Share

Bab 2. Level Genus

Sepuluh tahun kemudian.

Alvaro tersadar dari lamunannya. Rambutnya yang sedikit memanjang dan ikal jatuh mengenai wajahnya. Ia menatap hasil coretannya dan membuang sktetsa itu ke tempat sampah di sisinya lalu ia memandang ke sekeliling. Rekan sesama Genus berjumlah sekitar 60 orang berada di ruangan yang sama dengannya. Genus adalah sebutan untuk anggota organisasi dengan level usia nol sampai sembilan belas tahun. Alvaro kini sudah berumur sembilan belas tahun dan setelah itu ia tak tahu masa depan seperti apa yang menantinya di organisasi ini.  

 “Oke, perhatikan di depan. Lihat alat-alat ini!” Suara Metira Jovanka menggema di sudut-sudut ruangan. “Selain alat pemanggil yang tentunya sudah familiar oleh kalian, kini saya ingin memberi tambahan senjata untuk kalian.” Wanita itu mulai menunjukkan senjata tambahan tersebut. Sebuah buku yang bisa membius saat dibuka lembarannya, alat tulis yang akan memberi kejutan listrik jika ditekan tombol bagian atas dan sebuah semprotan gas air mata berbentuk pena. 

 “Ini semua akan membantu dan mempermudah kalian dalam mendapatkan Spesies. Dan ingat untuk ‘tidak terlihat’ karena kalian bukan siapa-siapa,” tegas Metira Jovanka seraya mengitari para remaja yang menatapnya nyaris tak berkedip.

 Metira Jovanka adalah seorang wanita cantik berusia lima puluhan. Namun, jangan dibayangkan bahwa ia adalah wanita tua. Sebaliknya, kulitnya masih kencang, kenyal dan lembut seperti bayi. Rambutnya pun hitam pekat. Ia wanita yang sempurna dan semua wanita ingin memiliki semua yang ada pada dirinya kecuali sorot matanya yang tajam dan dingin. Alvaro kerap bergidik saat bersitatap dengan Metira.

 “Saya ingatkan juga pada kalian. Hampir separuh dari kelas ini sudah berusia 19 tahun. Buat diri kalian berguna. Kalian harus berprestasi di sini, tapi tidak di luar sana. Prestasi adalah penentu bagi kalian untuk naik tingkatan menjadi  Familia,”

 “Metira.” Alvaro mengangkat tangan, “Apa yang akan terjadi pada kami yang tidak berprestasi atau tidak lolos seleksi?” tanyanya. Beberapa pasang mata kini terarah padanya, menunggu jawaban untuk pertanyaan yang sama.

 Metira bergeming, tampak berpikir. Tatapannya menghujam Alvaro, “Pertanyaan tepat bagi dirimu, Alvaro. Mengingat  prestasimu  yang biasa itu,” jawab Metira tersenyum sinis memancing tawa kecil beberapa orang.

 Wajah Alvaro merah padam. Ia benci dihina. Diliriknya beberapa orang yang menertawainya dan berupaya mengingat wajah-wajah itu.

 “Bagi kalian yang tidak lolos, kalian akan dideportasi. Tidak bisa menetap di sini lagi.” Langkah Metira menjauh. “Sudah ya, saya tak ingin mendengar pertanyaan seperti ini lagi. Fokus saja pada prestasi kalian. Semakin baik ilmu bela diri kalian, semakin baik berakting, maka semakin banyak Spesies yang akan kalian dapatkan. Semakin banyak Spesies itu artinya, kalian makin mudah naik tingkat. Camkan itu baik-baik,” tegas Metira.

 Alvaro menegakkan tubuh. Ia merasa tak nyaman berada di ruangan itu. Masih banyak pertanyaan mengisi kepalanya dan tak kunjung menemukan jawaban. 

 “Metira, aku memiliki sebuah gaun berwarna cerah. Rencananya, aku akan memakainya di akhir pekan. Aku mau keluar bersama teman-temanku dan tolong beri aku ijin. Ini pesta yang meriah. Aku akan tampil cantik dan mencari Spesies yang tepat,” ujar seorang gadis yang duduk persis di depan Alvaro.

 Metira menoleh, memiringkan kepala dan tampak takjub. “Ooh, kau ingin berkencan?” Metira Jovanka tersenyum dan melangkah pelan ke arah gadis itu. Beberapa orang terdengar tertawa kecil, tapi tidak dengan Alvaro. Ia melihat Metira menggenggam sesuatu. 

 Awalnya gadis itu merona dan senyum malu menghiasi wajahnya. Hanya sesaat, sedetik kemudian ia menyadari ada yang salah. Matanya terbelalak dan tangannya berusaha untuk menutupi lehernya. Terlambat. Wanita bermata tajam itu menempelkan bolpoin beraliran listrik ke leher si gadis. Gadis itu terbelalak, berkelejotan lalu tak sadarkan diri. 

 Napas tertahan, hening, kini tak ada lagi yang berani membuka mulutnya. Metira menyeringai. “Kalian lihat kerja alat ini? Kecil tapi sungguh berguna. Begitu juga kalian. Buat diri kalian berguna. Jangan pernah ke pesta. Jangan pernah menggunakan pakaian atau asesoris apa pun yang berwarna terang. Ingat, kalian bu-kan siapa-siapa.” Lalu kelas itu bubar. Beberapa Genus yang lain membantu si gadis pingsan kembali ke kamarnya.

 Alvaro melangkah pelan di antara yang lain. Saat melewati beberapa penjaga, matanya bersitatap dengan seorang gadis berpakaian hitam yang ia tahu dua tahun lebih tua darinya. Gadis itu adalah salah satu yang lolos seleksi hingga bisa sampai tahap Familia. Gadis itu pula yang pernah menyelamatkan hidupnya. 

 “Davira, Barsha mencarimu.” Alvaro mendengar seseorang berbicara pada gadis itu. Davira mengangguk lalu pergi. Diam-diam, Alvaro mencatat nama gadis itu di benaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status