Irma meradang dan menghardikku tanpa henti di lihat banyak orang seperti seorang istri sah yang sedang melabrak pelakor di muka umum. Aku jadi malu sendiri lalu tak bisa berkata apa-apa lagi sampai Nungki menghampiriku masuk ke dalam minimarket. "Berani-beraninya kamu menghardik istriku di muka umum. Pelakor sepertimu yang menghancurkan rumah tangga pamanku tidak pantas memarahi istri sahku. Kami semua juga tidak mengakui kalau kamu adalah bagian dari keluarga," ucap Nungki tegas. "Ka-kamu membela orang rendahan ini di depanku?" tanya Irma dengan segudang dramanya. Banyak orang yang menatap kami dan saling berbisik satu sama lain mereka mengatakan kalau awalnya aku adalah pelakor yang sedang bertemu istri sah. Setelah Nungki masuk semua gunjingan itu mengarah pada Irma. "Oh ternyata dia iri sama kehidupan orang lain. Hanya seorang pelakor tapi berani melabrak istri sah keponakannya di depan umum apa dia sudah gila dan merasa jadi senior," gumam seorang yang
Aku hanya menyunggingkan senyuman, menggelengkan kepala melihat kebodohan yang ditampilkan irma. Kenapa ada manusia sebodoh Irma.Irma menatapku tajam lalu memakiku dengan jasar di depan banyak orang. Niat menunggu ojek datang sambil membeli camilan malah ketemu manusia seperti Irma."Kamu dengerin tuh, orang-orang mengatakan kamu bodoh karena ingin dianggap wah bisa masuk ke perusahaan besar seperti ini sampai memakai name tag dan sergam palsu!" gertak Irma sambil ketawa ketiwi."Dara kenapa masih di sini katanya mau memesan ojek. Oh iya apa saya antar saja kamu karena tujuan kita sama restauran hendarso grup," ucap atasanku seorang pria berparas tampan dan masih muda."Nanti suami saya bisa salah paham kalau saya bareng pria lain," jawabku.Irma jadi punya bahan gibah dia mencaciku lagi karena baru menikah sudah menggoda pria lain.Dia seperti seorang perempuan jalang di sebuah sinetron televisi swasta."Heh Dara kamu baru juga menikah dapat keluar
Pak Roni mengatakan kalau aku mempermalukan Irma di depan banyak orang di minimarket. Sehingga saat pak Roni menjemputnya untuk pulang ia mendengar banyak hinaan dari pengunjung minimarket."Jadi seperti itu kejadiannya kenapa dia begitu tega menyakiti hati Irma yang tak salah apa-apa?" tanya Pak Roni."Benar Nungki aku hanya menyapanya tapi istrimu memarahiku dan seolah tak mengenalku aku dibuat malu olehnya dan menjadi bahan cemoohan orang banyak!" seru Irma sambil pura-pura menangis.Aku pikir akan melakulan apa ternyata masih tipuan yang biasa digunakan perempuan jalang. Aku sampai kenyang melihat adegan seperti ini karena sering digunakan."Kenapa kamu diam saja Dara? Apa kamu takut mengakui kesalahanmu?" tanya pak Roni."Aku akan berkata apa kalian akan tetap menyangkalnya kan," jawabku sambil menikmati makananku.Mereka masih berkelit dan terus menyerangku. Beruntung ada teman Nungki yakni atasanku langsung yang kebetulan sedang janjian dengan Nungki.
Tentu saja banyak qanita cantik yang ada di sisi suamiku aku sangat tahu pasti. Tapi aku tak takit dengan mereka karena yang menjadi istri sah adalah aku bukan mereka."Dara kamu jangan bersikap kekanakan seperti itu. Nungki memiliki selir itu adalah hal yang wajar," ucap Irma."Apa kamu pikir aku seperti paman yang memiliki simpanan bodoh dan memalukan sepertimu!" seru Nungki.Nungki mengatakan padaku kalau tidak ada gadis lain dihatinya selain aku. Dia sudah bersumpah akan menjaga satu wanita saja di hatinya. Perceraian itu sungguh membuat luka. ia tak ingin mengulangi apa yang terjadi seperti pamannya.Anaknya terluka dan mantan istrinya sempat depresi. Nungki tak mau melakukan itu. Walaupun ujiannya banyak ia akan tetap mencoba setia pada satu wanita yakni aku istrinya."Dara kamu jangan khawatir aku sangat kasihan pada bibi Rania saat perpisahan dengan paman terjadi. Aku sangat mencintaimu dan tak akan ada wanita lain selain dirimu!" seru Nungki."D
Aku menegaskan pada pak Roni kalau aku ini datang dengan baik-baik. Di pinang dan menikah masuk keluarga Hendarso juga baik-baik. Melalui proses dan prosedur yang normal. Bukan seperti wanita yang rakus kekuasan dan ingin hidup enak datang merusak rumah tangga orang."Pertama saya di lamar Nungki dengan adat dan proses yang seharusnya. Kedua saya tak merusak kebahagiaan orang lain, kenapa saya bisa bapak katakan sebagai pembawa sial?" tanyaku sekali lagi."Yang membawa sial itu adalah wanita yang menbuat hidup paman dahulunya enak sekarang menjadi menderita. Mau ngumpulin duit berapa saja nggak bisa karena hidupnya hedon sampai utang menumpuk dimana-mana," ucap Nungki.Nungki menjelaskan sekali lagi kalau wanita yang dulu bersama bisa berhemat lebih tepatnya memanage uang. Kalau utang juga ambilnya yang bisa digunakan jangka panjang misalnya rumah dan mobil.Kalau yang sekarang pamannya lebih menjadi manusia toxic yang suka minta bantuan pada kakak dan mamanya."
Nungki mengangkat bahunya sedikit lalu menurunkannya lagi. Dia merangkulku masuk ruang rapat seolah tak mau memikirkan tentang nasib pamannya."Nggaj usah pedulikan mereka. Orang seperti mereka pasti tahu letak kesalahan mereka dimana," jawab Nungki."Oke aku tak akan memikirkan mereka lagi," ucapku. Ini pertama kalinya ikut Nungki rapat tapi mataku rasanya lelah tak bisa menahan kantuk aku tidur di bahu suamiku sampai rapat selesai dan dia membangunkanku."Ayo pulang sudah larut malam sepertinya kamu lelah," ucap Nungki."Apa aku ketiduran. Maafkan aku ya apa aku memalukanmu karena tertidur?" tanyaku."Tidak jangan berpikir macam-macam ayo kita pulang, atau mau menginap di sini?" tanya Nungki.Aku menggelengkan kepala lalu mengatakan ingin pulang. Kami sepakat pulang dan tidur di rumah sampai pagi.Seperti biasa aku turun ke dapur memasak di temani para pelayan membuat sarapan untuk suamiku."Ternyata kamu di sini kenapa tak membangunkanku?" tan
Aku menghela nafasku lalu membiarkan bu Endang sibuk mengintrogasiku sore ini. Belia menahanku untuk tidak masuk rumah terlebih dahulu."Kalau anak pembantu tak akan bisa membiat pesta newah di gedung bu. Sampai aku bulan madu ke eropa," jawabku."Alah paling semua itu juga ngutang! Aha aku tahu kamu bekerja untuk ngelunasi hutang setelah nikah yang menumpuk itu kan?" tanya bu Endang. "Makanya menikah sesuai bugdet yang ada saja nggak usah sok-sokan!" imbuh bu Endang.Percuma kan ngomong sama bu Endang yang tak tahu apa-apa di kehidupan kami tapi sudah sok tahu dan menebak apa yang terjadi di kehidupanku."Sepertinya saya selalu salah di mata bu Endang ya, padahal saya ini nggak bayar utang loh. Mana ada orang kaya bayar utang sehabis merayakan resepsi, aku bekerja biar nggak dibilang cuma numpang hidup sama orang-orang termasuk bu Endang," jawabku."Oalah jangan ngeles segala begitu dong Dara. Aku tahu kamu itu hanya menutupi fakta yang ada. Ngaku saja
Bapak belum menjawab pertanyaan ibu tapi sudah terdengar keributan di luar rumah. kami langsung ke luar melihat siapa yang membuat keributan san siapa sih yang menyalakan klakson kencang sekali."Tuh bu lihat bu Endang sudah dapat balasan," jawab bapakku sambil menunjuk luar pagar."Hem apa itu menantu kita?" tanya ibuku sambil melangkah maju ke depan.Bu Endang marah dan memaki siapa pemilik mobil. Dia tak terima karena di klakson dengan kencang seperti itu."Mentang-mentang bawa mobil jangan seenaknya begitu jadi orang, memangnya yang bisa beli mobil kamu doang?" tanya bu Endang dengan lantang."Ibu menghalangi jalan saya. Untuk apa mengobril di jalanan mana ngomongnya nggak benar," ucap Nungki santai.Bu Endang terus mengoceh dia bilang kalau melihatku jalan kaki pulang ke rumah pasti habis bertengkar dan sekarang menjemputku seolah tak terjadi apa-apa. Ia juga mengungkit kalau aku masih di biarkan bekerja karena bayar hutang habis nikahan banyak."Men