Share

Dipaksa Menikahi CEO Kejam
Dipaksa Menikahi CEO Kejam
Penulis: Yenita Wati

Prolog

Fallen Permana, seorang gadis cantik yang hidup bagaikan di dalam sangkar. Ia tak pernah menginjakkan kaki bahkan untuk ke luar dari rumahnya. Bahkan ia bersekolah di rumah. Tanpa teman, tanpa kasih sayang, ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan penakut.

Bukan tanpa alasan, Fallen hidup dalam kesepian dan kesedihan akibat sang ayah yang bernama Gunanda sangat membencinya. Sebenarnya, sejak lahir, ayahnya tidak menyukai keberadaannya karena ia adalah anak perempuan. Keberadaannya pun turut mengganggu waktu Gunanda bersama sang istri.

Hingga saat Fallen berusia delapan tahun, bencana itupun terjadi. Ia dan ibunya terlibat kecelakaan sehingga membuat sang ibu meninggal.

Dan sejak itulah, Gunanda semakin membenci Fallen, yang ia anggap sebagai anak pembawa petaka.

Pada saat Fallen dewasa, ia dipaksa menikah dengan seorang CEO kejam bernama Arjun Wijaya agar hidupnya semakin menderita.

"Kau adalah pembunuh. Menderita lah seumur hidupmu!" Gunanda menatap wajah Fallen dengan penuh dendam yang membara. Membuat Fallen hanya bisa tersenyum menahan tangis.

"Ayah, bolehkah aku memelukmu meski untuk yang terakhir kali?" pinta Fallen dengan raut wajah memelas.

"Bermimpi lah, anak pembawa sial! Aku tidak akan mengotori tubuh ku dengan kesialan mu!" Gunanda pergi meninggalkan Fallen yang kini berurai air mata.

Dengan air mata yang sudah tumpah, ia pun tersenyum sembari berkata, "Aku menyayangi mu, Ayah."

Namun tak hanya sampai di situ, kehidupan baru Fallen pun dimulai bersama Arjun, sang CEO kejam.

Hingga hari itu pun terjadi, satu persatu misteri pun terkuak dalam kehidupan mereka. Siapa Fallen dan Arjun sebenarnya adalah sebuah rahasia besar yang disembunyikan beberapa orang dengan alasan berbeda.

Bagaimana kah ceritanya? Yuk kita baca.

Jangan lupa follow I*******m @yenitawati24 untuk mendapatkan informasi seputar novel author ya ?

Dipaksa Menikah

Di sebuah rumah mewah di tengah kota.

Plakkkk!!

Tamparan keras mendarat tepat di pipi Fallen. Seorang gadis belia berusia dua puluh satu tahun. Pipi mulusnya kini terdapat ruam kemerahan akibat tamparan dari seseorang yang biasa ia panggil dengan sebutan Ayah.

"Apa kau bilang? Kau tidak mau menikah dengan Arjun?" tanya Gunanda dengan tatapan tajam.

"Dia sangat kejam, Ayah, aku takut." Fallen menangis sembari memegangi pipinya yang terasa sangat sakit akibat tamparan dari Gunanda.

"Asal kau tahu, aku tidak peduli dengan hidupmu. Aku menunggu saat ini, agar kau bisa menikah dengan pria kejam itu dan merasakan penderitaan seumur hidupmu, anak pembawa sial!" Gunanda menunjuk wajah Fallen dengan mata merah menyala, tampak jelas tatapan kebencian di mata nya.

Fallen langsung bersimpuh di kaki ayahnya. "Ayah, aku mohon, jangan paksa aku menikah dengannya. Selama ini aku selalu menuruti keinginan Ayah. Kasihani aku, Ayah. Kenapa di saat Ayah mau berbicara padaku, malah ini yang aku dengar."

"Menyingkir dari kakiku, dasar sialan!" Gunanda mendorong tubuh Fallen hingga kaki nya terlepas dari tangan Fallen.

Fallen hanya bisa menangis menerima perlakuan seperti itu dari ayah nya. Melawan? Tentu ia tidak akan berani. Karena sejak ia sadar dari koma, ayah nya tidak pernah menyayanginya, atau bahkan menganggap nya sebagai anak. Bahkan, publik pun tidak tahu bagaimana rupa anak dari seorang Gunanda Permana. Anak yang sejak lahir, tidak pernah diperkenalkan ke publik, dan lebih parah nya, sejak kecil, Fallen selalu menggunakan kacamata, topi dan masker ketika keluar bersama sang ibu saat masih hidup.

"Apa kau tahu, kenapa aku memberi mu nama Fallen?" tanya Gunanda tanpa menatap wajah Fallen.

Fallen hanya diam mendengarkan.

"Fallen artinya jatuh. Dan aku ingin kau selalu jatuh, hidup berantakan, agar kau merasakan bagaimana tersiksa nya hidup dalam penderitaan. Bagiku, kau itu hanya lah anak pembawa sial! Jika saja malam itu kau tidak bersama istriku, maka kecelakaan itu tidak akan terjadi! Kau yang menyebabkan istriku meninggal, dan kau malah hidup setelah itu!" Tatapan tajam Gunanda yang kini sangat menusuk membuat Fallen semakin takut.

"Ayah, maafkan aku, aku tidak ingat apa yang terjadi saat aku masih kecil, aku bahkan kehilangan ingatan setelah nya." Fallen menatap sembari memohon.

"Harus nya kau tidak hanya kehilangan ingatan, harus nya kau kehilangan nyawa sekalian!"

Mendengar ucapan Gunanda, Fallen hanya bisa terdiam. Ia dapat mengerti pasti rasa cinta ayah nya pada ibu nya sangat lah besar.

"Apa sekarang kau masih menolak?"

Dengan berat, akhir nya Fallen menggeleng. "Aku akan menuruti keinginan Ayah."

"Bagus, kalian akan segera menikah. Lebih cepat kau keluar dari rumah ini, itu akan lebih baik." Gunanda melangkah meninggalkan Fallen yang masih bersimpuh di atas lantai ruang keluarga.

Kakinya terasa berat untuk berdiri. Ia kembali mengingat perlakuan ayah nya setelah ia sadar dari koma. Begitu membuka mata, ia melihat tatapan kebencian di wajah ayah nya. Dan sejak itu, ayah nya tidak pernah mau berbicara dengannya kecuali hari ini, hanya untuk memaksa nya menikah dengan seorang Arjun Wijaya, seorang CEO yang terkenal akan kekejaman nya.

Seorang pelayan yang sudah berumur, datang menghampirinya lalu memeluk nya dan ikut menangis. Dialah Fatimah, seorang pelayan yang menyayangi Fallen sejak kecil seperti anaknya sendiri. Ketika Fallen bersedih, dia lah yang selalu ada untuk Fallen.

"Bibi Fatimah." Fallen menangis di pelukan pelayan nya itu.

"Bersabar lah, Nona. Semua ini ujian untuk Nona. Bibi akan selalu menyayangi Nona." Fatimah mengusap pelan kepala Fallen. Tampak jelas bahwa ia sangat menyayangi Fallen.

"Kenapa semua ini terjadi padaku, Bi. Aku pun tidak ingin hidup seperti ini. Aku tidak ingin kehilangan ibuku, aku tidak ingin mengalami kecelakaan itu. Tapi kenapa semua harus seperti ini, Bi." Fallen mengeluarkan semua keluh kesah nya.

"Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan umatnya, Nona. Jalani semua ini dengan ikhlas, Bibi yakin Nona akan mampu melewati nya.

Setelah lama bertangis-tangisan, akhirnya Fallen pun pergi ke kamar nya.

Di sana, ia mengambil sebuah bingkai kecil berisi foto ibu nya, lalu menangis. "Bu, kenapa Ayah tidak pernah menyayangi ku. Kenapa, Bu?"

"Jika saja waktu dapat diputar ulang, pasti aku tidak akan menderita seperti ini. Aku ingin sekali saja, Ayah menyayangi ku. Kenapa rasanya itu sulit sekali, Bu." Fallen mengusap air mata nya yang ini membasahi foto ibu nya. Dengan air mata yang masih mengalir, akhir nya ia pun tertidur.

*****

Di sebuah rumah mewah di kota yang sama.

Seorang pria tampan yang berwajah datar sedang menatap sebuah foto. Ia terus memandangi foto tersebut sambil sesekali tersenyum licik. Dialah Arjun Wijaya, pria berusia dua puluh lima tahun yang merupakan calon suami Fallen.

"Kenapa Gunanda memberikan putri yang sedari dulu tidak pernah ia perkenalkan ke publik? Apa yang dia rencanakan?" gumamnya sambil terus memandangi foto yang adalah foto Fallen.

"Hei, aku sedang bertanya, seharusnya kau menjawab ku, Jim," ucap Arjun tanpa menoleh.

"Apapun yang Tuan putuskan, saya yakin itu adalah hal yang tepat," ucap Jim, yang merupakan asisten pribadi Arjun.

"Bukan itu yang aku ingin dengar, apa kau ingin ku hukum cambuk lagi?" Kini Arjun menoleh ke asisten pribadi nya itu.

"Saya rasa Tuan Gunanda ingin melihat putri nya menikah."

"Menikah? Atau menderita?" tanya Arjun kurang puas.

"Saya rasa, keduanya, Tuan."

"Ya, kau benar. Tidak ada gadis yang berani dekat denganku, dan dia malah menyerahkan anaknya yang masih belia itu. Lihat saja, aku akan membuat hidup gadis itu menderita. Karena aku, tidak percaya pada wanita." Arjun menatap tajam ke foto Fallen. Ia dapat melihat betapa polosnya gadis yang akan ia nikahi. Ia bahkan masih ingat, saat Gunanda mendatanginya beberapa hari yang lalu hanya untuk memintanya untuk menikahi putrinya, dan meminta imbalan suntikan dana ke perusahaannya yang sedang tidak stabil.

Arjun langsung menerima permintaan Gunanda tanpa syarat apapun. Itu merupakan suatu keberuntungan untuk Gunanda karena keinginannya untuk melihat Fallen lebih menderita lagi, akhirnya terkabul.

Arjun melangkah menuju lift untuk menuju ke kamarnya. Namun, saat ia menyentuh tombol luar lift, ia merasakan bahwa tombol itu masih berdebu.

"Panggil pelayan kebersihan!" teriaknya hingga membuat seisi rumah menjadi takut.

Beberapa pelayan kebersihan yang adalah wanita semua pun datang dengan wajah pucat. Tanpa berkata, Arjun langsung menampar mereka satu persatu dengan tangannya sendiri.

"Berani sekali kalian membuat debu menempel di lift. Sekarang, pergi ke ruang hukuman dan jalani hukuman kalian. Jika aku melihat kesalahan lagi, aku akan membuat kalian kehilangan satu anggota tubuh kalian!" Arjun melangkah masuk ke dalam lift. Sementara, Jim hanya mengantar sampai depan lift.

Hukuman apa yang mereka terima? Itu adalah hukuman cambuk. Sebagaimana yang telah disepakati saat mereka melamar kerja, mereka harus menandatangani surat yang menyatakan bahwa mereka siap menerima sanksi dan hukuman dari Arjun apapun itu, meski menyakiti tubuh mereka. Karena bekerja pada Arjun, artinya menyerahkan diri mereka pada CEO kejam itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status