Aku mengerjap, merasa silau dengan sinar matahari yang menyinariku.
Aku dimana?
Aku menatap ke depan, ke sekelilingku, aku seperti ada di padang rumput antah berantah bak di negeri dongeng. Dimana ini?
Aku berjalan, tidak melihat apapun, tidak ada siapapun juga. Aku terus berjalan, semua terlihat sama. Hanya padang rumput membentang luas seolah tak berujung.
Ini dimana sih?Aku berhenti dan berpikir bagaimana caranya aku bisa ada disini.
Wait, tadi seseorang memukulku. Tanganku terangkat ke kepala, aku meraba-raba tapi tidak merasakan sakit sedikitpun.
Aku kembali menolehkan kepala ke segala arah, berusaha mencari atau menemukan tanda tentang keberadaanku. Lalu akhirnya aku lanjut berjalan entah kemana arahnya. Terus mencari keberadaan manusia yang belum juga aku temukan.
Entah berapa lama aku berjalan, aku melihat sosok anak kecil sedang duduk bermain dengan k
Tut.. tut...tut..Suara mesin pendeteksi detak jantung mengganggu tidurku, aku membuka mata perlahan. Cahaya putih dari lampu membuatku silau, suara kursi berderit dan beberapa orang mendekat."Sayang ..." Itu suara Mama. Leherku terasa sakit sehingga aku meringis hingga menangis."Jangan gerak, Nak. Leher kamu cedera."Aku mengatur napas agar sakitnya hilang. Aku melirik, melihat Papa, kak Elle dan Mama mengelilingiku."Lex ... oh syukurlah ..." kak Elle mengelus lenganku. Dia menghapus air matanya."Udah satu setengah hari kamu ga sadarkan diri Lex. Papa khawatir sekali." Papa mengelus pelan rambutku.Aku mengerjap pelan. Dimana kak Drian?Suara pintu terbuka."Drian, Lexy sudah sadar ..." sahut Mama dan suara sepatu mendekat dengan cepat."Sayang ..." Kak Drian langsung mengecup keningku. "Terima kasih Tuhan. Sayang, kamu sadar ..."Aku bingung melihat kak Drian yang dengan santai memanggilku mesra, apa
"Alexys!" Aku berteriak memanggilnya. Aku tahu, ini reaksi biasa. Kesadarannya mulai kembali tapi aku tetap merasa panik. Elle semakin terlihat bingung sambil memegangi tangan adiknya itu.Tiba-tiba tubuh wanita itu tersentak.. dan Lexy membuka matanya. Dia ingin berbicara tapi aku melarangnya. Aku berteriak memanggil suster tapi kemudian wanita itu kembali pingsan.Dokter jaga memeriksa dan aku memintanya untuk segera ditangani.Tidak lama kemudian para orangtua datang. Kedua mama tampak cemas dan menangis melihat Lexy. Aku tidak bisa menguasai diri, aku terduduk lemas."Dri ... kamu harus tegar oke. Lexy gapapa. Mudah-mudahan ga ada tulangnya yang retak." Elle mengusap bahuku sambil berbisik."Elle, aku ga bisa kehilangan dia. Kami pernah kehilangan anak kami dulu. Dan aku ga mau dia ninggalin aku."Elle terpaku, "Ap ... apa?"Aku menutup wajahku, tidak bisa membayan
Alexys POV Air mataku menetes, aku reflek memegang perut. Tangan pria itu juga menangkup tanganku. "A-aku ... hamil ... lagi?" Aku merasakan anggukan kepala dan kecupan di pelipisku. "Dua belas minggu ...". Aku memejamkan mata, mengungkapkan rasa syukurku pada Tuhan. Dia memberikan aku kesempatan kedua. Aku tidak dapat menahan rasa haru, aku memeluk erat pria itu. Aku mendongak dan melihat matanya berkaca-kaca. Kak Drian pasti sama bersyukurnya denganku. "Tapi Mama Papa gimana An?" Aku bertanya setelah menghentikan tangisku. "Ya, pada akhirnya mereka menerima. Awalnya mereka bingung kenapa kita bisa seperti ini. Mereka memang ingin menjodohkan kita, tapi aku dengan Elle dan kamu sama Brian. Tapi mereka pikir kita tidak bisa memaksakan perasaan, seperti aku yang tiba-tiba jatuh cinta sama kamu dulu." "Hmmm ... Kok kamu bisa jatuh cinta sama aku An? Padahal kita jarang bicara dulu. Lagian aku masih kecil."
"Nekat kamu ya ...." Aku menggeleng tidak percaya melihat Kak Drian melompat masuk dari jendela sambil tersenyum lebar, dia menyeka keningnya yang berkeringat sebelum mendekatiku.Sudah seminggu aku kembali ke rumah orangtuaku, Papa melarang kami untuk tinggal bersama sebelum pernikahan kami nanti. Rencananya pernikahan kami akan di adakan dihalaman belakang rumah orangtuaku. Acaranya sederhana, hanya mengundang saudara dan teman dekat. Aku juga mengundang Reno dan Karina. Aku meminta Krista menjadibridemaidsku dan dia menangis sambil mengangguk menerima tawaranku.Kak Drian memelukku, dan aku juga mendekapnya erat, padahal baru seminggu kami berpisah tapi aku sudah sangat merindukannya."Ga ada yang liat kamu manjat apa?" tanyaku heran.Dia terkekeh pelan. "Aku minta Elle bantu selundupin aku, tapi dia ga mau. Ya terpaksa deh ... aku kangen banget sama kamu. Sama dia juga ..." Kak Drian mengelus pelan perutku sambil mencium bibirku. Aku me
Ketukan di pintu membuat tidurku terganggu. Aku mengerang merasa kehilangan tangan hangat yang memelukku sepanjang malam. Aku mengerjap menyesuaikan mataku dengan sinar matahari yang mulai masuk ke sela-sela kamar. Aku melihat kak Drian memakai celananya lalu berjalan membukakan pintu. "Pagi Lexy Say ... Astaga!" pekikan Mama membuatku langsung duduk tegak. "Na ... kal ... ka ... mu ... ya ...!" Mama memukul bahu telanjang kak Drian. Lalu tidak segan menjewer telinga pria itu. Aku hanya bisa menunduk malu sambil memegang erat selimut di dadaku. Kak Drian mengaduh, telinganya merah. Tidak lama aku melihat kakakku masuk sambil tertawa. "Udah aku bilang tar ketahuan. Masih aja ..." sahutnya mencibir. Sejak malam itu, setiap hari kak Drian memanjat jendela kamarku. "Drian, Mama tau kamu mau selalu sama Lexy, tapi sabar dong! Malam ini kan pernikahan kalian ..." Mama meletakkan piring makanan di meja nakas disamping ranjang. "Astag
TWELVE YEARS AGO part 1Drian FlashbackAku duduk di pinggir kolam sambil membaca buku menatap saudaraku dan Elle sedang lomba berenang. Suara kecipak air dan tawa mereka membuat konsentrasiku sedikit terganggu. Aku menghela napas melihat kelakuan kedua anak manusia itu, sudah mau di bangku akhir SMA tapi mereka seperti anak-anak TK baru pertama kali berenang."Hahahahahha! Wait ... wait ..." Elle melongok ke arah pintu teras belakang yang mengarah ke dapur rumahnya. "Lexy lama amat yak bikin es jeruk. Dri, bantu cek dong ..."Aku menurunkan bukuku menatapnya heran, ini rumahnya tetapi dia justru menyuruhku ... Ck, ck, ck ...Well, sejak kami kembali ke Jakarta lima tahun lalu dan akrab dengan keluarga teman Mamaku ini, hampir setiap weekend kami menghabiskan waktu di kediaman Om Julius dan Tante Karin atau pergi keluar dengan anak tertua mereka, Ellectra. Tante Karin itu sahabat baik Mama, akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian l
TWELVE YEARS AGO part 2Drian POVSetelah itu selama dua bulan berikutnya, aku selalu menemaninya kemana pun. Lebih tepatnya memperhatikan apa yang dia makan. Tenyata gadis kecil itu penggila makanan pedas, dan pecinta bakmi. Pantas saja!Dan satu hal lagi yang membuatku mau tidak mau selalu membantunya, dia cukup ceroboh untuk bocah berumur tiga belas tahun. Ada saja keteledoran yang dia lakukan, tak jarang juga membuat dia melukai dirinya sendiri. Ck.. ck.. ck..Suatu saat ketika kami sedang berenang bersama, gadis itu merengut karena Elle tidak mau mengajarinya berenang."Sini ... kakak ajarin!" tawarku sambil mengulurkan tangan. Dia memandangku ragu, tapi kemudian dia memegang tanganku.Setengah jam berikutnya aku terus mengajarinya untuk mengambang, satu hal yang aku tahu, Lexy cukup gigih untuk bisa berenang. Dan akhirnya setiap weekend dengan sukarela aku mengosongkan waktu untuk mengajarinya, membiarkan buku bacaanku ters
The Secret part 1Author POV"Ini apa?" Mata Elle menatap ke arah Drian tajam. Bukan hanya laki-laki itu yang menoleh, tetapi saudaranya juga. Mereka bertiga ada di kamar kedua pemuda kembar itu, kedekatan ketiganya membuat Elle dapat dengan leluasa masuk ke kamar Drian dan Brian. Mereka sudah sekian lama bersahabat dan dekat, bahkan Elle saat ini sedang menjalin hubungan asmara dengan Brian.Respon mereka diluar dugaan Elle, saling menatap, menandakan jika ada yang mereka sembunyikan dengan tersimpannya foto Alexys, adik kesayangan Elle di laci meja belajar Drian."Mm, itu ..." Brian mencoba berdalih."Diam kamu! Aku tanyanya ke Drian!" sahut Elle galak yang langsung membuat mulut Brian terkatup rapat."Itu privasiku." Drian berjalan mengambil selembar foto gadis impiannya dan menyimpannya kembali ke dalam laci."Privasiku juga kalau menyangkut Alexys!"Drian menghela napas, dia sudah memperkirakan cepat atau l