Kak Elle berdiri dan menghela napas. "Semua tampak baik Lex. Kami suami istri yang terlihat harmonis, tapi jauh didalam hati, kami sama-sama tidak bahagia."
Kak Elle merapihkan selimut Brielle kemudian kembali duduk. "Aku bersyukur Lex. Selama ini Drian menjalankan perannya dengan baik. Dia suami yang perhatian dan Papa yang sayang dengan Brielle. Drian selalu menghabiskan waktu libur nya dengan Brielle. Tidak pernah sekalipun menolak jika aku ingin pergi kemana saja, dia selalu menemani kami." Kak Elle tersenyum ke arah putrinya.
"Tapi aku juga ga buta, melihat setiap malam dia hanya melamun menatap keluar jendela, aku tau kemana pikirannya tertuju. Aku juga ga tuli, mendengar nama yang selalu dia panggil dalam tidurnya. Selama ini aku menutup pikiranku, bahwa Drian akan jadi pengobat kehilanganku akan Brian, dia akan menjadi pengganti papa Brielle itu, tapi ternyata semua sulit. Sedikitpun pria itu tidak pernah buka hatinya buat aku. Dia hanya mencintai Brielle sebag
"H-hai ..." Aku mengerjap gugup.Kak Drian mengangkat keranjang dan meletakannya di meja. Kemudian dia menatapku sambil mengulurkan tangannya."Apa kabar, Lex?" Dia tersenyum membuatku ingin menangis saat itu juga karena rasa rindu yang tiba-tiba menyerang membuat tenggorokanku tersumbat."Baik." Suaraku menghilang entah kemana tapi aku yakin dia mendengar. Kak Drian masih menggenggam tanganku dan kami juga masih saling menatap. Kalau mata bisa bicara, mungkin sudah banyak kata yang terungkap sejak tadi.Aku berdehem sambil melepaskan tanganku."Kapan datang dari Palembang?" tanyaku basa-basi."Semalem." Dia masih intens menatapku membuat pipiku terasa panas."Oh ..." Aku menyelipkan helaian rambut di telinga untuk menghilangkan rasa gugup."Lex, aku ...""Halo Alexys ..." suara wanita menginterupsi ucapan pria itu. Senyum tante Lily membuatku sedikit kikuk."Drian, kenapa tahan Alexys disini? Ayo sayang kita ke d
"Ibu Karina mengalami kram perut, mungkin akibat dari frekuensi buang air yang terus menerus. Beliau harus istirahat selama beberapa hari. Siapa suaminya?" Sang dokter menatap ke arah Reno dan kak Drian bergantian."Saya dok ..."jJawab Reno."Silahkan ikut saya, Pak."Dan aku melihat wajah kak Drian berubah kaget. Lalu dia menatapku penuh tanda tanya tapi aku memalingkan wajahku. Sekarang bukan saatnya untuk menjelaskan apapun pikirku.Aku mendekati ranjang lalu bertanya pada suster tentang keadaan wanita itu. Lalu diam sampai Reno kembali."Lex.. aku harus tunda sidang kita sampai kondisi Karina membaik. Sekarang aku mau urus proses supaya dia dipindahin ke rumah sakit biasa Karina kontrol kandungan.""Gw bantu." Suara kak Drian membuat kami berdua menoleh dan terkejut. "Gw urus dulu." Pria itu langsung keluar ruangan IGD.Aku terduduk di kursi. Aku tahu pasti kak Drian bingung dan marah, tapi dia tetap tenang dan malah membantu kami
"Kamu yakin tetep mau stay disini?" Aku menyernyitkan dahi memandang pria yang sedari tadi sibuk mondar mandir di dapur kecilku. Suara kekehannya membuatku salah tingkah."Seriously, Lex? Setelah semalam kita tidur bareng, sekarang kamu tanya apa aku bener mau nginep disini? Ck ... ck ..." Dia menggeleng sambil memindahkan omelet dari wajan ke piring.Wajahku terasa panas mendengar jawabannya. "Oh God, please stop saying that ..."Aku menutup wajahku."Well, technicallykita tidurin the same bed,satu selimut. Apa istilahnya kalau bukan tidur bareng?" Kak Drian tertawa.Aku tahu dia sedang menggodaku. Dan aku mati kutu dengan pernyataannya.Apa yang kalian pikirkan? Kami tidur bersama bukan seperti yang ada dalam pikiran kalian ya ...Aku tidak tega menyuruhnya untuk tidur di sofa kecilku, dan tidak ada lagi tempat untuk tidur di apartemen ini jadi aku menawarkannya tidur di sisi ranja
Aku dan kak Drian menjenguk Karina di rumah sakit keesokan harinya. Aku merasa lega kandungannya baik-baik saja. Wajahnya tidak sepucat kemarin, Reno menjelaskan bahwa dia akan membawa Karina ke Singapore, di sana ada keluarga Reno, mereka sudah tahu mengenai Karina dan menerima kehadiran wanita itu. Aku pun sudah menjelaskan pada Mama Reno bahwa aku tulus melepaskan pernikahan kami saat dia datang mengunjungiku ke Jakarta sebulan lalu.Reno bilang, dia akan meminta bantuan pengacara agar kami tidak bolak-balik mengurus perceraian kami. Aku menyerahkan segalanya pada Reno. Kak Drian juga bilang bahwa dia akan menemaniku jika aku harus datang ke Lombok.Sesaat sebelum kami pamit, aku melihat kedua pria itu berbicara di luar. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi mereka kemudian berpelukan ala pria dan tidak lama kami pamit pergi. Aku bilang pada Reno untuk mengabariku saat mereka akan pergi ke Singapore. Aku ingin ikut mengantar ke bandara.Malam itu kak Drian me
Mataku gelap, aku terus menduga-duga dengan bertanya terus kemana kami akan pergi. Kak Drian mencubit pipiku, aku pura-pura meringis, lalu dia mengelusnya dan kami tertawa, rasanya menyenangkan. Tangan kami terus bertaut di sepanjang perjalanan sampai mobil berhenti entah dimana.Angin terasa kencang saat kak Drian membukakan pintu mobil, perjalanan tadi terasa tidak terlalu jauh. Kak Drian menuntunku, kami seperti masuk ke dalam sebuah gedung, aku mendengar seseorang menyapa pria itu dengan namanya, berarti dia mengenal kak Drian. Lalu kami seperti naik ke dalam lift, kak Drian terus memeluk bahuku.Bunyi lift berdenting dan kami berjalan. Aku meremas tangan pria itu, jantungku berdebar kencang. Aku penasaran dengan apa yang ingin dia lakukan. Setelah beberapa langkah keluar lift kami berhenti.Aku mendengar suara, pria itu menekan tombol angka dan suara pintu terbuka."Kita dimana sih?"Hanya tawanya yang terdengar sebagai jawaban. Aku merasakan
Kami tidak berhenti berciuman, tenggorokanku rasanya haus, tapi bukan ingin minum air, tapi dengan sentuhan dan rasa pria itu. Saat lidah pria itu menelusup ke rongga mulutku, aku mempertemukan dengan pasangannya dan kami saling mengecap satu sama lain.Perutku berputar mengirimkan aliran panas ke bagian bawah tubuhku. Dan tiba-tiba kak Drian menarik diri saat aku ingin memagutnya lebih dalam.Mata kami bertemu dalam kabut yang sama, napas kami saling bersautan dan aku mendesis kecewa saat dia setengah bangkit, tanpa sadar aku menahan lehernya."Lex ... aku ..." dia berdehem, "Aku udah bilang kalau aku ga akan lakuin apapun tanpa kamu ...."Aku membungkam mulutnya dengan ciumanku kemudian melepasnya lagi. Aku tahu dia menahan diri, dia ingin aku mengucapkan kalimat yang sedari kemarin dia tunggu."Aku mau kamu." bisikku mendekat ke telinganya, mengusap bibirku ke cuping telinganya yang dingin.Kak Drian terpana lalu menyeringai, mengecup bib
Dua bulan kemudian..Aku duduk menatap Mama dan Papa, mataku tertunduk, tidak sanggup melihat guratan kekecewaan di wajah mereka.Aku memutuskan untuk menceritakan tentang perpisahanku dengan Reno setelah proses perceraian kami selesai. Reno datang satu jam sebelumnya, dia bilang ingin menyampaikan langsung tentang hal ini dan meminta maaf, kedua orang tuaku sangat terpukul.Proses perceraian kak Elle dan kak Drian sedang berjalan, dan sekarang kedua orangtuaku harus kembali menerima berita buruk tentang anak bungsunya. Aku merasa bersalah tapi kupikir semakin cepat aku ceritakan maka semakin baik.Lagipula aku tidak bisa terus-terusan berhubungan dengan kak Drian secara sembunyi-sembunyi. Aku belum bilang tentang itu pada mereka. Satu per satu pikirku."Kenapa bisa begitu Lex?" Suara mama terdengar sedih.Walau tadi Reno mengatakan bahwa perpisahan kami mutlak karena kesalahannya menghamili wanita lain, tapi aku tidak ingin
Sudah dua minggu sejak Mama keluar dari rumah sakit, kondisinya semakin membaik. Mama akhirnya bilang bahwa apapun keputusan yang kami berdua lakukan dengan pernikahan kami, Mama tidak akan ikut campur. "Kalian berhak menentukan kebahagiaan kalian sendiri. Kami sebagai orangtua hanya bisa mendukung dan mendoakan." Itu yang Mama sampaikan pada kami, walau aku merasa lega, tapi ada kecemasan mengenai kedepannya tentang hubunganku dengan kak Drian. Aku dan dia sepakat untuk menunda memberi tahu tentang hubungan kami, setidaknya sampai semua urusan selesai antara dia dan kak Elle. Aku berharap, aku tidak akan membuat Mama sedih lagi. Kehadiran Brielle cukup banyak membantu. Gadis kecil itu membuat Mama tersenyum dengan tingkah lakunya yang menggemaskan. Kak Elle sedikit banyak menceritakan tentang Adam saat Mama bertanya. Tentu saja Mama sedikit terkejut, Mama juga mengenal pria itu, beberapa kali Mama mengantar kak Elle ke psikia