Pak Roni dan Irma kembali menyerangku karena mengatakan aku hanya seorang gadis biasanya tanpa ada dukungan dan kekuatan yang bisa membawaku menuju karir di perusahaan yang besar."Perusahaan besar pokoknya besok saja aku kirimikan videonya. Kalau ngomong sekarang takutnya di bilang membual lagi," ucapku."Emang kamu sekarang juga membual mana ada seorang yang nggak punya backingan bisa masuk perusahaan besar!" seru Irma.Aku tertawa menertawakan Irma yang berpikir sempit itu. Lalu aku berkata kalau Irma memang seorang yang egois dan hanya mengandalkan suami untuk hidup enak. "Cie ada yang mengaku sendiri mengandalkan koneksi untuk mencapai apa yang di inginkan tapi apa nyatanya zonk ya?" sindirku sambil tertawa."Kurang ajar kamu Dara berani sekali menghinaku. Kamu pikir aku tak sanggup nyari kerja yang lebih bagus dari perusahaan pak Maulana hah!" seru Irma.Aku hanya meminta bukti dari perkataan Irma yang mengaku bisa dapat pekerjaan lebih bagus dari peru
Nyonya Leni menegaskan sejatinya sepasang suami istri itu harus saling membantu dan juga saling mensupport satu sama lain. Mempunyai usaha kecil sampai menjadi besar kalau tidak dikerjakan berdua lalu dengan siapa lagi. Apakah mereka pikir menjalankan perusahaan itu hanya dilakukan satu orang saja tanpa rundingan dengan istri di rumah. "Kamu jangan seenaknya kamu pikir kakak iparmu hanya duduk diam saja di rumah? Jangan pikir kakak iparmu tak tahu kamu menilep orang perusahaan demi memelihara perempuan hina yang kamu nikahi siri ini hah!" seru nyonya Leni. "Satu lagi paman mamiku di rumah mengontrol semuanya jangan kira mami tidak tahu apa yang terjadi diperusahaan. Karena semuanya memerlukan tanda tangannya," ucap Nungki. Aku sangat takjub dengan kepandaian ibu Rina ini. Apakah aku bisa seperti mertuaku seperti ini suatu hari ini. Bahkan dia tahu kalau uang perusahaan juga pernah di korupsi oleh pak Roni sehingga Pak Roni sekarang dipindahkan ke divisi lain yang
Nungki menghentikan mobilnya karena ada yang menghadangnya. Aku jadi deg-degan jangan-jangan kampung ini sudah tak aman lagi karena ada begal mobil di suasana masih ramai seperti ini."Jangan turun dulu siapa tahu hanya orang iseng atau modus kejahatan baru," ucap Nungki yang melarangku membuka pintu."Kita harus bagaimana?" tanyaku mulai panik.Nungki menyuruhku menelpon meminta bantuan. Kalau mobil masuk gang ada yang menghadang takutnya adalah tindak kriminal baru.Plok ... Plok ... sebanyak tiga kali kaca mobil digedor seseorang. "Kamu kenal orang itu Dara?" ucap Nungki menunjuk orang yang di luar kaca."Aku tak mengenalnya itu siapa ya. Kok nggak terawat begitu, apa orang gila baru," jawabku sambil memperhatikan siapa orang itu.Karena dirasa tidak membahayakan Nungki menyalakan mesin mobilnya dan berjalan pelan. Wanita itu menghalang mobil kami lagi sehingga Nungki terpaksa mematikannya. Suamiku mulai menggerutu kesal kenapa ujian pulang ke negera
Ibu menegaskan praktis teluh sampai saat ini walau jaman sudah berkembang dan modern masih ada yang menggunakan. Seperti orang yang berdangang di pasar, membuka usaha biar laris apalagi pendatang dari desa ke kota biasanya banyak yang menggunakan."Walau ibu tak percaya tapi biasanya masih ada. Seperti orang berjualan menggunakan penglaris. Orang yang merantau dari jauh pasti juga ada pegangan," jawab ibuku."Serem juga ya aku jadi merinding. Jadi kita harus menjaga lisan kita ya bu. Jangan sampai ketemu orang yang salah dan masih menggunakan ilmu teluh itu," ucap Nungki.Kami membahas apa saja mengenai teluh malam ini. Apalagi saat mengobrol itu saudara bu Endang datang lagi dan menggebarak-gebrak mobil Nungki. Aku jadi merinding sendiri kenapa bisa segila itu sih."Waduh dia datang lagi pak, gimana ini?" tanyaku."Biar aku saja hadapi orang itu. Coba saja siapa tahu bisa berkomunikasi apa yang diinginkan dia," ucap Nungki.Nungki keluar lalu melihat suasan
Saudara bu Endang ketakutan dengan apa yang dikatakan oleh Nungki. Tubuhnya mendadak gemetar tanpa sebab sepertinya memang ada sesuatu yang disembunyikan."Ini urusan keluargaku memangnya salah kalau aku mendisiplinkan anakku karena tak menurut padaku!" seru saudara bu Endang."Mendisiplinkan tapi memukul dan mengatai sampai anak trauma dan stres," ucap Nungki.Ibu-ibu itu menjelaskan kalau anaknya di teluh orang karena tidak mau menikah dengannya. Orang yang melamar putrinya seorang pria miskin yang tidak ia setujui. Beberapa orang yang melamar tak memenuhi syarat untuk menjadi menantunya semuanya pria miskin jadi ibu menolaknya. Bukan karena kdrt seperti yang digemborkan oleh Nungki."Jangan sok tahu putriku begitu karena diteluh orang bukan karena kdrt seperti yang kamu tuduhkan," ucap ibu itu."Kalau begitu silahkan saja tunggu pemeriksaan di rumah sakit nanti pak Nurdin juga menjelaskan karena beliau mendampingi. Jika putri ibu ternyata depresi karena orang
Bu Endang menegaskan kalau yang ia katakan barusan adalah orang pintar bukan dukun melainkan pak ustad yang bisa mengobati orang sakit maupun gila. Bukan dukun yang minta bayaran seperti paranormal yang mereka lihat di televisi."Jangan sembarangan berkata saya tidak bermain ilmu hitam tapi saya bermain ilmu putih saya datang ke pak ustad yang mengobati dengan ayat alquran," jawab bu Endang."Iya dukun yang berkedok ustad kan maksudnya." ucap bu Lastri.Terjadi perdebatan diantara keduanya mereka sibuk berdebat antara dukun dan ustad. Aku tak tahu lagi mereka ini membicarakan apa lagi yang penting sekarang semua sudah beres dan aku sudah membagikan oleh-oleh untuk ibu, bapak juga adik-adikku aku pamit pulang setelah makan malam bersama."Di luar masih ribut aja apa yang mereka debatkan sih," ucapku yang penasaran."Biasalah ibu-ibu di sini emang begitu keadaannya selalu seperti itu kalau ada berita baru pasti akan heboh siang sore malam," jaw
Bu Endang terus menggerutu dan menyindirku karena hanya memberikan gantungan kunci saja sehabis pulang bulan madu dari eropa. Berbeda dengan ibu-ibu yang lainnya mereka mengucapkan terima kasih sudah memberikan gantungan kunci berarti aku tidak lupa dengan tetangga. "Nggak usah dengerin bu Endang deh Dara. Walau cuman gantungan kunci kami sudah senang karena kamu masih mengingat kami sebagai tetanggamu," ucap bu Sri. "Iya Dara terima kasih ya sudah ingat sama kami. Semoga rejeki kamu dan suami semakin banyak dan berlimpah. Tidak seperti seseorang tidak pernah memberi tapi suka mengunjing tetangga yang memberi," imbuh ibu Lastri. Aku mengangguk pelan lalu aku berpamitan pulang. Mereka kembali berdebat dengan bu Endang masalah memberi kepada tetangga."Halah dasar penjilat bersikap sok manis biar kecipratan kalau ada apa-apa. Model orang orang seperti ini yang nanti kalau orang yang dijilat susah pada menjauh nggak mau nolong. Sudah ketebak!" seru bu Endang.
Irma meradang dan menghardikku tanpa henti di lihat banyak orang seperti seorang istri sah yang sedang melabrak pelakor di muka umum. Aku jadi malu sendiri lalu tak bisa berkata apa-apa lagi sampai Nungki menghampiriku masuk ke dalam minimarket. "Berani-beraninya kamu menghardik istriku di muka umum. Pelakor sepertimu yang menghancurkan rumah tangga pamanku tidak pantas memarahi istri sahku. Kami semua juga tidak mengakui kalau kamu adalah bagian dari keluarga," ucap Nungki tegas. "Ka-kamu membela orang rendahan ini di depanku?" tanya Irma dengan segudang dramanya. Banyak orang yang menatap kami dan saling berbisik satu sama lain mereka mengatakan kalau awalnya aku adalah pelakor yang sedang bertemu istri sah. Setelah Nungki masuk semua gunjingan itu mengarah pada Irma. "Oh ternyata dia iri sama kehidupan orang lain. Hanya seorang pelakor tapi berani melabrak istri sah keponakannya di depan umum apa dia sudah gila dan merasa jadi senior," gumam seorang yang