Keesokan harinya, Alezha sudah terlebih dahulu bangun. Ia segera bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan diri sebelum adzan subuh berkumandang.
Setelah menyegarkan diri, Alezha membawa mukena dan sajadahnya ke kamar kosong di ruangan lain sembari menunggu adzan subuh selesai berkumandang.Kaysan terjaga dari tidurnya saat mendengar suara adzan subuh berkumandang. Ia segera pergi ke kamar mandi dengan posisi setengah sadar sehingga tidak menyadari bahwa Alezha tidak ada di ranjangnya.Barulah saat ia selesai mengambil air wudhu, ia menyadari bahwa Alezha tidak ada. Ia pun melaksanakan sholat subuh. Setelah itu, ia pun bergegas ke luar mencari keberadaan Alezha yang ternyata sedang meracik sayuran di dapur.Kaysan tidak berani mendekat, ia hanya mengintip dari kejauhan sembari bersembunyi dibalik dinding.Terlihat Alezha begitu akrab dengan para pelayan yang membantunya. Ia terus melemparkan senyuman saat meminta tolong seorangKeesokan malamnya, hari yang ditakuti Alezha pun tiba, dimana ia dan Kaysan akan makan malam bersama Leon dan Sofi di sebuah restoran yang sudah direservasi.Kini keduanya sudah berada di satu meja yang sama dengan posisi saling berhadapan. Sofi terus menatap Alezha yang hanya diam tak bergeming. Ia melirik Kaysan yang asyik mengobrol dengan Leon.DrrrrttttPonsel Alezha bergetar. Ia segera melihat sebuah pesan dari aplikasi berwarna hijau yang ternyata dari Sofi dengan nomor baru."Kenapa diam? Apa aku terlalu menakutkan untukmu?"Melihat isi pesan itu, Alezha pun sedikit kesal. Ia segera mengetikkan pesan balasan untuk Sofi."Tidak ku sangka kau masih menyimpan nomorku dan mengirimiku pesan dengan nomor barumu, padahal aku sudah memblokir nomor lamamu. Ternyata kau sahabat yang setia."Diikuti emoticon senyum.Melihat pesan balasan itu, wajah Sofi tampak memerah. Ia pun me
Kaysan membuka pintu kamarnya. Ia melangkah menuju ruang ganti Alezha. Namun, saat ia ingin memutar kenop pintu, ia ragu karena surat perjanjian itu.Ia pun memutuskan untuk menunggu di luar. Lama menunggu, akhirnya Alezha keluar dengan cover dan mata yang sembab."Al, aku,,,,""Sudahlah, cepat atau lambat, semua ini memang harus aku lakukan. Sekarang tidurlah, besok kau harus bekerja, 'kan?" Alezha mencoba tersenyum meski hatinya terasa sangat sakit."Al, aku mohon, jangan pergi. Aku,,,,aku sudah terbiasa denganmu." Kaysan memohon."Kalau begitu, kau harus mulai terbiasa tanpa aku." Tersenyum kecut. Meletakkan koper di sudut ruangan, lalu duduk di atas ranjangnya. Membelakangi Kaysan yang masih berdiri mematung."Al, aku,,,,,aku sudah merasa nyaman denganmu. Karena mu aku mau Saparan setiap pagi, karena mu, aku bisa melewati hari-hari dengan perasaan senang,
PlakkkkSebuah tamparan dari Kayla, sang mama mendarat di pipi Kaysan."Apa yang kau lakukan, Kaysan!" teriak Kayla dengan wajah merah padam. Ini adalah tamparan pertamanya untuk Kaysan selama ini.Kaysan hanya tertunduk. Ia tak memegangi pipinya yang kini memerah dan memar, karena tamparan Kayla memang sangat kuat, bahkan tangan Kayla sendiri juga memerah dan terasa nyeri.Reyza, Alea, dan Zaki, yaitu kedua mertua dan ayahnya juga ada di sana, menyaksikan yang terjadi dengan raut wajah kecewa."Maafkan aku, Ma." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Kaysan."Maaf katamu? Kau sudah membuat menantu Mama pergi. Apa yang bisa dimaafkan dari perbuatan bodohmu itu, ha?""Kami,,,,,tidak saling mencintai, Ma." Sebuah kebohongan yang akhirnya Kaysan ucapkan."Bagian bodoh mana yang tidak kau mengerti? Bisa-bisanya kau meng
Beberapa bulan telah berlalu. Karena tidak ada perkembangan dalam hubungan Alezha dan Kaysan, akhirnya kedua orang tua mereka mengalah dan mengizinkan mereka untuk bercerai dengan perasaan penuh kecewa.Berkas mereka sudah masuk ke pengadilan agama. Sedangkan Alezha memilih tinggal di Villa keluarganya untuk menenangkan diri selagi menunggu sidang perceraian dibuka.Berkali-kali Kaysan mencoba menemui Alezha, namun semua itu sia-sia. Ia selalu dihadang oleh pengawal yang ditugaskan Alezha untuk menjaga villa tersebut.Hingga satu kalimat yang diucapkan Alezha tepat seminggu yang lalu, membuat Kaysan akhirnya menyerah."Jika kau mencintai aku, biarkan aku sendiri. Jangan buat semua usahamu membuatku risih akan keberadaanmu."*****Kaysan mengehela nafas panjang. Tepat hari ini, ia akan menikah dengan Calya tepatnya di rumah Calya yang berada di sudut kota.
Flashback OnSewaktu Kaysan pergi menemui Leon untuk menandatangani berkas. Mereka bertemu di sebuah cafe di sekitar gang itu.Sembari menandatangani berkas, Leon melihat ekspresi wajah Kaysan yang penuh beban itu."Kau tahu apa aibku. Tidak ada salahnya jika kau bercerita masalahmu padaku," ucap Leon.Kaysan meletakkan pena yang telah selesai ia pakai untuk menandatangani berkas Leon. Ia menghela nafas panjang seraya menyandarkan kepalanya di bangku cafe tersebut."Ceritakan saja padaku. Mungkin beban mu akan berkurang. Aku berjanji kalau ini akan tetap jadi rahasia kita saja," ujar Leon.Kaysan mengusap wajahnya, lalu mulai bercerita."Aku akan menikah dengan kekasihku hari ini. Aku dan Alezha juga akan bercerai."Mendengar ucapan Kaysan, Leon terkejut. "Apa kau sedang bercanda? Apa yang terjadi?" tanyanya tidak sabaran."Aku dan kekasihku menjalin hubungan sejak aku
Hari ini, Kaysan dan Alezha mulai mencari gadis tersebut.Tempat pertama yang mereka datangi adalah bar tempat Kaysan meniduri wanita tersebut."Kau yakin si penjaga kamar masih mengenalmu?" tanya Alezha."Aku tidak yakin, tetapi aku akan mencobanya dulu." Kaysan menatap serius."Bagaimana dengan CCTV?""Di bagian koridor kamar, tidak ada CCTV."Alezha hanya terdiam mendengar ucapan Kaysan. Sebenarnya saat ini hatinya sedang harap-harap cemas karena ia takut kalau wanita itu belum menikah. Apalagi saat melihat bentuk Kaysan yanggood lookingdan kaya raya, siapa yang tidak mau. Sekalipun wanita itu sudah menikah, mungkin ia akan langsung minta cerai karena Kaysan.Alezha menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis pikiran buruk itu."Kenapa? Apa kepalamu sedang sakit?" tanya Kaysan yang masih fokus menyetir."Tidak, hanya meregangkan otot leher saja.""Ka
Alezha masih diam. Ia menatap lekat Kaysan yang juga terdiam."Seperti apa luka jahit di punggung wanita itu?" tanya Alezha."Panjangnya satu inci, lurus vertikal, dan terdapat tahi lalat di dekatnya."Deg, jantung Alezha semakin berdegup kencang. Itu adalah ciri-ciri bekas lukanya."Dimana kau meniduri wanita itu?""Di bar xxxx, dua tahun yang lalu."Alezha semakin kalut. Ia masing ingin menyangkal, namun semua bukti sudah jelas."Apa yang terjadi dengan punggung mu malam itu?""Ada noda hitam besar di punggung ku karena ulah teman-teman ku malam itu."Alezha langsung diam seketika. Lututnya terasa lemas, ia melangkah mundur dan terduduk di atas ranjang. Ia menunduk dan tangannya menjambak rambutnya sendiri."Alezha, apa kau wanita yang aku tiduri waktu itu?" Kaysan mendekati Alezha dengan langkah sepekan mungkin.Alezha mendongak seraya berkata, "Berhenti! Janga
Seminggu telah berlalu. Hari ini, sidang perceraian Alezha dan Kaysan digelar. Sesuai janjinya, Kaysan tidak hadir ke persidangan tersebut, dan hanya menyuruh pengacaranya saja. Jelas sekali ia tidak ingin berada di tempat itu, melihat pernikahan dan cintanya hancur.Kini Kaysan sedang duduk di atas ranjang Alezha. Menatap sebuah foto di dalam ponselnya. Itu adalah foto yang diam-diam ia ambil saat masih bersama Alezha.Bulir air mata mulai membasahi pipinya. Beberapa kali ia mengusap air matanya, namun tetap saja, air mata terus saja mengalir, mewakili perasaannya yang sudah hancur berkeping-keping."Dengan bodohnya aku percaya saja jika Calya adalah wanita itu hanya karena dia ada di samping ku saat aku terbangun. Jika waktu itu aku menelusuri tempat itu lagi, mungkin aku masih bisa mendapatkan maaf dari Alezha."Tokk tokk tokkPintu diketuk seseorang. Kaysan tidak menggubrisnya. Ia tahu pas