Share

Siapa Pria Ini?

“Gavin!”

“Gavin!” suasana kembali riuh, bahkan masih ada banyak gadis yang berdatangan menambah sesak kerumunan. Diantara banyaknya gadis disana, ada satu orang yang sangat menarik perhatianku. 

“Tunggu, itu kan Yura.” kutemukan sosok Yura diantara puluhan gadis yang tengah berkerumun disekitar Gavin. 

“Yura!” dia tak bergeming. Mungkin dia tak mendengar, suaraku kalah dengan teriakan penggemar Gavin.

“Yura!” karena Yura tak kunjung mendengar, kuputuskan untuk menghampirinya.

“Dasar si Yura, dihampiri malah kedepan,” rutukku kesal pada sahabatku itu. Dia malah meju kedepan mendekati Gavin.

Yura memang belum tau kalau aku sudah menikah dengan pria itu, mengingat isi perjanjian kita yang tidak memperbolehkan status pernikahan ini bocor walaupun di tangan sahabat sendiri. Maaf Yura, aku berbohong padamu. 

“Wah, gila! Dia boleh juga Vin,” salah satu temannya yang mencelaku tadi berkomentar setelah melihat Yura.

“Iya, boleh juga,” timpal teman satunya.

Entah kenapa pembicaraan mereka terdengar risih ditelingaku. Cara mereka menatap Yura juga terlihat risih, seperti pandangan om-om hidung belang pada gadis cantik yang akan mereka mangsa. Menjijikkan!

“Kak Gavin, aku ngefans banget sama kakak. Aku juga rajin nontonin konten kakak di youtube dan pastinya setia menunggu saat kakak live streaming. Nggak nyangka banget aku bisa ketemu langsung. Ternyata kakak ganteng banget aslinya,” Yura nampak sampai berjingkrak-jingkrak, saking semangatnya bisa bertemu dengan Gavin. Mungkin kalau aku belum menikah dengannya dan belum tahu semua sifat buruknya pasti aku juga akan bereaksi sama seperti Yura. Karena kami berdua sama-sama suka dengan Gavin.

“Siapa namamu?” tanya Gavin.

“Yura.”

Tidak boleh, Yura tidak boleh dekat-dekat dengan Gavin. Tanpa pikir panjang langsung saja kuterobos kerumunan gadis-gadis itu, dan menarik tangan Yura. Aku harus menjauhkan Yura dari Gavin. Tidak akan kubiarkan dia mempermainkan sahabatku satu-satunya. Aku tidak rela. 

 “Bella, Gavin Bel. Gavin di depan kita, dia kan id...” tanganku refleks menutup mulut mungil Yura. Sebelum dia melanjutkan kalimatnya, dan membeberkan kalau aku adalah penggemar berat Gavin juga. Jangan sampai, kalau Gavin tahu mau ditaroh dimana nanti muka ini. 

 “Ayok ikut aku!” aku menarik tangan Yura ingin segera membawanya pergi dari tempat ini.

“Tunggu! Aku belum selesai bicara dengannya!” suara Gavin menghentikan langkahku dan keriuhan gadis yang mengerubutinya.

“Heh gadis dibawah standart, mau kamu bawa kemana gadis cantik itu?” ucap teman Gavin yang berbaju putih.

“Mau aku bawa kemanapun itu bukan urusan kalian! Ayo Yura, kita pergi,” kembali kutarik tangan Yura melewati gadis-gadis yang terdiam memandangku dengan tatapan aneh. 

“Tunggu Bel, aku kan belum selesai bicara sama Gavin,” Yura masih melihat kebelakang, menatap Gavin, pria yang ia idolakan. Lebih tepatnya yang kami berdua idolakan.

“Sudahlah, aku mau ngomong sama kamu. Lebih penting aku atau Gavin?” ancamku, akhirnya Yura mengalah dengan pasrah dia mengikutiku.

“Dasar gadis burik! Udah jelek sok lagi,” teriak pria berbaju putih tadi yang masih bisa dengan jelas kudengar.

“Dia pikir wajahnya tampan, baru jadi teman Gavin saja sok mengataiku,” gerutuku sembari terus menarik tangan Yura menjauh dari kerumunan itu.

“Lepasin tanganku, Bel. Sakit tau,” Yura terlihat kesal.

“Ah maaf,” kulepas genggaman tanganku pada pergelangan tangannya yang terlihat memerah. Maaf Yura, mungkin aku terlalu keras menarik tanganmu.

“Kamu kenapa sih? Aneh banget. Bukannya kamu juga suka sama Gavin, setahuku kamu lebih fanatik dibanding diriku. Tapi kenapa tadi malah marah-marah dan membawaku pergi?” tanya Yura dengan muka masam, masih kesal denganku.

“Aku sudah bukan fans Gavin lagi,” bohong, sebenarnya aku masih suka sama Gavin. Masih mengidolakannya, namun egoku menekan perasaan itu.

“Bohong. Mana mungkin seorang Bella bisa tiba-tiba berubah hanya dalam hitungan hari. Apa alasan kamu tidak suka sama Gavin lagi? Coba bilang sama aku!” Yura menyudutkanku karena tidak percaya dengan pernyataanku tadi. Ya, kalau aku jadi Yura juga akan bilang hal yang sama karena aku orang yang tak mudah goyah kalau sudah menyangkut dengan hal-hal yang kusuka. Terdengar aneh kalau tiba-tiba tidak suka dengan orang yang kupuja setiap detik.

“Gak ada alasan.”

“Kamu kenapa sih? Hari ini kamu beda banget, bukan seperti Bella yang kukenal.”

“Bel,” Mas Galang berjalan menghampiriku membawa tasku yang tadi diamankan olehnya.

Untung kamu datang Mas, akhirnya aku bisa bebas dari desakan gadis menyebalkan ini. Berkat Mas Galang topik pembicaraan kami berubah. Sekarang Yura lebih penasaran dengan pria ini daripada alasan dibalik perubahan sikapku hari ini

“Siapa?” Yura terlihat penasaran dengan sosok pria yang memang belum pernah ia temui.

“Ada deh,” sengaja kugoda gadis itu.

“Nyebelin banget tau kamu, Bel. Dari tadi kayak sengaja ngajak ribut aku!” Yura memanyunkan bibir sembari memalingkan wajahnya.

“Ini tasnya, dicariin dari tadi taunya disini. Kenapa nggak nungguin aku?” tanya Mas Galang sembari menyodorkan tas gendong pink milikku.

“Maaf Mas, aku tadi nyari ini bocah,” jawabku menunjuk Yura. Sedangkan sang empunya semakin menekuk wajah tambah kesal.

“Kenalin Mas, dia sahabatku Yura,” Mas Galang mengulurkan tangannya, segera disambut balik oleh Yura. 

“Yura.” 

Dasar cewek centil, giliran Mas Galang yang ngajak bicara dia langsung merespon dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin. Baru juga beberapa menit lalu dia merengut karena marah denganku. Tapi aku bersyukur, senyumannya bisa kembali lagi.

“Kalian lagi berantem ya? Kok ekspresinya kayak aneh semua tadi pas aku lihat dari jauh,” celetuk Mas Galang.

“Eng-enggak kok, kita baik-baik saja,” elakku.

“Kirain berantem.”

“Haduh, baru juga sehari masuk kampus sudah pada mau masuk kandang buaya. Kadang aku kasian sama korban-korban Gavin, tapi anehnya para gadis yang jadi korban Gavin itu bukan menyesal malah bangga,” Mas galang melihat gerombolan gadis yang masih mengelilingi Gavin sembari berkomentar. Tapi tunggu, dia bilang ‘korban Gavin’.

“Korban bagaimana Mas maksutmu?” 

“Gavin itu terkenal playboy dikampus ini. sering gonta ganti cewek. Terus rumornya sih, setiap cewek yang jadian sama dia pasti di unboxing dulu baru diputusin.”

Mataku melebar dengan tangan menutup mulut, pura-pura terkejut mendengar ucapan Mas Galang. Tanpa kamu bilang aku juga sudah tahu, Mas. Lagian isi surat perjanjian kami itu sudah lebih dari cukup untuk memberi tahuku bagaimana sifat Gavin pada cewek yang dia kencani. Tapi aku tetap harus berpura-pura tidak tahu, kalau tidak bisa-bisa sandiwara kami akan terbongkar.

Tapi ada yang membuatku sedikit heran, Mas Galang bukan tipe pria iri yang suka membicarakan atau menjatuhkan orang lain. Kenapa dia sampai membicarakan Gavin di depanku, apa mungkin ada sesuatu yang membuat Mas Galang tidak menyukai Gavin. Tapi bocah tengik itu layak sih untuk tidak disukai.

“Masak Gavin kayak gitu. Yakin kamu nggak bohong, Kak?” Yura tidak percaya sama sekali dengan ucapan Mas Galang.

“Entahlah, akupun tak tau kebenarannya. Namun rumor yang beredar seperti itu. Dan beberapa temanku yang menjadi mantannya juga bilang begitu.”

“Ya sudah, aku pergi dulu Bel, kalian lanjutin saja ngobrolnya.” Mas Galang meninggalkan kami sembari melambaikan tangan.

 “Yeiii... akhirnya selesai juga!” Yura berteriak kegirangan setelah acara penutupan selesai. Kami sudah menjalani OSPEK selama 3 hari berturut-turut, dan akhirnya rangkaian acaranya sudah selesai semua. 

“Haahh! Akhirnya aku bebas!” tak mau kalah akupun ikut berteriak. Tak dapat kupungkiri aku juga ikut lega dibuatnya.

“Bel, habis ini kita makan-makan ya. Kita rayakan debut resmi kita sebagai mahasiswa,” Yura meraih tanganku sembari menggoyang-goyangkannya. Dia menggunakan jurus rayuan mautnya yang sama sekali tidak bisa kutolak.

“Iya-iya, mau makan kemana?”

“Pokoknya kamu tinggal ikut aja. Aku jamin kamu suka. Apalagi aku sudah menyiapkan kejutan spesial untukmu.”

Kejutan? 

Kejutan apa yang telah Yura siapkan untukku, jadi tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di tempat makan yang Yura pilih.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status