"Baiklah, kita sudah selesai makan. Sekarang katakan bagaimana seorang suami bisa bertemu mantan di club malam." Ella meletakkan gelasnya setelah tegukan terakhirnya.
William yang hendak menyendokkan makanan ke mulutnya kembali meletakkan sendok ke piringnya. "Sayang, kau yang sudah selesai. Aku belum. Sepertinya kau sangat lapar."
"Aku? Bukan aku yang kecepatan makan. Tapi kau yang menambah porsi makanmu, ingat?"
"Iya, iya. Aku habiskan dulu makananku, ya." William membelai pipi Ella dengan lembut.
"Ehmmm."
Suara deheman seseorang mengejutkan mereka. "Wah wah, pengantin baru masih kurang bulan madunya?" Haira menghampiri mereka yang masih berada di ruang makan.
"Ibu, apa kabar. Aku merindukan ibu." Ella memeluk Haira, ibu mertua kesayangannya.
"Ibu juga merindukan kalian. Mana oleh-oleh ibu?" Haira menadahkan tangan kepada William
Hari ini William akan kembali bekerja di kantor. Ella tengah memasangkan dasi untuknya. Namun, jiwa-jiwa pengantin baru masih menempel pada diri William. Sepanjang Ella memasang dasi, William terus saja mencoba mencium bibirnya. Bahkan saat ini tangannya memeluk erat tubuh Ella."William, lepaskan. Aku kesulitan memasangkanmu dasi kalau kau terus memelukku.""Aku kan hanya memeluk. Masa tidak boleh.""Ingat, kau akan ke kantor. Ada rapat besar hari ini.""Haah, membosankan. Apalagi hari ini dia juga datang." William membuang nafas kasar."Dia siapa?""Ayah akan melaunchingkan produk barunya dengan menggunakan model.""Maksudmu Jesika ada di sana?""Tumben cepat tanggap." William mencubit hidung Ella."Jika itu tentang pelakor tentu aku cepat tanggap. Ya sudah, pergilah. Tetapi saat jam makan
Selena sedang tergesa-gesa menuju ruang rapat. Kedua tangannya mengepal erat, wajahnya berubah masam."Enak saja dia. Aku sudah menunggunya cukup lama dan dia malah enak-enakan bersama Kania."Sesampainya di depan ruang rapat, Selena melihat ayah mertuanya, Aiden yang sedang berbicara dengan rekan kerjanya. Melihat Selena yang tampak emosi, Aiden buru-buru menyudahi pembicaraan dengan rekan bisnisnya lalu menghampiri Selena."Selena," panggil Aiden.Selena menghentikan langkah dan menoleh ke sumber suara. "A-ayah. Maaf, aku tidak melihat.""Kau mau kemana buru-buru begitu.""Ayah, kenapa Harry dan Kania masih berada di dalam?""Oh, mereka sedang membicarakan masalah proyek terbaru yang akan mereka kelola.""Kenapa harus berdua, Ayah?""Banyak CCTV di dalam, Selena. Kau jangan khawatir." Aide
Orang tua Harry dan orang tua Selena sudah sampai rumah sakit setelah mendengar kabar insiden yang dialami Selena.Mereka terlihat sangat panik dengan keadaan Selena yang masih belum sadar."Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya ibu Selena sambil menangis tersedu-sedu."Ada orang yang sengaja mencelakai Selena. Dia mengunci Selena di dalam ruang pendingin, Bu," sahut Harry dengan ragu. Ia merasa orang yang paling bersalah dalam insiden ini."Ya Tuhan, anakku." Ibu Selena memeluk dan menciumi anaknya."Sabar, Bu. Kita berdoa saja semoga Selena baik-baik saja." Ayah Selena berusaha menenangkan."Harry, apa yang sudah kau perbuat sehingga Selena seperti ini?" Haira menatap Harry dengan tatapan tajam.Namun, belum sempat Harry menjawab, terdengar suara lemah memanggil namanya. Mereka menoleh ke sumber suara dan ternyata Selena sudah sadar.
Hari ini, Selena pulang dari rumah sakit karena keadaannya yang sudah membaik. Orang tuanya dan orang tua Harry juga ada di sana untuk ikut mengantar mereka ke rumah Harry. Sedangkan William dan Ella tidak ikut karena William sedang ada pekerjaan penting.Di rumah Harry, mereka sedang duduk di ruang keluarga."Rumah ini begitu besar untuk kalian tempati berdua. Kenapa tidak menambah satu atau dua orang lagi," ucap Haira."Memangnya siapa yang akan kami rekrut menjadi penghuni rumah ini, Bu?" tanya Harry."Siapa? Tentu saja anak kalian," sahut Haira."Itu masih lama, Bu. Selena dan aku be....aduh!" Harry meringis saat merasakan kaki Selena menginjak kakinya."Iya, Ibu mengerti. Masih lama karena belum dibuat kan? Kau sama polosnya seperti Ella." Haira menggelengkan kepalanya."Kalau bisa jangan lama-lama, ya. Kami ingin sekali menimang cuc
Setelah Harry menghapus video terkutuk itu, ia pun segera menyegarkan diri. Di tengah guyuran air shower, ia terus tersenyum sambil membayangkan bagaimana malam pertamanya dengan Selena.Setelah mengganti baju, ia kembali ke dapur. Selena sudah selesai memasak. Wajahnya tampak lelah dan berkeringat."Kenapa kau harus turun langsung memasak semuanya? Kau bisa meminta pelayan memasaknya." Harry mendekati Selena dan mengusap kepalanya."Aku ingin sekali memasak untuk suamiku. Dulu aku sering ikut lomba memasak, lho.""Oh ya? Kau dapat juara berapa?""Juara 3.""Wah hebat, masakanmu pasti sangat enak. Aku jadi tidak sabar.""Aku mandi dulu, ya. Nanti kita makan malam bersama." Selena hendak pergi ke kamarnya."Tunggu. Bagaimana kalau nanti malam kita Dinner di ruangan pribadiku. Tidak akan ada gangguan," ujar Harry.
Pagi itu Ella sedang membantu para pelayan menyiapkan sarapan di dapur.William datang dengan pakaian rapi serta tas kerjanya. Ella langsung mengambilkan makanan ke piring William juga piringnya dan mereka pun sarapan bersama."Sayang, sepertinya aku akan pulang telat. Aku ada pertemuan penting dengan pengusaha dari kota B pagi ini, lalu ada pertemuan besar di perusahaan ayah." William berbicara dengan penuh semangat."Oh, ya sudah. Tapi sepertinya klienmu sangat penting hingga matamu berbinar-binar saat membicarakannya.""Tentu saja. Perusahaan itu sama seperti perusahaan Armadja. Sangat sulit diajak untuk bekerja sama. Jangankan bekerja sama, bertemu saja sangat sulit.""Sepenting itu kah?""Ya, tentu saja. Dia orang yang sangat berpengaruh di dunia bisnis. Tidak ada yang berani menyentuh dirinya.""Sehebat itu?"
Dua puluh tiga tahun yang lalu, bertempat di negera California. Terjadi sebuah pembantaian di sebuah keluarga mafia. Mereka adalah Tuan Gerald Jenskin dan Nyonya Rilley Jenskin serta anaknya."Berpencar dan cari mereka!" suara seorang pria bertubuh kekar menggema di ruangan megah itu.Tampak sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Mayat berserakan dimana-mana dengan luka tembak di sekujur tubuh mereka. Itu semua adalah perbuatan anak buah dari pria itu.Semua anak buahnya perpencar dan mencari sepasang suami istri yang merupakan pemilik rumah itu.Tak berselang lama, mereka kembali dengan sepasang suami istri yang sudah dalam keadaan terikat rantai. Mereka adalah Gerald dan Rilley yang merupakan musuh dari pria tersebut.Mereka di hadapkan ke pria itu. "Tuan, anak mereka tidak kami temukan. Sepertinya mereka tahu akan kedatangan kita dan mengungsikan anak mereka," lapor seoran
Beberapa hari kemudian,Ella dan William melakukan perjalanan ke danau terkenal di daerah mereka dengan dikawal sebuah mobil berisi empat orang pengawal.Sepanjang jalan, Ella terus saja tersenyum. Ini pertama kalinya ia piknik bersama William. Segala perbekalan telah dibawa.Sesampainya di sana, Ella terkejut melihat danau yang tidak ada wisatawan satu pun."Kenapa sepi? Bukannya ini hari libur?" tanya Ella."Entahlah, mungkin mereka bosan ke sini terus.""Tunggu! Jangan bilang ini semua ulahmu. Kau telah menyewa tempat ini hanya untuk kita, bukan?" Ella menatap curiga."Kau sekarang sangat pintar." William mencubit gemas pipi Ella."Haruskan menggunakan kekuasaan hanya untuk piknik?""Jika itu membuatmu rileks, kenapa tidak?"Ella menghela nafas panjang. Ia hanya pasrah saja. Toh yang dik