Kami tidak berhenti berciuman, tenggorokanku rasanya haus, tapi bukan ingin minum air, tapi dengan sentuhan dan rasa pria itu. Saat lidah pria itu menelusup ke rongga mulutku, aku mempertemukan dengan pasangannya dan kami saling mengecap satu sama lain.
Perutku berputar mengirimkan aliran panas ke bagian bawah tubuhku. Dan tiba-tiba kak Drian menarik diri saat aku ingin memagutnya lebih dalam.
Mata kami bertemu dalam kabut yang sama, napas kami saling bersautan dan aku mendesis kecewa saat dia setengah bangkit, tanpa sadar aku menahan lehernya.
"Lex ... aku ..." dia berdehem, "Aku udah bilang kalau aku ga akan lakuin apapun tanpa kamu ...."
Aku membungkam mulutnya dengan ciumanku kemudian melepasnya lagi. Aku tahu dia menahan diri, dia ingin aku mengucapkan kalimat yang sedari kemarin dia tunggu.
"Aku mau kamu." bisikku mendekat ke telinganya, mengusap bibirku ke cuping telinganya yang dingin.
Kak Drian terpana lalu menyeringai, mengecup bib
Dua bulan kemudian..Aku duduk menatap Mama dan Papa, mataku tertunduk, tidak sanggup melihat guratan kekecewaan di wajah mereka.Aku memutuskan untuk menceritakan tentang perpisahanku dengan Reno setelah proses perceraian kami selesai. Reno datang satu jam sebelumnya, dia bilang ingin menyampaikan langsung tentang hal ini dan meminta maaf, kedua orang tuaku sangat terpukul.Proses perceraian kak Elle dan kak Drian sedang berjalan, dan sekarang kedua orangtuaku harus kembali menerima berita buruk tentang anak bungsunya. Aku merasa bersalah tapi kupikir semakin cepat aku ceritakan maka semakin baik.Lagipula aku tidak bisa terus-terusan berhubungan dengan kak Drian secara sembunyi-sembunyi. Aku belum bilang tentang itu pada mereka. Satu per satu pikirku."Kenapa bisa begitu Lex?" Suara mama terdengar sedih.Walau tadi Reno mengatakan bahwa perpisahan kami mutlak karena kesalahannya menghamili wanita lain, tapi aku tidak ingin
Sudah dua minggu sejak Mama keluar dari rumah sakit, kondisinya semakin membaik. Mama akhirnya bilang bahwa apapun keputusan yang kami berdua lakukan dengan pernikahan kami, Mama tidak akan ikut campur. "Kalian berhak menentukan kebahagiaan kalian sendiri. Kami sebagai orangtua hanya bisa mendukung dan mendoakan." Itu yang Mama sampaikan pada kami, walau aku merasa lega, tapi ada kecemasan mengenai kedepannya tentang hubunganku dengan kak Drian. Aku dan dia sepakat untuk menunda memberi tahu tentang hubungan kami, setidaknya sampai semua urusan selesai antara dia dan kak Elle. Aku berharap, aku tidak akan membuat Mama sedih lagi. Kehadiran Brielle cukup banyak membantu. Gadis kecil itu membuat Mama tersenyum dengan tingkah lakunya yang menggemaskan. Kak Elle sedikit banyak menceritakan tentang Adam saat Mama bertanya. Tentu saja Mama sedikit terkejut, Mama juga mengenal pria itu, beberapa kali Mama mengantar kak Elle ke psikia
Aku mengerjap, merasa silau dengan sinar matahari yang menyinariku.Aku dimana?Aku menatap ke depan, ke sekelilingku, aku seperti ada di padang rumput antah berantah bak di negeri dongeng. Dimana ini?Aku berjalan, tidak melihat apapun, tidak ada siapapun juga. Aku terus berjalan, semua terlihat sama. Hanya padang rumput membentang luas seolah tak berujung.Ini dimana sih?Aku berhenti dan berpikir bagaimana caranya aku bisa ada disini.Wait, tadi seseorang memukulku. Tanganku terangkat ke kepala, aku meraba-raba tapi tidak merasakan sakit sedikitpun.Aku kembali menolehkan kepala ke segala arah, berusaha mencari atau menemukan tanda tentang keberadaanku. Lalu akhirnya aku lanjut berjalan entah kemana arahnya. Terus mencari keberadaan manusia yang belum juga aku temukan.Entah berapa lama aku berjalan, aku melihat sosok anak kecil sedang duduk bermain dengan k
Tut.. tut...tut..Suara mesin pendeteksi detak jantung mengganggu tidurku, aku membuka mata perlahan. Cahaya putih dari lampu membuatku silau, suara kursi berderit dan beberapa orang mendekat."Sayang ..." Itu suara Mama. Leherku terasa sakit sehingga aku meringis hingga menangis."Jangan gerak, Nak. Leher kamu cedera."Aku mengatur napas agar sakitnya hilang. Aku melirik, melihat Papa, kak Elle dan Mama mengelilingiku."Lex ... oh syukurlah ..." kak Elle mengelus lenganku. Dia menghapus air matanya."Udah satu setengah hari kamu ga sadarkan diri Lex. Papa khawatir sekali." Papa mengelus pelan rambutku.Aku mengerjap pelan. Dimana kak Drian?Suara pintu terbuka."Drian, Lexy sudah sadar ..." sahut Mama dan suara sepatu mendekat dengan cepat."Sayang ..." Kak Drian langsung mengecup keningku. "Terima kasih Tuhan. Sayang, kamu sadar ..."Aku bingung melihat kak Drian yang dengan santai memanggilku mesra, apa
"Alexys!" Aku berteriak memanggilnya. Aku tahu, ini reaksi biasa. Kesadarannya mulai kembali tapi aku tetap merasa panik. Elle semakin terlihat bingung sambil memegangi tangan adiknya itu.Tiba-tiba tubuh wanita itu tersentak.. dan Lexy membuka matanya. Dia ingin berbicara tapi aku melarangnya. Aku berteriak memanggil suster tapi kemudian wanita itu kembali pingsan.Dokter jaga memeriksa dan aku memintanya untuk segera ditangani.Tidak lama kemudian para orangtua datang. Kedua mama tampak cemas dan menangis melihat Lexy. Aku tidak bisa menguasai diri, aku terduduk lemas."Dri ... kamu harus tegar oke. Lexy gapapa. Mudah-mudahan ga ada tulangnya yang retak." Elle mengusap bahuku sambil berbisik."Elle, aku ga bisa kehilangan dia. Kami pernah kehilangan anak kami dulu. Dan aku ga mau dia ninggalin aku."Elle terpaku, "Ap ... apa?"Aku menutup wajahku, tidak bisa membayan
Alexys POV Air mataku menetes, aku reflek memegang perut. Tangan pria itu juga menangkup tanganku. "A-aku ... hamil ... lagi?" Aku merasakan anggukan kepala dan kecupan di pelipisku. "Dua belas minggu ...". Aku memejamkan mata, mengungkapkan rasa syukurku pada Tuhan. Dia memberikan aku kesempatan kedua. Aku tidak dapat menahan rasa haru, aku memeluk erat pria itu. Aku mendongak dan melihat matanya berkaca-kaca. Kak Drian pasti sama bersyukurnya denganku. "Tapi Mama Papa gimana An?" Aku bertanya setelah menghentikan tangisku. "Ya, pada akhirnya mereka menerima. Awalnya mereka bingung kenapa kita bisa seperti ini. Mereka memang ingin menjodohkan kita, tapi aku dengan Elle dan kamu sama Brian. Tapi mereka pikir kita tidak bisa memaksakan perasaan, seperti aku yang tiba-tiba jatuh cinta sama kamu dulu." "Hmmm ... Kok kamu bisa jatuh cinta sama aku An? Padahal kita jarang bicara dulu. Lagian aku masih kecil."
"Nekat kamu ya ...." Aku menggeleng tidak percaya melihat Kak Drian melompat masuk dari jendela sambil tersenyum lebar, dia menyeka keningnya yang berkeringat sebelum mendekatiku.Sudah seminggu aku kembali ke rumah orangtuaku, Papa melarang kami untuk tinggal bersama sebelum pernikahan kami nanti. Rencananya pernikahan kami akan di adakan dihalaman belakang rumah orangtuaku. Acaranya sederhana, hanya mengundang saudara dan teman dekat. Aku juga mengundang Reno dan Karina. Aku meminta Krista menjadibridemaidsku dan dia menangis sambil mengangguk menerima tawaranku.Kak Drian memelukku, dan aku juga mendekapnya erat, padahal baru seminggu kami berpisah tapi aku sudah sangat merindukannya."Ga ada yang liat kamu manjat apa?" tanyaku heran.Dia terkekeh pelan. "Aku minta Elle bantu selundupin aku, tapi dia ga mau. Ya terpaksa deh ... aku kangen banget sama kamu. Sama dia juga ..." Kak Drian mengelus pelan perutku sambil mencium bibirku. Aku me
Ketukan di pintu membuat tidurku terganggu. Aku mengerang merasa kehilangan tangan hangat yang memelukku sepanjang malam. Aku mengerjap menyesuaikan mataku dengan sinar matahari yang mulai masuk ke sela-sela kamar. Aku melihat kak Drian memakai celananya lalu berjalan membukakan pintu. "Pagi Lexy Say ... Astaga!" pekikan Mama membuatku langsung duduk tegak. "Na ... kal ... ka ... mu ... ya ...!" Mama memukul bahu telanjang kak Drian. Lalu tidak segan menjewer telinga pria itu. Aku hanya bisa menunduk malu sambil memegang erat selimut di dadaku. Kak Drian mengaduh, telinganya merah. Tidak lama aku melihat kakakku masuk sambil tertawa. "Udah aku bilang tar ketahuan. Masih aja ..." sahutnya mencibir. Sejak malam itu, setiap hari kak Drian memanjat jendela kamarku. "Drian, Mama tau kamu mau selalu sama Lexy, tapi sabar dong! Malam ini kan pernikahan kalian ..." Mama meletakkan piring makanan di meja nakas disamping ranjang. "Astag