"Aah ..."
Aku mendesah sambil menjilat bibirku sambil terus menggerakan pinggulku mencari sengatan yang akan membuatku melayang. Tanganku memeluk erat bahunya berpegangan agar aku tidak hilang arah.
Tangannya terus mengikuti gerakanku, sesekali bibirnya mengulum puncak dadaku dan menghisapnya membuat pening dan semakin mengejar kepuasanku.
Kalimat cinta yang dia bisikan ditelingaku membuatku merasa dipuja. Aku meremas rambutnya saat gelombang itu datang dan dia mendekapku erat, mengerang dalam saat aku mencapai puncak, dan dia juga mencapai pelepasannya. Erangannya dalam, berat dan terdengar seksi membuatku bangga bahwa akulah yang membuatnya seperti itu.
Peluh kami berdua bercampur saat dia rebah dan aku ambruk di atasnya. Napas kami berdua masih memburu dan bersahutan.
Lalu aku bangkit menahan tubuhku
Mature Content!
Tok. Tok. Tok.Suara ketukan pintu membuatku berhenti mengaduk supcreamyang ku buat untuk makan malam hari ini. Aku menyernyitkan dahi, jarang sekali aku menerima tamu di rumah, biasanya tetangga sebelah tapi mereka pun selalu mengabariku via ponsel sebelum berkunjung.Aku berjalan ke depan setelah mengecilkan kompor. Dan mengintip di jendela, seorang wanita berdiri didepan dan aku membuka pintu sedikit karena aku tidak mengenalnya."Iya. Cari siapa ya?" tanyaku. Wanita yang berdiri menggunakan terusan floral dan tas selempang mahal juga koper kecil dibelakang tubuhnya."Bu Alexys kan?" Dia bertanya dengan wajah ragu.Aku mengangguk. "Betul saya, siapa ya?""Saya Karina, klien yang pernahgatheringdi Rilex Anyer." jawabnya.Aku mencoba mengingat nama itu dan mengangguk ragu sambil mempersilahkan wanita itu masuk dan duduk."Maaf mengganggu waktu liburnya Bu." katanya saat aku mengambilka
Sudah lima hari aku menjalani hari dengan gelisah. Aku bekerja tanpa konsentrasi, makan tidak selera, tidur tidak nyenyak. Aku menanti kedatangan suamiku, ingin bertanya tentang banyak hal. Ada kekecewaan di hatiku karena kenyataan pahit yang harus aku telan bulat-bulat jika memang betul anak yang Karina kandung itu darah daging Reno.Aku meminta ijin hari itu pulang lebih cepat saat Reno mengabari jika dia sudahlandingdi Lombok Prayaairport. Aku memintanya untuk langsung pulang kerumah.Aku sudah menunggu selama satu jam, menguatkan hatiku untuk apapun kejujuran Reno. Daripada marah, aku lebih merasa penasaran. Rasa cemburu sudah kubuang jauh, aku tahu diri, aku pun bisa dibilang selingkuh. Makanya aku tidak ingin menghakimi.Suara mesin terdengar, aku menelan salivaku dan membuka pintu. Raut wajah suamiku itu sangat sumringah saat melihatku sudah berdiri menantinya."Hai sayang ..." Reno langsung memelukku. Dia mengec
Aku menyeret koper masuk lobby apartemen di wilayah Ancol. Setelah menemukan nomor unitnya aku langsung masuk.Aku menyapu pandangan ke ruangan mungil itu, perabotnya lengkap, terlihat modern tapi simple. Apartemen ini milik calon suami Krista. Sahabatku itu meminjamkannya untukku sementara waktu, Krista bersedia membantuku untuk mencarikan tempat tinggal sementara saat aku kebingungan harus kemana. Semua kejadian tidak terduga ini membuatku harus menjalani tanpa persiapan apapun.Dua minggu setelah aku mengajak Reno berpisah, aku mengundurkan diri dari Rilex Hotel.Kenapa aku menerima kesalahan Reno dan tidak mempertahankan pernikahan kami?Bayangan Karina yang tengah hamil selalu menghantuiku, aku merasa tidak berhak mengambil kebahagiaan perempuan itu. Aku yakin, walau Karina bilang bahwa hubungan mereka tidak perlu diresmikan, tapi hati kecilnya pasti ada keinginan itu. Dan aku merasa juga sudah waktunya Reno merasakan cinta yang sesungguhnya.
Kak Elle berdiri dan menghela napas. "Semua tampak baik Lex. Kami suami istri yang terlihat harmonis, tapi jauh didalam hati, kami sama-sama tidak bahagia."Kak Elle merapihkan selimut Brielle kemudian kembali duduk. "Aku bersyukur Lex. Selama ini Drian menjalankan perannya dengan baik. Dia suami yang perhatian dan Papa yang sayang dengan Brielle. Drian selalu menghabiskan waktu libur nya dengan Brielle. Tidak pernah sekalipun menolak jika aku ingin pergi kemana saja, dia selalu menemani kami." Kak Elle tersenyum ke arah putrinya."Tapi aku juga ga buta, melihat setiap malam dia hanya melamun menatap keluar jendela, aku tau kemana pikirannya tertuju. Aku juga ga tuli, mendengar nama yang selalu dia panggil dalam tidurnya. Selama ini aku menutup pikiranku, bahwa Drian akan jadi pengobat kehilanganku akan Brian, dia akan menjadi pengganti papa Brielle itu, tapi ternyata semua sulit. Sedikitpun pria itu tidak pernah buka hatinya buat aku. Dia hanya mencintai Brielle sebag
"H-hai ..." Aku mengerjap gugup.Kak Drian mengangkat keranjang dan meletakannya di meja. Kemudian dia menatapku sambil mengulurkan tangannya."Apa kabar, Lex?" Dia tersenyum membuatku ingin menangis saat itu juga karena rasa rindu yang tiba-tiba menyerang membuat tenggorokanku tersumbat."Baik." Suaraku menghilang entah kemana tapi aku yakin dia mendengar. Kak Drian masih menggenggam tanganku dan kami juga masih saling menatap. Kalau mata bisa bicara, mungkin sudah banyak kata yang terungkap sejak tadi.Aku berdehem sambil melepaskan tanganku."Kapan datang dari Palembang?" tanyaku basa-basi."Semalem." Dia masih intens menatapku membuat pipiku terasa panas."Oh ..." Aku menyelipkan helaian rambut di telinga untuk menghilangkan rasa gugup."Lex, aku ...""Halo Alexys ..." suara wanita menginterupsi ucapan pria itu. Senyum tante Lily membuatku sedikit kikuk."Drian, kenapa tahan Alexys disini? Ayo sayang kita ke d
"Ibu Karina mengalami kram perut, mungkin akibat dari frekuensi buang air yang terus menerus. Beliau harus istirahat selama beberapa hari. Siapa suaminya?" Sang dokter menatap ke arah Reno dan kak Drian bergantian."Saya dok ..."jJawab Reno."Silahkan ikut saya, Pak."Dan aku melihat wajah kak Drian berubah kaget. Lalu dia menatapku penuh tanda tanya tapi aku memalingkan wajahku. Sekarang bukan saatnya untuk menjelaskan apapun pikirku.Aku mendekati ranjang lalu bertanya pada suster tentang keadaan wanita itu. Lalu diam sampai Reno kembali."Lex.. aku harus tunda sidang kita sampai kondisi Karina membaik. Sekarang aku mau urus proses supaya dia dipindahin ke rumah sakit biasa Karina kontrol kandungan.""Gw bantu." Suara kak Drian membuat kami berdua menoleh dan terkejut. "Gw urus dulu." Pria itu langsung keluar ruangan IGD.Aku terduduk di kursi. Aku tahu pasti kak Drian bingung dan marah, tapi dia tetap tenang dan malah membantu kami
"Kamu yakin tetep mau stay disini?" Aku menyernyitkan dahi memandang pria yang sedari tadi sibuk mondar mandir di dapur kecilku. Suara kekehannya membuatku salah tingkah."Seriously, Lex? Setelah semalam kita tidur bareng, sekarang kamu tanya apa aku bener mau nginep disini? Ck ... ck ..." Dia menggeleng sambil memindahkan omelet dari wajan ke piring.Wajahku terasa panas mendengar jawabannya. "Oh God, please stop saying that ..."Aku menutup wajahku."Well, technicallykita tidurin the same bed,satu selimut. Apa istilahnya kalau bukan tidur bareng?" Kak Drian tertawa.Aku tahu dia sedang menggodaku. Dan aku mati kutu dengan pernyataannya.Apa yang kalian pikirkan? Kami tidur bersama bukan seperti yang ada dalam pikiran kalian ya ...Aku tidak tega menyuruhnya untuk tidur di sofa kecilku, dan tidak ada lagi tempat untuk tidur di apartemen ini jadi aku menawarkannya tidur di sisi ranja
Aku dan kak Drian menjenguk Karina di rumah sakit keesokan harinya. Aku merasa lega kandungannya baik-baik saja. Wajahnya tidak sepucat kemarin, Reno menjelaskan bahwa dia akan membawa Karina ke Singapore, di sana ada keluarga Reno, mereka sudah tahu mengenai Karina dan menerima kehadiran wanita itu. Aku pun sudah menjelaskan pada Mama Reno bahwa aku tulus melepaskan pernikahan kami saat dia datang mengunjungiku ke Jakarta sebulan lalu.Reno bilang, dia akan meminta bantuan pengacara agar kami tidak bolak-balik mengurus perceraian kami. Aku menyerahkan segalanya pada Reno. Kak Drian juga bilang bahwa dia akan menemaniku jika aku harus datang ke Lombok.Sesaat sebelum kami pamit, aku melihat kedua pria itu berbicara di luar. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi mereka kemudian berpelukan ala pria dan tidak lama kami pamit pergi. Aku bilang pada Reno untuk mengabariku saat mereka akan pergi ke Singapore. Aku ingin ikut mengantar ke bandara.Malam itu kak Drian me