Share

Bab 4: Jatuh Cinta Sama Kamu, Boleh?

Tidak lama, Evan membawanya kembali ke meja untuk menghabiskan minum mereka. 

“Kamu bawa mobil atau motor?” Naya melihat roknya, akan sangat heboh jika ia harus naik motor dengan pakaian kerjanya itu.

“Tenang, aku bawa mobil.” Evan membimbing Naya ke mobilnya yang terparkir, mempersilakan masuk dengan membukakan pintu. Naya tersenyum dengan perlakuan Evan kepadanya.

Setelah memberi tahu arah apartemennya, mereka pun sampai. Evan memilih mengambil parkir daripada membuat Naya turun di lobby layaknya menurunkan penumpang dari mobil taksi.

“Padahal di lobby aja.” Naya mengepak barangnya, bersiap turun dari mobil. “Thank you, lagi. Hahaha perasaan aku thank you mulu ya ke kamu.”

Evan ikut tertawa. “Mau diantar sampai pintu apartemen?”

“Hah? Nggak usah, Ribet nanti kamu. Mana aku cuma punya satu kartu.”

“Kan ada tangga darurat dong. Di lantai berapa? Apartemennya nggak tinggi-tinggi banget, kan?” Mata Evan mengamati sekeliling.

“Lantai empat,” ucap Naya. Untuk sekian kali dia menyesal membocorkan data pribadinya pada pria yang baru ia kenal itu.

“Aku antar. Biar nggak ada yang gangguin kamu.” Evan membuka pintu mobil dan segera keluar tanpa menunggu balasan ucapan dari Naya. Dia pun membuka pintu.

Naya hanya pasrah, keluar dari mobil. Kemudian bersama Evan masuk lift, naik ke lantai empat.

Dia orang asing? Dia berbahaya bagi gue, kan? Walau dia kelihatan pria baik-baik, Naya berbisik dalam hati.

Sampai di depan pintu apartemen Naya, Evan menunggu wanita itu sampai benar-benar berhasil membuka pintunya.

“Beneran mau turun lewat tangga?”

Evan langsung mengangguk. “Sana masuk. Udah jam 12 malam ini.”

Naya membuka pintunya, masuk ke dalam apartemen. Sebelum dia menutup pintu, Evan lebih dulu mendorong Naya pelan, pintu yang bisa otomatis menutup sendiri itu berbunyi pip.

“Kamu mau apa?!” Naya panik dan mendorong Evan, menjauh. Dia bersiap-siap mengambil benda berat atau apapun itu yang ada di sekitarnya.

“Aku cuma,” Evan memotong ucapannya sendiri, menarik paksa tubuh Naya mendekatinya kembali. Satu tangannya merangkul pinggang dan satu tangannya lagi memegang dagu wanita itu. Dia mengecup pelan bibir Naya.

"Jatuh cinta sama kamu. Boleh?" Evan melanjutkan. 

Naya mendorong Evan dengan tenaga seadanya, berusaha meraih gagang pintu  dan membukanya. Tapi tenaganya tidak mendukung untuk melakukan semua itu.

"Kamu cantik. Banget." Evan mendekatkan tubuhnya.

Aneh, semakin mendengar suara Evan yang berat, Naya semakin merasa tidak keberatan. Dia terdiam, tidak bisa berkata apapun, juga tidak memberi respon apapun. Sinting! Aku ini kenapa? Naya coba menyadarkan dirinya sendiri.

Evan pun semakin mendekatkan tubuhnya, merangkul tubuh Naya lebih erat, sehingga tubuh mereka benar-benar bersentuhan. Mereka bisa merasakan hangat napas satu sama lain. Evan mengecup kembali bibir tipis yang baginya sangat menggoda, ditambah ekspresi terkejut Naya yang baginya terlihat sensual.

“Hmm,” Naya perlahan menyambut kecupan itu, membuat Evan melanjutkan kecupannya menjadi ciuman mesra.

Naya merasakan bibirnya yang dinikmati Evan, sementara ia mengikuti alur ciuman yang semakin liar. Beberapa kali gigi mereka bertabrakan. Tanpa Naya sadari kedua tangannya kini menarik t-shirt putih Evan.

Pikirannya berusaha mencerna semua ini. Ini aneh… Ini salah… Naya membatin, tetapi tidak mampu melepaskan ciumannya itu hingga akhirnya Evan mulai menurunkan bibirnya untuk menjilat leher dan tengkuk Naya.

Naya tersadar, ini salah. Dia mendorong keras tubuh Evan, menamparnya.

“Pergi dari sini.” Naya segera membuka pintu apartemen, meminta Evan keluar.

Evan mengelap bibirnya dengan satu tangan, sebelum dia benar-benar pergi, dia menoleh ke arah Evan sambil tersenyum.

“See you next time, Naya cantik.”

Naya bersandar pada pintu. Kedua telapak tangannya menutup wajah.

Bagaimana bisa? Kenapa aku kayak gini? Aku cuma minum segelas! Tapi…. Naya mengingat senyum terakhir yang diberikan Evan tadi. Menggoda, pikirnya.

.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status