Share

Kelelahan

Sesampainya di rumah, Harry dan Selena masuk ke dalam rumah besar milik Harry.

"Mana kamarku?" tanya Selena yang menguap tiada henti karena sangat mengantuk. Sekarang sudah jam satu dini hari ketika mereka menginjakkan kaki di lantai rumah itu.

Harry menepuk dahinya.

"Kenapa? Apa kau lupa mempersiapkan kamar terpisah untuk kita?" Selena membelalakkan matanya. Ia sudah menduga ini akan terjadi.

"Iya, aku...lupa."

Selena kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. "Baiklah, kita lewati saja ini. Aku ingin segera tidur. Dimana kamarmu?"

"Ada di lantai dua." Harry menunjuk ke atas.

"Baiklah, hoaaam." Selena segera melangkah menapaki anak tangga satu persatu.

"Tunggu, sebenarnya kau tidak perlu...."

"Ssssstttt, aku mengantuk." Selena melanjutkan langkahnya.

"Di rumah ini ada....."

"Ssssssttttt!! Aku bilang aku mengantuk." Selena kembali melanjutkan langkahnya. Ia terus menguap sepanjang menapaki anak tangga. Rasa lelahnya kian membuncah saat rasa lelah semakin membebani tubuhnya.

Sesampainya di ujung tangga, Selena heran melihat Harry sudah berada di sana menunggunya.

"Kau! Kenapa cepat sekali?" Selena menatap heran.

"Aku naik lift."

"Apa? Kenapa kau tidak bilang? Aku menapaki...berapa jumlah anak tangga ini?"

"Tiga puluh."

"Aku menapaki tiga puluh anak tangga padahal aku bisa naik lift." Selena mengernyitkan dahinya.

"Tadi aku mau bilang kalau kau tidak perlu menaiki tangga karena di rumah ini ada lift."

Selena menatap Harry dengan tatapan penuh kekesalan. "Kau seharusnya bisa memberitahuku, meneriakiku, atau bahkan menarik tanganku agar aku tidak menaiki tangga ini."

"Baiklah, ayo ulangi lagi. Sekarang turunlah, dan aku akan meneriakmu dan menarik tanganmu." Harry menunjuk lantai bawah.

"Apa? Apa kau sudah gila? Untuk apa aku melakukan hal bodoh itu?"

"Agar kau berhenti meributkannya. Tidakkah kau tahu kita hidup di dunia yang tidak ada mesin waktu untuk mengulang kejadian? Apa menurutmu kemarahanmu bisa mengulang hal tadi?"

"Aku hanya sedikit kesal saja." Selena menghela nafas pelan.

"Sepertinya kau sudah tidak lelah lagi?" Harry memperhatikan mata Selena yang sudah tidak sayu lagi.

"Sudahlah, mana kamarmu?" tanya Selena.

"Itu." Harry menunjuk sebuah pintu besar yang tak jauh dari mereka.

Selena langsung pergi ke pintu itu dan masuk ke dalamnya. Kamar itu sangat besar dan luas.

"Aku akan tidur di ranjang dan kau di sofa." menunjuk sofa besar pada Harry.

"Apa? Tapi kan ini kamarku!"

"Apa kau setega itu membiarkan seorang wanita tidur di sofa?" 

"Apa kau setega itu menyuruh suamimu tidur di sofa kamarnya sendiri?"

'Dia terlihat agak bodoh, ceroboh, dan pelupa. Tapi kenapa omongannya susah sekali dikalahkan. Baru kali ini ada orang yang membuatku tidak bisa menjawab perkataannya,' batin Selena sambil mengamati Harry.

'Wajahnya ibarat jiplakan William. Bedanya yang ini mudah tersenyum dan banyak bicara. Tampan sih, tapi kenapa baru sehari jadi istrinya aku sudah tertimpa masalah terus, hiks,' Selena menangis dalam hati.

"Selena!" Harry membuyarkan lamunan Selena.

"Oh, ya. Kalau begitu, kita akan tidur di ranjang namun dengan pembatas bantal guling, bagaimana?" tawar Selena.

"Baiklah, tapi perhatikan dirimu agar tidak menabrak pembatas." Harry mengingatkan.

"Apa?" Selena membelalakkan matanya.

"Ayo tidur, aku lelah." Harry melangkah masuk ke dalam dan merebahkan dirinya ke ranjang. Tak lupa sebelumnya ia membuat pembatas dengan bantal guling.

Selena menghela nafas panjang. Ia juga merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Dalam beberapa menit, mereka sudah terlelap. Mereka benar-benar kelelahan.

*****

Pagi menjelang.

Di kediaman rumah William.

Ella sedang memasak menu sarapan untuk William. Hari ini untuk pertama kalinya ia memasak makanan untuk William.

Makanan sudah tersaji rapi di atas meja makan saat William baru turun dari lantai atas.

"Selamat pagi, Suamiku," sapa Ella.

"Selamat pagi," sahut William. Rasanya aneh mendengar Ella menyebut nama suamiku.

"Makanlah, aku sudah menghias menu sarapan pagi ini untukmu." Ella menyuguhkan sepiring nasi goreng yang dihias seperti bentuk wajah orang.

William yang melihat menu yang akan ia makan langsung terdiam. Ia berdiri dan melangkah mundur.

"Ada apa? Makanlah, nasi tidak akan masuk sendiri ke dalam mulut."

"Tidak! Jauhkan makanan itu dariku!" William semakin memundurkan langkahnya. Keringat dingin mulai bercururan membasahi tubuhnya.

"Will, kau kenapa?" Ella mendekati William yang seperti orang ketakutan.

"Maaf, Tuan. Saya sudah bilang pada nona bahwa Tuan William phobia makanan yang dihias menyerupai wajah orang." Siti mengambil nasi goreng William kemudian membawanya pergi.

"Siti kenapa dibawa?" teriak Ella.

"Ella, apa kau tau apa artinya Phobia?" tanya William yang sudah lebih tenang setelah makanan tadi dibawa Siti.

Ella menggeleng. "Aku tidak tahu."

William menepuk dahinya. "Phobia itu adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu. Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi, berada di suatu tempat, atau ketika melihat makanan seperti tadi." Ia mencoba menjelaskan.

"Tapi kenapa, Will? Nasi goreng itu lucu."

"Lucu bagimu belum tentu lucu bagi orang lain."

"Kenapa kau takut? Apa kau melihat monster di sana?" tanya Ella penasaran.

"Sudahlah, yang penting jangan buat makanan seperti itu lagi."

"Iya baiklah, sekarang duduk dan aku akan menyajikan nasi goreng tanpa hiasan apapun." Ella menarik kursi agar William kembali duduk.

William duduk di kursi dan mulai memakan masakan Ella. Suapan pertama, William dapat merasakan lautan garam di dalam nasi goreng tersebut.

"Ella, apa kau pernah memasak?" tanya William sambil meminum air putih yang banyak.

"Tidak, ini kali pertamanya aku memasak. Selama ini aku dan ayah makan di luar karena kami bekerja sejak pagi sampai sore. Saat aku masih kecil kami memakai jasa katering."

"Jadi makanan yang ku makan ini adalah hasil percobaan pertamamu?" tanya William dengan perasaan kesal.

"Iya!" Ella menjawab dengan semangat. "Eh, salahkah?" Ia terdiam dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ella, kenapa kau tidak merasakan dulu rasa masakan ini sebelum memberikannya kepadaku?" Mencoba tetap berbicara dengan lembut.

"Aku tidak mau merasakannya. Mencium aromanya saja sudah membuatku tidak nafsu makan."

'Astaga, dari planet mana dia berasal? Jika dia sendiri tidak mau makan nasi goreng buatannya karena tidak enak, kenapa malah memberikannya padaku? Apa baginya aku seperti tong sampah?' batin William.

"Berapa banyak garam yang kau masukkan ke dalam nasi goreng ini?" tanya William.

"Aku hanya memasukkan lima sendok garam. Sesuai takaran nasinya yang berjumlah lima centong nasi," sahut Ella.

William menggaruk kepalanya. "Ella, untuk ke depannya, kau harus membaca resep makanan sebelum memasaknya. Apa kau mengerti?"

"Iya, maafkan aku. Aku akan berusaha lebih baik ke depannya." Ella menunduk sedih.

"Apa yang ingin kau lakukan hari ini? Aku mendapatkan cuti selama seminggu."

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya kita kedatangan tamu penting." Ella menatap ke arah belakang William.

William juga menoleh dan terkejut melihat kedatangan orang tuanya.

"Ayah, Ibu."

"Selamat pagi, Sayang. Kalian sedang sarapan ya. Wah ada nasi goreng, sepertinya enak." Haira mengambil piring dan mengambil nasi goreng yang masih ada di wadah besar.

"Bu, sebenarnya itu..."

Sebelum William menyelesaikan kalimatnya, Haira sudah menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Selesai mengunyah, Haira mengambil minum dan menghabiskannya dalam beberapa teguk.

"Maaf Bu, ini kali pertamanya Ella belajar memasak, maklumi saja, ya."

"Iya, tidak apa-apa. Semangat terus ya, Sayang. Dulu juga ibu tidak bisa memasak." Haira memakan buah apel untuk menghilangkan rasa asin yang masih menyebar di dalam mulutnya.

"Ya sudah, kita tunggu saja makanan dari pelayan. Ayo kita ke ruang keluarga. Ada yang mau Ayah dan Ibu katakan," ujar Aiden.

Mereka pun pergi ke ruang keluarga. Sepertinya hal yang ingin dibicarakan orang tua William adalah sesuatu yang sangat penting hingga mereka menyambangi kediaman William pagi-pagi sekali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status