjaanku dan merencanakan bahan masakan yang akan aku beli sore nanti sepulang kerja.Kak Drian jago masak segala masakan. Aku tidak yakin dia akan suka masakanku. Aku harus buat sesuatu yang spesial tapi apa ya?Mataku menyusuri lorong sayur dan daging-dagingan. Aku sudah mengambil bumbu dasar dan bumbu lainnya. Sete
Kami masih terdiam saling menatap dan terpaku. Mataku seolah terkunci, mengerjap pun rasanya tidak bisa. Saat kak Drian menjauhkan tangannya dan menutup mukanya, aku tersadar dan langsung melesat ke kamar mandi. Jantungku berdebar. Apa yang akan terjadi kalau tadi dia tidak berhenti? Rasanya penasaran tapi aku takut. Suara pintu kamar tertutup dan aku mengintip. Dia sudah keluar dan aku mengguyur tubuhku yang terasa panas. Sepuluh menit kemudian baru aku keluar dengan pakaian lengkap dan dia sudah duduk di meja dapur menatapku. Pandangan kami berdua berubah kikuk. Aku berdehem menghilangkan gugup. "Mau makan sekarang?" Dia hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Aku melangkah gugup ke dekat kompor dan menyiapkan salmonnya. Dia masih tetap diam dan duduk memperhatikanku. Duh, jadi canggung gini? Untungnya masak salmon itu tidak perlu lama. Sepuluh menit kemudian kami sudah mulai makan sambil berbincang. Kak Drian mencairkan suasana dan
Sudah dua bulan aku menjalin hubungan rahasia dengan kak Drian dan semakin hari aku semakin bahagia.Sudah hampir 1,5 bulan itu juga aku pindah ke villa yang pria itu belikan untukku. Sedikit lebih jauh dari tempat kerjaku tapi tidak masalah. Kak Drian membuatku tidak berkutik untuk pindah."Aku ga bisa bayangin kalau malam itu bukan aku yang mergokin kamu setengah telanjang mondar mandir didalem rumah. Aku aja hampir ga bisa nahan diri, gimana kalau orang lain?"Akhirnya aku mengalah daripada dia terus mendesakku. Lagipula aku merasa lebih tentram tinggal disana.Kak Elle belum tahu tentang rumah baruku dan aku selalu berusaha menghindar saat dia bilang mau main ke tempatku.Kak Drian mulai bekerja di Rumah Sakit ternama di Denpasar. Entah mengapa dia akhirnya memutuskan untuk praktek disana padahal menurutku yang di Bandung lebih bagus.Kak Drian menyempatkan setiap hari liburnya untuk menghabiskan waktu denganku. Entah itu makan
Sabtu siang kami berangkat ke Nusa Dua. Kak Brian sedang menjemput tante Lili dan Om Gary. Kami sampai di Nagisa Villa Bay View. Villa dengan lima kamar itu memiliki pemandangan yang oke banget.Kamar para orang tua di bawah. Di atas ada tiga kamar untukku, kak Elle dan kak Drian, satu lagi untuk kak Brian.Aku memilih kamar di sudut dengan pemandangan ke arah teluk. Aku suka alam. Kamar kak Elle ada disebelahku, dan kamar kak Brian didepanku.Sejak kemarin aku merasa jengah melihat kemesraan kak Elle dan kak Drian, walau kak Drian lebih terlihat datar dibandingkan kak Elle yang sok nempel, tetap saja aku tidak nyaman.Aku selalu berusaha tidak satu ruangan dengan mereka tapi bagaimana caranya? Seperti sekarang saat aku duduk bersama orangtuaku, rasanya aku ingin pergi saja mendengar pembicaraan mereka."Elle, Drian.. kalian manfaatkanmomentini buat hanimun lagi ya.. Mama udah ga sabar nih mau gendong cucu." Sahut mamaku.
Malam itu cuaca cukup sejuk hingga aku memutuskan untuk tidak menyalakan ac. Aku membiarkan pintu balkon terbuka, hanya hordeng tipis yang menutupinya. Aku hampir terlelap saat mendengar bunyi derap dari arah luar. Mataku terbuka, mencoba menangkap suara apa itu. Aku duduk sambil menatap ke arah balkon, seingatku bangunan ini cukup tinggi dan dibawah itu kolam renang. Rasanya kalau ada maling pastinya akan sulit naik ke atas.Lalu aku melihat bayangan tangan mencoba membuka hordeng itu, spontan aku berteriak sambil berlari ke arah pintu. Tapi sepasang tangan menahanku dan membalik tubuhku."K..kak Brian!!!""Ssssttttt....." Dia menutup mulutku. Dadaku naik turun saat dia mendesakku ke pintu. Tapi tidak lama tubuh kami terdorong dan kami berdua jatuh saat pintu terbuka."Lexy!" Aku mendengar suara kak Drian. Lalu tubuhku terangkat dan kak Drian memelukku dari belakang. "Kamu gapapa?"Aku menggeleng menatap kak Brian yang masih terlentang kesakitan.
"Elle sama Brian bilang, mereka ga mau merit sebelum Firma Hukum mereka berjalan lancar. Mereka ga mau kalau suatu hal buruk terjadi, mereka malah bubar dan kacau.""Terus kenapa harus merit sama kamu?"Kak Drian masih menggenggam tanganku sedari tadi seolah takut aku lari."Aku udah lama punya perasaan sama kamu dan Elle tau itu. Tapi umur kamu masih kecil dan aku ga mungkin pacarin kamu. Lagian belum tentu juga kamu mau jadi pacar aku. Elle bilang kalau aku boleh deketin kamu kalau umur kamu udah dua puluh tiga tahun. Sebagai gantinya aku ngajuin syarat menikah sama dia supaya aku tetep bisa deket sama kamu selama kamu bertumbuh dewasa. Pernikahan kami juga menguntungkan buat Elle jadi dia ga perlu dicurigai walau terus bareng sama Brian."Aku terdiam, haruskah dia melakukan hal sejauh itu demi aku?"Tapi.. mmm.. karena suatu hal semua hampir terbongkar dan aku terpaksa harus pergi jauh dari kamu selama tiga tahun."Aku menyernyitkan dahik
Pernahkah kalian lihat sinetron atau film yang bertukar pasangan dalam ceritanya? Beginilah kami sekarang, saat ada kedua orangtua kami, aku dan kak Brian harus menjaga jarak dengan pasangan suami istri itu. Mereka terlihat biasa sedangkan aku lebih canggung. Kadang aku tergagap saat ada yang mengajakku bicara.Kak Elle memandangku tajam kalau sikapku tidak wajar sedangkan kak Brian lebih sering mentertawakan kekonyolanku. Aku belum pernah bersandiwara begini jadi rasanya aneh harus berakting apalagi didepan kedua orangtuaku.Untungnya saat sore hanya kami berempat yang pergi ke pinggir pantai dan aku dapat bernapas lega untuk sesaat.Otot bahuku terasa pegal karena harus pasang ekpresi tidak wajar dan sekarang rasanya nyaman saat kak Drian memijatnya. Kak Elle dan kak Brian tidak sungkan lagi bermesraan didepanku. Mereka dengan santai berbaring sambil berpelukan di kursi panjang saat kami menikmati sunset sore itu.Baru kali itu aku melihat wajah kakakku