Dua puluh tiga tahun yang lalu, bertempat di negera California. Terjadi sebuah pembantaian di sebuah keluarga mafia. Mereka adalah Tuan Gerald Jenskin dan Nyonya Rilley Jenskin serta anaknya.
"Berpencar dan cari mereka!" suara seorang pria bertubuh kekar menggema di ruangan megah itu.
Tampak sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Mayat berserakan dimana-mana dengan luka tembak di sekujur tubuh mereka. Itu semua adalah perbuatan anak buah dari pria itu.
Semua anak buahnya perpencar dan mencari sepasang suami istri yang merupakan pemilik rumah itu.
Tak berselang lama, mereka kembali dengan sepasang suami istri yang sudah dalam keadaan terikat rantai. Mereka adalah Gerald dan Rilley yang merupakan musuh dari pria tersebut.
Mereka di hadapkan ke pria itu. "Tuan, anak mereka tidak kami temukan. Sepertinya mereka tahu akan kedatangan kita dan mengungsikan anak mereka," lapor seoran
Beberapa hari kemudian,Ella dan William melakukan perjalanan ke danau terkenal di daerah mereka dengan dikawal sebuah mobil berisi empat orang pengawal.Sepanjang jalan, Ella terus saja tersenyum. Ini pertama kalinya ia piknik bersama William. Segala perbekalan telah dibawa.Sesampainya di sana, Ella terkejut melihat danau yang tidak ada wisatawan satu pun."Kenapa sepi? Bukannya ini hari libur?" tanya Ella."Entahlah, mungkin mereka bosan ke sini terus.""Tunggu! Jangan bilang ini semua ulahmu. Kau telah menyewa tempat ini hanya untuk kita, bukan?" Ella menatap curiga."Kau sekarang sangat pintar." William mencubit gemas pipi Ella."Haruskan menggunakan kekuasaan hanya untuk piknik?""Jika itu membuatmu rileks, kenapa tidak?"Ella menghela nafas panjang. Ia hanya pasrah saja. Toh yang dik
Buggh!!William meninju dinding yang ada di depannya dengan sekuat tenaga sampai tangannya terluka. Ella tidak berani menatap William yang sangat emosi itu."Kenapa? Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal?""Maafkan aku. Aku takut kau akan marah.""Sekarang pun aku marah. Jika sejak awal kau jujur, aku tidak akan terlihat sebodoh ini kau tau?""Maafkan aku." Ella masih menunduk sambil meremas ujung bajunya."Lalu kenapa kau sampai membahayakan keluargaku? Kau ingin semua keluargaku juga dibantai?"Kalimat William sontak membuat Ella berdiri dan menatapnya dengan serius."Tidak. Aku tidak pernah berniat membawa keluargamu ke dalam masalah keluargaku. Aku....aku awalnya menolak saat ayah menjodohkanku dengan Harry. Namun, jika aku hidup sendirian, maka mereka akan dengan mudah menangkapku. Aku mohon, William. Maafkan aku." E
"Mau pergi kemana, Sayang."Sebuah suara yang Ella kenal menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke sumber suara dan alangkah terkejutnya ia saat melihat orang yang sangat ia kenal."William!" Ella membelalakkan matanya saat melihat William berdiri di belakang Abraham."William, pergilah atau kau akan celaka!" teriak Ella."Ella tenanglah. Aku mengerti kau pasti sangat syok." William mendekat dan mencoba menenangkan Ella."William, apa maksud dari semua ini? Kenapa kau ada di sini?" Tatapan mata Ella memaksa sebuah penjelasan."Sebenarnya......"Flashback OnSehari setelah pertemuan William dan Abraham.William masih memikirkan tentang Ella yang terus menampakkan perubahan yang mencolok. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menemui Abraham karena ia yakin Abraham mengetahui sesuatu.
William dan Ella baru saja sampai di rumah. Rasa lelah menghampiri mereka karena seharian ini begitu banyak kejadian tak terduga yang melibatkan fisik dan pikiran mereka."Aku tidak menyangka ternyata Ayah kandungku masih hidup." Ella merebahkan dirinya ke atas ranjang empuk di kamar mereka."Keluarga Jenskin sangat kejam. Mereka memang pantas mendapatkan apa yang mereka alami dulu." William mendaratkan bokongnya ke atas sofa tak jauh dari tempat Ella."Aku penasaran, bagaimana rupa saudara kembarku dan kakak laki-lakiku." Ella bangkit dari posisinya dan menatap William dengan serius."Pasti dia sangat cantik sepertimu. Dan kakak laki-lakimu sangat tampan seperti ayahmu. Aku sudah mengirim orang-orang terbaikku untuk melacak keberadaan mereka. Kita berdoa saja semoga mereka segera ditemukan." William mendekati Ella dan mengusap ramb
Beberapa jam kemudian.William dan Ella baru saja sampai di rumah sakit karena William baru membaca pesan setelah selesai rapat. Terlihat William begitu panik mengetahui Harry koma. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya saat ini."Bu, kenapa bisa begini?" tanya William pada Haira, ibunya."Semua ini karena dia!" Haira menunjuk asal ke wanita yang sedang duduk sambil terus menundukkan kepalanya."Apa?" William mendatangi Selena. "Apa yang kau lakukan pada adikku? Apa salahnya? Apa kebaikan dan ketulusannya selama ini kurang bagimu hingga kau tega melakukan ini semua?"Selena hanya diam dan menunduk."Jawab ketika aku sedang bertanya!" William tampak emosi."Emm William, dia bukan Selena. Selena ada di sana." Ella menunjuk Selena yang sedang berdiri di belakang William sejak William salah memaki orang.Wanita yang bar
Keesokan harinya.Setelah memastikan Selena tinggal di rumah sakit untuk menemani Harry, William dan Ella pun mulai beraksi.Kini mereka sudah berada di ruang pribadi Harry. Setelah memastikan pintu tertutup rapat, mereka mulai melakukan penyelidikan.Yang pertama ke lukisan dinding yang kini sudah berpindah tempat karena Selena memindahkannya waktu itu sehingga menemukan surat cinta Harry.Mereka pun mengambil lukisan itu lalu memindahkannya ke tempat sebelumnya."Kemarin Selena mengatakan apa mengenai penemuan surat ini?" tanya William."Katanya surat ini jatuh begitu saja saat lukisan ini ia ambil. Seperti ini." Ella mulai mempraktikkan apa yang dikatakan Selena. Ia menjepit surat itu dibelakang lukisan dinding. Setelah itu, ia mengambil lukisan itu dan surat pun terjatuh. Namun, setelah Ella mengambil kembali surat itu dan melihat dengan detail, ia merasa
William dan Ella telah sampai di rumah sakit."Bagaimana keadaan Harry?" tanya William kepada Selena saat mereka berada di depan ruang ICU tempat Harry dirawat."Belum ada perkembangan." Selena menggeleng dan menunduk sedih."Kau yang tabah, ya, Harry pasti akan sadar." Ella mengusap pelan punggung Selena lalu memeluknya."Apa kalian sudah menemukan petunjuk tentang siapa gadis itu?" tanya Selena dengan penuh harap."Masih belum. Kenapa kau ingin sekali kami menemukan gadis itu untuk Harry? Tidakkah itu menyakitimu?" Ella menatap sedih."Apapun akan aku lakukan asal Harry bisa sadar kembali. Lebih baik aku melihatnya dengan wanita lain daripada harus melihatnya seperti ini." Air mata Selena mulai berjatuhan."Selena, tenanglah. Aku yakin pasti Harry akan tetap memilihmu. Kau istrinya." Ella meyakinkan Selena."Semua i
William mengirim sebuah pesan kepada Alex yang berisi, 'Jika kau orang hebat, seharusnya kau tidak takut padaku'.Alex yang sedang berada di kamarnya, melihat ada sebuah pesan di ponselnya."Nomor siapa ini? Berani sekali dia mengirimi aku pesan." Alex melihat nomor yang tak tersimpan di ponselnya muncul di layar notifikasi.Ia pun membuka pesan itu. Setelah membuka dan membaca isinya, betapa marahnya ia mendapat pesan seseorang yang menantangnya.Ia pun langsung menyuruh asisten pribadinya untuk mencari pemilik nomor tersebut. Tak berselang lama, asistennya yang bernama Duke menemukan siapa pemilik nya."Ini, Tuan, pemilik nomor itu bernama William Alexander.""Alexander? Maksudmu dia adalah anak dari Aiden Alexander? Pengusaha yang tidak pernah bisa aku lihat cela kebusukannya?""Sebenarnya bukan tidak bisa dilihat, Tuan, dia adal