Sudah dua bulan aku menjalin hubungan rahasia dengan kak Drian dan semakin hari aku semakin bahagia.
Sudah hampir 1,5 bulan itu juga aku pindah ke villa yang pria itu belikan untukku. Sedikit lebih jauh dari tempat kerjaku tapi tidak masalah. Kak Drian membuatku tidak berkutik untuk pindah.
"Aku ga bisa bayangin kalau malam itu bukan aku yang mergokin kamu setengah telanjang mondar mandir didalem rumah. Aku aja hampir ga bisa nahan diri, gimana kalau orang lain?"
Akhirnya aku mengalah daripada dia terus mendesakku. Lagipula aku merasa lebih tentram tinggal disana.
Kak Elle belum tahu tentang rumah baruku dan aku selalu berusaha menghindar saat dia bilang mau main ke tempatku.
Kak Drian mulai bekerja di Rumah Sakit ternama di Denpasar. Entah mengapa dia akhirnya memutuskan untuk praktek disana padahal menurutku yang di Bandung lebih bagus.
Kak Drian menyempatkan setiap hari liburnya untuk menghabiskan waktu denganku. Entah itu makan
Sabtu siang kami berangkat ke Nusa Dua. Kak Brian sedang menjemput tante Lili dan Om Gary. Kami sampai di Nagisa Villa Bay View. Villa dengan lima kamar itu memiliki pemandangan yang oke banget.Kamar para orang tua di bawah. Di atas ada tiga kamar untukku, kak Elle dan kak Drian, satu lagi untuk kak Brian.Aku memilih kamar di sudut dengan pemandangan ke arah teluk. Aku suka alam. Kamar kak Elle ada disebelahku, dan kamar kak Brian didepanku.Sejak kemarin aku merasa jengah melihat kemesraan kak Elle dan kak Drian, walau kak Drian lebih terlihat datar dibandingkan kak Elle yang sok nempel, tetap saja aku tidak nyaman.Aku selalu berusaha tidak satu ruangan dengan mereka tapi bagaimana caranya? Seperti sekarang saat aku duduk bersama orangtuaku, rasanya aku ingin pergi saja mendengar pembicaraan mereka."Elle, Drian.. kalian manfaatkanmomentini buat hanimun lagi ya.. Mama udah ga sabar nih mau gendong cucu." Sahut mamaku.
Malam itu cuaca cukup sejuk hingga aku memutuskan untuk tidak menyalakan ac. Aku membiarkan pintu balkon terbuka, hanya hordeng tipis yang menutupinya. Aku hampir terlelap saat mendengar bunyi derap dari arah luar. Mataku terbuka, mencoba menangkap suara apa itu. Aku duduk sambil menatap ke arah balkon, seingatku bangunan ini cukup tinggi dan dibawah itu kolam renang. Rasanya kalau ada maling pastinya akan sulit naik ke atas.Lalu aku melihat bayangan tangan mencoba membuka hordeng itu, spontan aku berteriak sambil berlari ke arah pintu. Tapi sepasang tangan menahanku dan membalik tubuhku."K..kak Brian!!!""Ssssttttt....." Dia menutup mulutku. Dadaku naik turun saat dia mendesakku ke pintu. Tapi tidak lama tubuh kami terdorong dan kami berdua jatuh saat pintu terbuka."Lexy!" Aku mendengar suara kak Drian. Lalu tubuhku terangkat dan kak Drian memelukku dari belakang. "Kamu gapapa?"Aku menggeleng menatap kak Brian yang masih terlentang kesakitan.
"Elle sama Brian bilang, mereka ga mau merit sebelum Firma Hukum mereka berjalan lancar. Mereka ga mau kalau suatu hal buruk terjadi, mereka malah bubar dan kacau.""Terus kenapa harus merit sama kamu?"Kak Drian masih menggenggam tanganku sedari tadi seolah takut aku lari."Aku udah lama punya perasaan sama kamu dan Elle tau itu. Tapi umur kamu masih kecil dan aku ga mungkin pacarin kamu. Lagian belum tentu juga kamu mau jadi pacar aku. Elle bilang kalau aku boleh deketin kamu kalau umur kamu udah dua puluh tiga tahun. Sebagai gantinya aku ngajuin syarat menikah sama dia supaya aku tetep bisa deket sama kamu selama kamu bertumbuh dewasa. Pernikahan kami juga menguntungkan buat Elle jadi dia ga perlu dicurigai walau terus bareng sama Brian."Aku terdiam, haruskah dia melakukan hal sejauh itu demi aku?"Tapi.. mmm.. karena suatu hal semua hampir terbongkar dan aku terpaksa harus pergi jauh dari kamu selama tiga tahun."Aku menyernyitkan dahik
Pernahkah kalian lihat sinetron atau film yang bertukar pasangan dalam ceritanya? Beginilah kami sekarang, saat ada kedua orangtua kami, aku dan kak Brian harus menjaga jarak dengan pasangan suami istri itu. Mereka terlihat biasa sedangkan aku lebih canggung. Kadang aku tergagap saat ada yang mengajakku bicara.Kak Elle memandangku tajam kalau sikapku tidak wajar sedangkan kak Brian lebih sering mentertawakan kekonyolanku. Aku belum pernah bersandiwara begini jadi rasanya aneh harus berakting apalagi didepan kedua orangtuaku.Untungnya saat sore hanya kami berempat yang pergi ke pinggir pantai dan aku dapat bernapas lega untuk sesaat.Otot bahuku terasa pegal karena harus pasang ekpresi tidak wajar dan sekarang rasanya nyaman saat kak Drian memijatnya. Kak Elle dan kak Brian tidak sungkan lagi bermesraan didepanku. Mereka dengan santai berbaring sambil berpelukan di kursi panjang saat kami menikmati sunset sore itu.Baru kali itu aku melihat wajah kakakku
Aku menahan pintu agar tidak terbuka lebar. "Be.. belum tante. A..ada apa y..ya?"Astaga Lexy bodoh!! Ga bisa ga pake gugup apa ngomongnya? Aku merutuki mulutku yang gemetar."Tante mau bicara sama kamu sebentar. Sama kamu juga Drian." Ucapnya pelan tapi cukup membuatku menelan saliva susah payah. Bagimana bisa Tante Lily tahu jika ada Kak Drian di dalam kamarku?Aku melirik kak Drian dan dia mengangguk. Aku melebarkan pintu mempersilahkan tante Lily masuk dan wanita itu langsung menggeleng saat melihat kak Drian ada disana. Aku dengan cepat menutup pintu dan menguncinya."Drian, Mama ga larang kamu untuk deketin Lexy, tapi jangan macem-macem ya kamu! Ngapain kamu disini?" Tante Lily marah."Aku harus bicara sama Lexy Mah..""Ini kan sudah malam, emang ga bisa besok? Gimana kalau sampai mertua kamu tau atau Papa kamu?" Wanita itu nenggeleng lalu menatapku. "Maaf sayang, tante ga marah sama kamu. Tante tau kamu pasti bingung."
Malam itu aku mengenakan gaun pilihan Mama. Rasanya terlalu heboh tapi biarlah. Aku tidak begitu antusias pada acara malam ini. Tidak ada acara khusus, hanya acara makan malam bersama dan berdansa. Kami hanya akan menginap semalam disini lalu kembali ke villa besok.Aku melihat kak Elle datang bersama kak Drian. Kakakku terlihat luar biasa cantik. Semua mata memandang pasangan itu dan aku tersenyum kecut. Kak Brian ada di bar minuman menatap mereka dengan cemburu. Aku bisa merasakannya, aku mengerti apa yang ada di benaknya. Mau bagaimana lagi, semua orang tahu mereka itu suami istri.
Aku melihat bahunya naik turun dengan cepat saat dia bernapas. Aku mendekatinya perlahan lalu menggenggam kedua bahunya. Dia tersentak sesaat ketika aku mengecup pelan bahu telanjangnya dan tidak peduli dengan rasa asin yang aku kecap. Tanganku bergerak menyusur kulit terbuka itu lalu berhenti di resleting belakang gaunnya. Aku terdiam menantikan penolakan tapi dia tidak melakukan apapun.Napasnya tersendat saat aku menurunkan perlahan resleting halus itu dan aku meneguk salivaku melihat ternyata gadis itu tidak memakai apapun dibaliknya. Kulit putih mulusnya terpampang dan dia hanya mengenakan celana dalam berenda yang menutupi bokongnya.Dengan penuh kelembutan tapi pasti aku menurunkan gaunnya, Lexy sontak menutupi payudaranya saat gaun itu meluncur ke kaki, membuatku tegang padahal aku belum menyentuhnya lebih banyak."Lex..." Bisikku. Aku meletakan tanganku dipinggangnya dan memutar tubuhnya pelan. Dia menunduk dengan mata mengerjap sambil bernapas dengan m
Aku kembali melumat bibirnya selembut yang aku bisa dan menekan milikku ke kepolosan kekasihku itu, dia melenguh saat ciumanku turun ke bawah dan tidak berupaya menghentikan napsuku saat miliknya sudah berada tepat didepan wajahku dan tanpa ragu langsung kucicipi."An..hhh..."Lexy menahan tubuhnya saat aku mengangkat satu kakinya ke lenganku agar aku lebih leluasa menikmati lezatnya kewanitaan gadis itu. Kepalanya mendongak, dia membuka mulutnya saat aku memainkan lidahku di tonjolan kecil membuatnya bergerak gelisah."Ah.. aahhnn, ahnnn..." Miliknya semakin banjir tanda dia mencapai klimaks dan aku memeluknya.Napasnya memburu, tubuhnya lunglai dalam dekapanku. Lalu aku mengangkatnya ke kamar. Aku merebahkan gadisku itu dengan perlahan di ranjang. Dia terlihat malu tapi tidak lagi menutupi tubuhnya dan aku terpesona melihat keindahan tubuh gadis yang sebentar lagi akan menjadi wanitaku itu.Kulitnya putih bersinar, payudara yang belum sempat aku