Share

Di Gosipkan Hamil

Aku tidak menggubris pertanyaan bu Endang. Karena sudah ada angkot yang datang aku segera naik ke angkot. Aku bisa gila jika meladeni bu Endang yang gemar bergosip ria itu. Aku menggerutu kesal di dalam angkot.

“Sepertinya sudah aman, walau dia teriak-teriak seperti orang gila begitu aku tidak peduli,” gumam ku setelah angkot melaju.

“Dasar tidak sopan ditanya orang tua tidak menjawab, awas saja berita heboh Dara mau kuliah akan segera aku sebar di desa ini. Semalam ia pulang di antar mobil sekarang mau kuliah, pasti dia sekarang menjadi simpanan om-om,” gerutu bu Endang sambil jalan.

 Bu Endang kembali ke warung sayuran milik bu Sri dan kembali bergosip di sana. Masih banayk ibu-bu yang silih berganti ke tukang sayuran itu. Dengan nada tinggi biar semua ibu-ibu mendengarkan bu Endang memulai gosipnya.

"Dara itu kerja apa to, sebenarnya?" tanya bu Endang yang pura-pura memilih sayuran.

"Admin kan bu, di kantoran," Jawab bu Sri.

"Aku kok mulai curiga lo sama anaknya bu Siti itu, baru pertama gajian udah bisa beli tv, terus semalem dianter pulang naik mobil, apa itu kalau nggak mencurigakan," kata bu Endang dengan semangatnya.

"Hati hati ketulah dengan omonganya loh bu," kata bu Sri.

Aku kembali ke rumah setelah sampai kantor karena ada hal yang harus di urus dadakan bersama tim kerjaku. Bu Endang dan yang lainnya melihat sampai matanya mau copot mungkin dalam hati mereka bertanya siapakan gerangan yang berhenti di depan rumahku membawa mobil. Hatiku merasa tak enak denagn apa yang akan terjadi soalnya aku diantar mobil bu Sari.

"Itu mobil yang semalam aku lihat menurunkan Dara di ujung jalan, bukankah tadi Dara sudah berangkat kerja untuk apa mobil itu kesana?" bu Endang heboh sendiri.

Aku turun dari mobil bersama dua orang temanku. Hari ini aku harus kunjungan ke luar kota dadakan karena ada masalah di salah satu cabang jadi pulang dulu mengambil baju ganti sekalian berpamitan kepada ayah dan ibuku. Kebetulan sekali ayah dan ibuku belum berangkat ke pasar. Selesai berpamitan mobil yang sudah melaju akan keluar gang di hadang oleh bu Endang. Perasaanku langsung tidak enak apa yang ingin dilakukan oleh biang gosip itu?

“Dara mau kemana toh, tadi bukannya sudah berangkat kerja, kok balik lagi?” tanya Bu Endang.

“Kami mau mengecek toko-toko di luar kota, ada apa ya bu?” bu Sari membuka kaca mobil.

Bu sari memberikan brosur kosmetik kepada bu Endang, juga memberikan alamat website penjualan produk kosmetik mereka. Dia juga bisa melihat staff dan jajaran melalui website tersebut. Mobil kembali melaju karena sudah mulai siang. Aku bernafas lega karena mempunyai bos yang baik hati.

"Tuh kan ibu-ibu desa Jati Asih yang cerdas. Jangan langsung percaya dengan adanya gosip, kalau ada apa-apa dicari tahu kebenaranya dulu, jangan main omong sana sini, kalau sudah seperti ini terlanjur ngomong, tapi ngomongnya nggak bener ‘kan jadi malu sendiri!" seru bu Sri.

"Jadi gimana bu Endang, sudah tidak curiga lagi kan dengan Dara?" tanya bu Lastri.

"Alah baru begitu saja, Dara itu sudah sombong banget," jawab bu Endang dan dia pergi meninggalkan warung bu Sri.

"Loh nggak jadi belanja, bu Endang?" tanya bu Lastri.

"Orang kesini mau gosipin anak orang doang, bukan mau belanja bu Lasrti dia itu," sahut bu Sri.

Mobil sudah melaju jauh meninggalkan desa Sukma Jaya yang sedang banyak tukang gosip dipagi hari. Ku ucapkan terima kasih kepada bu Sari karena mau menjelaskan mau kemana dan tujuannya apa mengantarku pulang ke rumah mengambil baju ganti membawa mobil. Aku juga merasa malu karena mempunyai tetangga yang suka gosip seperti itu, sampai menghadang mobil yang aku pakai dinas bersama teman kerjaku.

***

"Jeng Sri, apa bener anak bu Siti dirawat di rumah sakit?" tanya bu Lastri.

"Hehehe orang anak bu Siti itu sering pulang malam bu, saya sering mergoki," sahut bu Endang sambil memilih sayuran.

"Ah yang bener bu Endang?" tanya bu Sri.

"Loh masa saya bohong sih bu, saya sering lihat emang dia pulang malam, mungkin sudah kena pergaulan malam sama teman temanya." Sahut bu Endang.

Gosip yang aku dengar dari seorang tetangga juga kata mereka sering melihatku pulang malam. Itu memang benar karena pekerjaanku banyak dan ini adalah akhir tahun. Perusahaan tempatku bekerja melakukan stok opname barang di gudang kantor pusat. Aku sering lembur dan akhirnya jatuh sakit. Aku juga sering mendapatkan informasi dari salah satu tetangga kalau aku ini sering di gosipkan. Bagiku itu sudah biasa.

“Saya juga pernah lihat loh bu, beberapa kali si Dara itu pulang malam dianter mobil,” ucap salah satu warga desa Sukma Jaya yang berbelanja.

“Tuh kan, bukan cuman saya saja yang lihat,” timpal ibu Endang.

Menurut informasi yang aku terima dari salah satu ibu-ibu pagi itu para ibu-ibu sibuk bergosip di warung bu Sri. Tentu saja mereka menggosipkan aku yang sedang sakit ini. mereka merasa paling benar tidak tahu apakah aku sedang banyak kerjaan atau tidak main tuduh saja sembarangan. Aku kadang berdoa supaya mereka ketulah dengan apa yang mereka gosipkan.

“Mungkin si Dara itu lembur bu kerja bu, ya wajar pulang malam,” ucap bu Sri.

“Masa lembur hampir setiap hari sih, dia sampai masuk rumah sakit begitu jangan-janagn hamil karena sering kencan sampai larut malam baru pulang,” sahut bu Endang yang mulutnya lemes.

Hanya bu Lastri yang menurutku sedikit masih waras. Bahkan beberapa kali beliau membelaku dan mengingatkan bu Endang agar tidak sembarangan bicara dulu. Beliau sempat menelponku menanyakan sakit apa sehingga masuk rumah sakit. Pasti kan sakit parah kalau sampai masuk rumah sakit. Beliau juga menceritakan kalau ibu-ibu di desa Sukma Jaya sudah beramsumsi macam-macam tentangku. Aku jawab belum bisa memberikan penjelasan tapi jika bu Lastri mau bertanya bisa datang ke rumah sore hari saat ibuku sedang istirahat pulang.

“Tidak usah berucap yang menimbulkan fitnah dulu bu ibu, nanti sore saya coba ke rumah bu Siti dulu sebenarnya anaknya sakit apa,” ucap bu Lastri.

“Ya nggak bakal kalau ngaku anaknya sedang hamil toh bu Lastri, mana mungkin maling mau ngaku, kalau ngaku penjara penuh dong!” seru bu Endang.

“Hus bu Endang ini jangan asal bicara kalau ngomong, belum ada bukti juga bicara sembarangan kerjaannya,” sahut bu Lastri lagi.

Bu Latri menghubungiku kalau sore ini beliau ke rumahku tapi tidak ada orang yang menjawab saat mengetuk pintu rumahnya. Motor ayahku juga tidak ada beliau berpikir bahwa mungkin mereka masih di rumah sakit menjagaku. Aku jawab memang belum pulang masih di rumah sakit. Sedangkan adik-adikku sedang diungsikan di rumah nenek.

“Bagaimana bu Lasti, ada nggak orang di rumah, udah deh percaya sama saya, nggak ada orang dirumah pasti ada apa-apa yang disembunyikan,” ucap bu Endang yang tahu-tahu nongol.

“Astagfirllah bu Endang, kapan munculnya mengagetkan saya saja!” bentak bu Lastri.

Entah dari mana munculnya bu Endang. Bu Lasti berinisiatif untuk mengunjungi rumah sakit. Dia ingin menjengukku sendirian dulu sebelum memberikan informasi ke para ibu-ibu yang gemar begosip di desa Sukma Jaya ini. belum selesai bicara bu Endang sudah mengumumkan tentang akan menjenguk ke rumah sakit melalui aplikasi pengirim pesan kepada para ibu-ibu. Dalam sekejap ibu-ibu sudah berkumpul di depan rumah ibu Siti.

“Kita ke rumah sakit mana bu?” tanya bu Sri.

“Loh kok bu Sri sudah rapi dan ibu-ibu yang lain juga!” seru bu Lasti kaget.

“Kami di japri bu Endang katanya bu Lastri mau jenguk anak bu Siti, suruh kumpul di sini.” Jawab merek kompak.

Bu Lastri melirik bu Endang kesal. Sedangkan Bu Endang senyum-senyum kegirangan karena nanti di rumah sakit akan melihat sebuah pertunjukan. Dalam pikirannya bu Siti pasti malu karena anaknya hamil di luar nikah. Dia sudah berencana akan mengatakan pada bu Siti nanti jika benar aku sedang hamil karena sering pulang malam. Mendengar cerita seperti ini dari bu Lastri aku merasa semakin pusing kepalaku. Kenapa bisa sih aku mempunyai tetangga mulutnya lemes seperti itu.

“Kenapa toh bu Lastri ini melihat saya seperti ini, kalau jenguk bareng-bareng jangan sendirian, masa nanti kalau dapat informasi sendirian kita juga mau tahu sebenarnya sakit apaan anaknya bu Siti itu!” seru bu Endang.

Bu Lastri mendengus kesal karena ulah bu Endang ini yang selalu seenaknya, “Sebentar ya ibu-ibu saya konfoirmasi dulu ke bu Siti, anaknya dirawat di rumah sakit mana,” ucap bu Lastri.

~Bersambung~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status