Bu Endang tertawa dengan pertanyaan ibuku dia mengatakan kalau apa yang perlu di iriin dengan keluargaku. Seorang penjual ikan saja yang mendapatkan keberuntungkan anaknya di nikahi oleh keluarga kaya kalau tidak mendapat suami kaya juga biasa saja. Ketolong sama wajah cantik jadinya memanfaatkan kecantikan untuk menggaet pria kaya."Aku iri sama keluarga bu Siti kok aneh banget. Apa yang mau aku iriin bu. Suamiku pns anakku kerja di rumah sakit bumn, bu Siti cuma penjual ikan yang beruntung saja dikaruniai anak yang super cantik tapi bloon nggak punya prestasi apa-apa iya to. Anak ibu siti si Doni juga cuma pegawai kontrak di pabrik. Nggak level bu sama saya," ucap bu Endang."Alhamdulilah kalau begitu bu, maaf ya bu kami berangkat dulu besok jangan lupa datang ke pernikahan saya ya," ucapku lalu menarik lengan tangan ibu supaya lekas masuk mobil.Aku sudah tak sabar menghadapi bu Endang yang mulutnya kurang ajar itu. Lebih baik segera pergi dari lokasi karena
Bu Endang berdebat dengan bu Sri tapi karena masih banyak pekerjaan yang belum selesai membuat bu Sri mengalah dan menurutnya lebih baik mengerjakan apa yang belum selesai dikerjaan daripada meladeni bu Endang yang banyak omongnya itu. "Bu Sri ini dibilangin kenyataan tapi kok sepertinya musuhin saya dan ngebela bu Siti banget emangnya sama bu Siti di bayar berapa untuk asak di sini hah," jawab bu Endang. "Kami di sini tidak di bayar tapi karena rasa tenggang rasa dan gotong royong antar tetangga yang kata bu Endang sendiri harus saling tolong menolong betul kan ibu-ibu?" tanya Bu Sri pada ibu-ibu yang membantu masak di rumahku. "Betul," seru ibu-ibu berbarengan karena memang itu yang mereka lakukan. Aku tertawa mendengar cerita dari bu Sri yang menelpon ibuku menceritakan kejadian yang ada di rumah karena ibu mempercayakan acara masak di rumah pada bu Sri jadi apa-apa bu Sri laporan ke kami."Ya ampun bu Endang kok merendahkan kita banget ya bu," ucapku sete
Aku tertawa membayangkan bagaimana wajah Ratna merah karena marah melihat apa jawabku atas pesan singkatnya.Pasti sekarang dia sudah membanting ponselnya karena tak terima aku mendapatkan perawatan mahal hari ini."Kurang ajar atas dasar apa Dara si anak tak berprestasi itu mendapatkan fasilitas apa yang aku inginkan," gumam Ratna sambil membanting ponselnya ke kasur."Ada apa Ratna kenapa kamu marah seperti itu apakah ada yang tidak membuatmu senang?" tanya bu Endang.Ratna memperlihatkan status dan chat pribadinya denganku pada bu Endang sehingga bu Endang murka dan mengirim pesan pada ibuku dan menceritakan kronologisnya. Bu Endang juga menyertakan capture pesanku dengan Ratna."Maksudnya apa bu Siti. Anak ibu yang sedang kejatuhan durian runtuh itu pamer kepada anak saya kalau sedang perawatan? Biar di sangka sok hebat bisa perawtan dan nginep di hotel. Saya juga bisa nyewa hotel dan spa. Apa bu Siti pikir saya nggak sanggup?" tanya bu Endang pada pesan sing
Aku tertawa membaca pesan dari Ratna yang sama persis seperti Irma kala itu mengatakan aku hanya ingin ongkang-ongkang kaki saja tidak bekerja lagi selama menjadi istri Nungki yang kaya. Pikiran mereka terlalu sempit aku mendapatkan pekerjaan baru di perusahaan yang lebih besar dari sekarang aku juga sudah ada perjanjian tidak hamil dulu selama setahun. Aku juga sudah membicarakan masalah ini kepada Nungki dan calon suamiku itu telah menyetujui apa yang aku inginkan. "Wah enak dong kalau tinggal ngeretin laki doang. Bukankah itu yang diharapkan semua wanita ya. Duduk manis di rumah transferan lancar terus. Tinggal shoping-shoping deh bisa online bisa datang ke mall langsung," jawabku biar Ratna semakin panas. "Aku akan capture pesan darimu ini kirim ke Nungki dan grup sosialita biar semua orang tahu kelakuan busukmu sebenarnya Dara," ucap Ratna yang kesal itu mengancamku.Silahkan saja kalau dia mau memviralkan aku yang berkata demikian. Yang ada nanti bakal malu
Kami menangis sesenggukan lalu kembai ke kamar untuk istirahat karena besok adalah hari yang akan melelahkan. Kami semua harus bersiap untuk esok pagi."Permisi kami dari tim rias pengantin," ucap seorang tim perias pengantin."Silahkan masuk kak, yang ini pengantinnya," tunjuk ibuku sekalian mempersilahkan masuk pengantinya.Aku mulai di rias untuk akad aku memakai kebaya warna putih juga riasan adat palembang. Akad dimulai pukul delapan pagi. Tamu sudah penuh berdatangan di dalam gedung di saksikan banyak tamu undangan Nungki mengucapkan kalimat ijab qabul sehidup semati di hadapan para saksi dan penghulu."Bagaimana ibu-ibu bapak-bapak sah?" tanya pak penghulu."Sah," banyak tamu secara kompak bilang sah."Alhamdulilah," jawab tamu undangan yang kompak.Akhirnya selesai ijab qabul dan aku resmi hari ini menjadi istri Nungki. Serangkaian acara adat sudah kami lakukan dan sekarang memakai baju adatnya. Adat ini sesuai dengan pe
Estel menertawakan bu Endang ijazah boleh smk saja tapi kalau rajin dan terus berusaha akan ada jalan indah yang ditempuhnya suatu hari nanti."Kamu itu tidak berwawasan luas ya. Emang yang sudah di dapat oleh putrimu yang berprestasi itu apa?" tanya Estel kembali meremehkan."Benar bu putrimu yang selalu membanggakan prestasi akademik itu saat prkatek berkomunikasi di depan banyak orang keok," balas Bagas yang sudah kesal dengan ibu dan anak itu.Bagas mengatakan selain hanya bisa menggoda pria kaya dan berambisi mendapatkan suami yang kaya. Memangnya Ratna bisa apa, nilai akademik boleh bagus tapi kalau atitude juga sikap yang arogan sering merendahkan orang ala gunanya semua itu."Kalian itu kenapa sih menghina anak saya terus. Siapa yang menggoda pria kaya emang anak saya berpotensi di deketin pria kaya kok," ucap bu Endang."Ah percuma berbicara dengan mereka berdua pasti tidak mau kalah namanya juga orang udik dan selalu iri pada pencapaian orang
Aku menulis di layar ponselku darimana aku mendapatkan pesan. Nungki mengangguk dan mengerti lalu melanjutkan obrolan dengan teman-temannya. Kami mengobrol sampai larut sore kemudian baru kembali ke kamar Hotel."Dara bersiaplah kita akan berangkat ke suatu tempat malam ini," ucap Nungki yang membuatku kaget."Kemana kita akan pergi apakah ke tempat yang jauh?" tanyaku aku tidak membawa baju ganti yang banyak memangnya mau kemana coba tidak bilang dari jauh-jauh hari.Nungki menyebutkan tempat yang sangat jauh dan membuatku kaget seakan tak percaya. Apa ini termasuk kejutan untukku aku tidak tahu harus melakukan apalagi bagaimana bisa aku pergi ke tempat yang jauh sedangkan tanpa persiapan apapun."Kita akan ke eropa dan ini adalah paspormu yang sudah jadi," Nungki memberikan paspor untukku."Ta-tapi aku tidak membawa baju ganti juga mempersiapkan apapun untuk dibawa. Kenapa tidak bilang jauh-jauh hari," ucapku sampai terbata ini adalah pengalamnku
Nungki tersenyum lalu berbisik padaku untuk segera mengambil pakaian yang akan kugunakan untuk berlibur bulan madu bersamanya. Sedangkan situasi di luar dia akan mengurusnya."Eh bu Endang kok kamu syirik sih sama orang. Kalau ada bukti nanti nanges lagi," ucap bu Arum sambil kipas-kipas kegerahan."Loh semua itu kan emang harus ada bukti bu. Kalau nggak ada paspor dan tiket pesawat saya nggak percaya. Paling ke bali doang!" seru bu Endang.Nungki menelpon supir untuk mengambilkan tas khusus paspor dan tiket pesawat yang akan kami gunakan. Bu Endang masih menggerutu karena sopir tak kunjung datang ia yakin kalau kami berbohong. kebetulan aku hanya mengambil baju yang kubutuhkan saja dan memasukkannya pada koper yang sudah di siapkan Nungki untukku."Tuan muda ini tas yang anda maksud," ucap sopir."Baik terima kasih," jawab Nungki lalu membuka tas warna hitam itu dan mengeluarkan isinya.Dua buah buku berwarna biru berikut visa dan tiket beserta bookinga