Share

5. Pasangan Aneh

Malam pertama?!

Yang benar saja. Kainan Arshad justru lebih dulu terlelap di saat Mahika masih membersihkan badan di kamar mandi. Mereka bahkan tertidur dengan saling memunggungi. Tidak ada malam pertama bagi si pasangan pengantin.

Kini, setelah pagi datang, bukannya bermalas-malasan di atas ranjang layaknya pengantin baru pada umumnya, Kainan bahkan sudah hampir rapi dengan pakaian kerja yang melekat pas di badan.

"Bersiap-siaplah, Mahika! Kita akan berangkat satu jam dari sekarang," tutur Kainan saat pria itu memasang dasi pada kerah kemeja berwarna baby blue yang begitu pas membalut raga. Tubuh tinggi tersebut sedikit menunduk untuk melihat pantulan dirinya pada cermin yang ada di belakang meja rias, di samping tempat tidur, di mana sang istri masih bergelung selimut.

Mahika yang baru saja menggeliat dan menguap lebar, kontan menghentikan paksa pergerakan.

"Apa?" Gadis itu bertanya dengan suara serak sambil beberapa kali mengerjapkan mata saat melontar tanya.

Kainan menghela napas. Namun, masih saja sibuk dengan kegiatannya. Tak sedikit pun menoleh ke arah sang istri yang baru saja bertanya.

"Kamu belum paham juga kalau saya tidak suka mengulang sebuah kalimat yang sudah saya ucapkan?!" seru Kainan yang kini tampak melingkarkan arloji pada pergelangan tangan kiri.

"Keras kepala sekali. Apa susahnya mengulang perkataan sekali lagi?! Aku benar-benar tidak mendengarnya tadi," ketus Mahika yang sekarang mendudukkan diri.

Sang gadis mengucek matanya berkali-kali dan masih saja menguap tanpa merasa sungkan dan risi.

Kainan meliriknya sekilas, dan tersenyum samar melihat tingkah istrinya yang ternyata barbar. Tentu saja Mahika tidak melihat terkembangnya bibir sang pria yang membentuk seulas senyum lembut itu karena masih sibuk mengumpulkan nyawa pasca berkelana dalam alam mimpi.

Pria dengan tinggi badan 185 cm itu melangkah mendekati gadis belia yang sudah menjadi istri sahnya. Kemudian menunduk guna menarik tangan Mahika agar tak menyakiti mata dengan terus-menerus menguceknya. Gadis itu tersentak saat sentuhan hangat Kainan mencengkeram lembut pergelangan tangan.

"Baiklah. Satu pengecualian untuk istri saya yang tercinta. Untuk Gantari Mahika, saya bersedia mengulang kalimat yang sebelumnya saya sampaikan," ujar Kainan diiringi sebuah senyuman.

Ah, tidak.

Kainan bukanlah orang yang mudah mengumbar senyuman. Apa yang pria kaya itu lakukan, lebih pantas disebut sebagai sebuah seringai tajam. Apa yang ia ucapkan seakan hanya permainan bibir yang tak sejalan dengan hatinya.

Sebagaimana saat pria itu melontarkan kata 'istri tercinta' yang begitu manis keluar dari mulutnya, tetapi dipatahkan dengan ekspresi mengejek dari wajah tampan Kainan. Sungguh, bukan hal yang mudah untuk membaca pikiran sang pria.

"Ck. Terlalu banyak basa-basi. Katakan cepat! Atau kalau tidak, aku akan tidur lagi," decak Mahika dan nyaris saja membaringkan badan kembali jika Kainan tak dengan sigap menarik tubuh sang istri hingga terduduk kembali.

Mahika pun membatalkan niatnya. Kini, gadis itu menatap lekat ke arah sang suami, menanti kalimat yang akan diulangi.

"Bangun! Kita akan pulang hari ini. Sebelum itu, saya ada meeting penting. Jadi, segeralah bersiap, karena kamu harus ikut bersama saya," tegas Kainan dengan suara pelan yang penuh tekanan.

"Pakaian untukmu sudah saya siapkan di atas sofa. Saya harap kamu bisa cepat. Karena selain tidak akan mengulang perkataan, saya pun tidak suka jika harus menunggu lama," imbuh pria itu, berkata begitu dekat dengan wajah istrinya.

"Tapi aku memerlukan waktu lama untuk bersiap. Bagaimana?!" sahut Mahika, sengaja menantang. Gadis itu bahkan dengan berani menarik dasi yang dikenakan oleh Kainan hingga hidung mereka nyaris bersentuhan.

"Jadi, untuk hal yang kedua ... apa tidak berlaku pengecualian juga untukku, Tuan Kainan?! Ah, atau aku panggil saja kamu dengan sebutan ... suamiku tercinta?!" sambung Mahika dengan nada yang dibuat-buat dan senyum manis main-main yang terkembang.

Kainan terdiam. Senyum yang baru kali ini Mahika tunjukkan, menyergap sang pria pada keindahan ciptaan Tuhan yang terpahat sempurna pada wajah istrinya. Si gadis belia, begitu luar biasa auranya.

Pria itu berdeham dan berdiri tegak menjauhkan badan. Membuat helai dasi yang semula tergenggam oleh Mahika, terlepas begitu saja. Seraya mengalihkan pandang, Kainan berujar, "Ya. Untuk Gantari Mahika istri saya, selalu berlakukan pengecualian. Saya akan menunggu sampai kamu siap."

Setelah kalimat itu terlontar, Kainan melangkah keluar ruangan seraya menyambar jas yang tersampir pada punggung sofa. Meninggalkan Mahika yang bergerak kegirangan di atas ranjang, hingga tempat tidur tersebut bergoyang.

"Yes!!! Hari pertama, dan aku bisa membuat Kainan mengikuti apa yang aku katakan. Sepertinya ini akan mudah," ucapnya dengan seulas senyum lebar.

Ya, Mahika tanpa siapa pun bersama dia, adalah Mahika yang sebenarnya. Gadis polos, sedikit ceroboh, dan barbar. Sungguh berbeda jika dirinya berada di depan orang lain, termasuk Kainan yang bahkan sudah menjadi suaminya. Jangankan dengan pria yang baru ia kenal itu. Kepada Shaka saja yang merupakan kakak kandung, Mahika tetap mengenakan topengnya.

Sesaat kemudian, seakan teringat sesuatu, Mahika menegakkan badan dan terdiam dengan ekspresi tegang. Ia mengangkat selimutnya dengan gerakan cepat, dan mengintip was-was ke dalam sana.

"Hahh ... syukurlah. Ternyata aman. Pakaianku masih utuh di badan," gumam Mahika bersama desah napas lega. Ia pikir, Kainan akan bertindak nakal saat dirinya terlelap. Ternyata memang benar-benar tidak terjadi apa pun semalam.

"Okay. Sekarang waktunya bersiap." Mahika melompat menuruni tempat tidur dan berjingkrak senang. Namun, langkahnya terhenti di depan pintu kamar mandi saat satu kalimat dari Kainan terngiang.

"Eh, tunggu! Apa tadi dia mengatakan pulang?!" Dahi Mahika berkerut dalam, dengan telunjuk dan ibu jari mengapit dagu.

"Pulang ke mana?!" gumamnya tak dapat menduga-duga. "Apa dia akan membawaku ke rumahnya?! Wah ... baiklah, Mahika. Mari bersiap untuk aksi selanjutnya. Menjadi nyonya Kainan Arshad yang kaya raya." Perempuan itu pun tak menunda lagi niatnya untuk bersiap sesuai permintaan sang suami.

Meeting yang Kainan maksud, benar-benar dilakukan satu jam kemudian. Bersama tim kontraktor yang bertanggung jawab untuk pembangunan cabang perusahaan di sana.

"Pembangunan tetap dilakukan. Dan kamu tidak berhak melarang saya," tegas Kainan kepada Mahika, selepas pertemuan. Saat ini keduanya sedang berjalan beriringan menuju mobil yang akan segera membawa mereka pulang.

Sang istri hanya memutar bola mata dengan bibir bergerak-gerak mencibir perkataan suaminya tanpa kata. Sesaat kemudian, Mahika yang tersadar harus bisa menunjukkan sikap elegan di depan Kainan, memperbaiki gesture tubuhnya. Mengangkat dagu, dan berjalan anggun.

'Tidak apa-apa. Asalkan pabrik itu pun jadi kepunyaanku nanti,' batin Mahika, yakin misinya akan berjalan lancar.

"Jangan berpikir untuk menguasai segalanya. Status kamu hanya istri di bawah tangan. Secara hukum negara, kamu bukan siapa-siapa bagi saya," tandas Kainan, membuat gadis yang berjalan di sampingnya menghentikan langkah.

'Sialan! Dia bisa membaca pikiranku atau bagaimana?! Kenapa tepat sekali kalimatnya seperti sedang menyahut kata-kataku tadi.' Mahika membatin dengan kening berkerut dalam.

Pria itu seakan dapat membaca niat licik sang perempuan. Oleh karenanya, Mahika pun harus mengatur siasat. Ia tidak ingin rencana untuk merampas kembali tanah warisan orang tua miliknya, gagal begitu saja karena Kainan lebih dulu mengetahuinya.

'Hmm ... bermainlah dengan cantik, Mahika. Jadilah istri yang baik, sehingga Kainan bersedia dengan sukarela memberikan semua miliknya untukmu suatu saat nanti. Ah, tapi suka-suka akulah. Masa bodoh dengan Kainan.' Lagi-lagi gadis itu sibuk dengan isi kepalanya sendiri.

"Mahika!" Panggilan sang suami pun tak didengarnya.

"Gantari Mahika, apa yang kamu lakukan di sana?" Kainan bertanya dari jarak beberapa langkah di depan si perempuan.

Karena masih juga tak mendapatkan tanggapan, Kainan pun melangkah mendekati istrinya dan menyentil kening sang gadis.

"Auwh! Apa-apaan kamu?!" sentak perempuan dengan rambut panjang yang kini ia ikat menyerupai ekor kuda tersebut, bersamaan dengan gerakannya mengusap dahi yang terasa panas.

"Saya tidak mengizinkan kamu melamun selama bersama saya." Kainan berujar dengan kedua tangan bersembunyi di balik saku celana yang terjahit rapi di sisi kiri dan kanan.

"Aturan macam apa itu? Aku tidak setuju. Aku bebas melakukan apa pun yang aku mau. Memangnya siapa kamu? Kamu bahkan tidak mengakui aku sebagai istri sahmu," omel Mahika seraya kembali berjalan mendahului sang pria.

"Sebelum membawa aku ke rumahmu, antarkan aku pulang dulu ke rumah sewa. Ada yang harus aku ambil dari sana!" ucap si perempuan dengan nada lantang, tanpa menoleh ke belakang.

Kainan memutar badan, memperhatikan langkah mengentak sang istri yang meninggalkannya. Tanpa sepengetahuan Mahika, pria itu tersenyum saat mengucapkan sebuah kalimat.

"Gantari Mahika, kamu lucu juga. Sepertinya menyenangkan bermain-main denganmu nanti."

Dan pasangan aneh itu pun meninggalkan villa tempat mereka menginap, menuju kota di mana Kainan tinggal. Tidak lupa terlebih dahulu mampir ke rumah sewa sederhana di pinggiran kota, sesuai permintaan Mahika.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status