Aku mendengar kedua calon mertuaku membicarakan anaknya yang bisa mengontrol emosinya. Biasanya Nungki paling tidak bisa diam saja ketika ada orang yang membuatnya tidak senang. "Itu Nungki anak sulung kita. semenjak kenal Dara sifatnya banyak berubah lebih baik ya pi. Tidak seperti dulu arogan juga suka bertindak semena-mena ketika ada orang yang membuatnya kesal," jawab bu Rina. "Kamu benar mi. Papi juga melihat perubahan besar itu. Sepertinya dia sudah menemukan orang yang cocok untuk mendampinginya lebih baik kita dukung saja apa yang ingin lakukan," ucap pak Maulana. Acara sudah selesai kami semua sudah rapi-rapi juga rombongan besan sudah pulang ke rumah masing-masing. Ratna masih berada di rumahku bersama calon suaminya Dokter bagas. Tak henti-hentinya itu bu Endang kepo banget dengan berapa biaya membuat pesta lamaran seperti yang aku gelar ini. "Tadi katanya harus ingat tetangga bu yang tukang masak. bagi-bagi rejeki gitu loh masa habis ngomongin or
Estel melihat ke arah bu Endang. Ketiga dayangnya juga turut serta menatap wajah bu Endang yang berani mengatakan nona mudanya sebagai seorang pelakor."Pacar putrimu? Kamu halu ya bu, putri yang kamu banggakan ini selalu ingin menjadi istri orang kaya. Dia secara tidak malu mendekati para pemuda kaya di kota ini!" seru Estel."Tidak mungkin kamu yang kegatelan memangnya kamu mempunyai prestasi apa sehingga mampu bersaing dengan anakku yang genius ini?" tanya bu Endang kesal.Estel memerintahkan ketiga orang setianya untuk mengatakan siapa dia sebenarnya. Lalu juga melihatku dan mengode siapa Estel yang aku tahu. Tentu saja ketiga orang kepercayaan Estel itu mengatakan dengan lantang siapa nona besarnya."Kamu rakyat jelata tahu apa. Mungkin di rumahnya tidak punya televisi atau ponsel pintarnya itu tidak ada kuota datanya sehingga tidak tahu siapa nona kami," ejek salah satu dayang Estel."Ponselnya hanya digunakan untuk gosip saja makanya o
Ratna menatapku tajam ia menyalahkanku kalau sengaja mengundangnya ke acara lamaran untuk mempermalukannya. Dia menuduhku mau pamer kalau mendapatkan orang kaya sekaligus mengadakan pesta yang mewah."Apa sih bu. Aku ini sedang dijebak oleh Dara untuk datang ke acara lamarannya untuk dipermalukan seperti ini," jawab Ratna."Sudah salah menyalahkan orang lain. Memang buah tak jatuh dari pohonnya benar-benar mirip sama ibunya," balas bapakku.Aku meluruskan segalanya kalau aku ini tak berniat menimbukkan kesalahpahaman antar tetangga. Mana aku tahu kalau kejadiannya akan seperti ini. Ternyata Bagas yang dibawa oleh Ratna dan dikenalkan sebagai pacar Ratna ternyata memiliki hubungan dengan wanita lain yang merupakan putri dari walikota."Bagas lebih baik katakan yang sejujurnya kalau seperti ini aku seperti dikambing hitamkan oleh Ratna dan ibunya. Aku tak mau menjadi bahan gosip yang menimbulkan fitnah," ucapku."Memang benar kok Ratna ini mendekatiku hanya in
Estel bertanya pada Ratna mengenai bagian mana yang kami bicarakan merupakan sebuah fitnah. Sekelas Estel mungkin tidak akan memfitnah orang sembarangan kecuali rival dalam dunia politik."Iya Ratna kamu nggak boleh asal menuduhku. Aku memfitnah kamu apa?" imbuhku."Kalian bersekongkol menjatuhkan nama baikku. Estel menggunakan jabatan ayahnya untuk menyuap Dara agar mempermalukan aku. Dan kamu Bagas lelaki mokondo yang hanya memanfaatkan wanita untuk menguatkan posisimu," ucap Ratna.Sepertinya jawaban Ratna ini tidak nyambung. Kami bertanya bagian mana yang merupakan fitnah kenapa dia jawab yang menjadi asumsinya belaka. Aku semakin pusing dengan orang yang pandai berkelit seperti Ratna ini."Kami tidak bersekongkol apa buktinya kami bersekongkol?" tanya Estel.Estel merangkul lengan tangan Bagas juga mengatakan kalau sudah janjian sama Bagas untuk menghadiri acara lamaran sahabatnya. "Tapi Bagas adalah kekasihku. Kalian berselingkuh di belakangku!" seru R
Nungki hanya tertawa tak menjawab apa yang aku tanyakan padanya. Ia mengucapkan selamat malam karena sudah waktunya untuk istirahat."Tidurlah tidak ada hukuman untukmu!" seru Nungki."Baiklah aku tutup telponnya," jawabku.Ku letakkan ponsel diatas meja kamarku lalu aku tidur terlelap karena kecapekan. Pagi pun tiba sura riuh orang yang lalu lalang juga gosip yang terdengar di warung sayur semuanya menjadi satu menambah keramaian pagi ini."Sudah jam berapa ini apa aku terlambat bangun lagi?" gumamku."Nanti kalau sudah resmi jadi istri orang jangan bangun jam segini. Kamu mau biarin suamimu kelaparan di pagi hari hah!" seru ibuku yang berada di luar kamar menggedor pintu.Aku menjawab teriakan ibuku kalau sudah bangun. Aku menggerutu kesal masak di pagi hari buat apa Nungki terbiasa masakan koki kelas atas. Apa akan mau makan masakanku yang hanya biasa makanan rakyat jelata."Ribut banget ibu-ibu di luar sana ada apa lagi sih," gumamku."Ratna dijem
Ratna mendengar apa yang dikatakan oleh bu Arum dan bu Lastri. Anak itu benar-benar tidak ada sopan santunnya ia mendamprat bu Arum juga bu Lastri seenak jidatnya. Ia tidak bisa membedakan teman sebaya atau orang tua."Heh ibu-ibu tukang gosip. Bisanya cuman gosip doang. Lebih baik pulang siapkan makanan untuk suami," balas Ratna."Yang tukang gosip bukannya ibu kamu. Anak muda katanya berpendidikan tidak ada sopan santunya sama sekali," ketus bu Sri.Ratna membantah omongan bu Sri kalau ibunya bukan tukang gosip melainkan sebauh fakta yang diomongkan. Ia tak terima kalau dikatai anaknya tukang gosip juga berpendidikan tapi tak punya sopan santun."Kalian yang iri sama aku. Anak kalian mana ada yang sekolah tinggi paling juga smp langsung berhenti sekolah makanya sekarang pada suram masa depannya," ucap Ratna."Istigfar Ratna nggak boleh ngomong begitu. Anak bu Sri dan bu Lastri juga sekolah tinggi kok terbukti pada dapat jabatan tinggi di pabrik,"
Tegar menatapku dia membungkuk memberi hormat juga menyapaku dan ingin mengantarku menggunakan mobi sampai tempat kerja. Namun aku menolaknya dan meminta ia segera mengantar Ratna bekerja. Tidak enak jika terlihat orang lain aku yang dibawa olehnya bukan. Nnati si bu Endang bisa memutar balikkan fakta aku sudah menerima lamaran orang tapi masih kegatelah merebut pacar putri kesayangannya.Walau ada bu Lastri dan bu Sri yang menjadi saksi tapi yang namanya mulut manusia memang tidak bertulang akan menjadi fitnah buatku yang akan melangsungkan pernikahan."Dia ibu Dara calon istri bapak Nungki. Aku hanya orang kepercayaannya di salah satu cabang. Bukankan aku seorang karyawan yang tidak tahu malu jika membiarkan isri bosku berjalan kaki dan di hina oleh kekasihku. Aku kecewa sama kamu Ratna," jawab Tegar."Jadi kamu hanya seorang yang dipercaya oleh Nungki untuk mengelola salah satu tokonya. Kalau begitu kita putus aku tidak mau menjadi lebih rendh dari Dara panta
Ratna terdiam tak tahu harus menjawab apa pertanyaan pak Nurdin. Sekali lagi pak Nurdin bertanya apakah ada hal penting yang terjadi kenapa Ratna belum berangkat kerja."Bapak ini semua salah Dara. Dia menjelekkan aku di depan Tegar," jawab Ratna."Bisa saja Ratna ini ngelesnya. Pak Nurdin tolong didik anak bapak yang bener biar bisa menghormati orang tua seperti saya," ucap bu Lastri."Eh pak Nurdin kan nggak di akui sama Ratna. Orang tua Ratna itu adalah bibinya yang pegawai pajak dan pamannya yang tni berpangkat tinggi. Anak durhaka tidak ingat susah payahnya membesarkan anak," ucap bu Sri.Pak Nurdin tak mengerti apa yang diucapkan kedua ibu-ibu itu kok bisa sih anaknya dicap sebagai anak durhaka. Perasaan anaknya itu kemarin tugas di Solo lalu dipindahkan ke jakarta dekat rumah dan tinggal di asrama pulang semaunya dia kalau nggak sibuk."Ibu-ibu tolong tenang dan jelaskan pada saya apa yang terjadi. Biar kalau anak saya ada salah saya akan didik dengan