Wanita paruh baya yang ternyata adalah kakaknya nyonya Leni sangat dengan pak Roni. Beliau terus menyerangku dan menuduhku yang macam-macam mulai dari tidak menghormati pak Roni sebagai paman Nungki hingga ada nenek dari keluarga suami sakit tidak ijin kerja dan mementingkan mencari uang."Mohon maaf bibi kalau saya menikah hanya karena uang. Saya tidak mungkin bekerja setelah menikah. Sepertinya tuduhan bibi tentang saya itu salah saya ini kan baru masuk kerja baru jadi belum bisa ijin. Kalau saya tidak menghormati keluarga suami mana mungkin saya cepek pulang kerja ke rumah sakit," jawabku."Banyak alasan memangnya aku percaya padamu begitu saja. MInta uang lima puluh juta masih resepsi di restoran Nungki. Nggak mau modal kamu!" seru kakak nyonya Leni yang bernama Lala ituNungki naik pitam dan meminta kakak neneknya untuk diam saja jika tidak mengetahui yang sebenarnya dalam kehidupan rumah tangga kami. Aku mencoba menenangkan Nungki yang sedang emosi itu. Ti
Nungki masih marah dan terus mengomel di hadapan kakak neneknya juga keluarganya. Nungki tidak habis pikir sudah membuat ulah dan membela yang salah masih saja tidak punya pikiran kalau yang mereka hina adalah istri dari keluarga yang mereka tumpangi. "Aku ini kakak nenekmu Nungki. Sudah sewajarnya kalau saudara itu saling tolong menolong apalagi nenekmu kan lebih kaya dariku!" jawab nyonya Lala. "Lalu kalian ini sudah membantu nenekku apa. Sudah ada timbal balik belum dari kalian untuk nenekku?" tanya Nungki. Suamiku itu terus marah menanyakan apa yang sudah keluarga nyonya Lala lakukan untuk membalas kebaikan yang nyonya Leni berikan. Yang ada mereka semua hanya terus meminta uang dan tidak mau tahu apa yang sedang dialami oleh nyonya Leni. Setiap datang hanya meminta uang tidak pernah bertanya kabar atau tentang kondisi kesehatan nyonya Leni. Mengunjunginya untuk mengobrol tidak pernah. "Sekarang nenekku sakit kalian malah berani membuat kegaduhan menghi
Nyonya Lala kesal sekali mendengar pembicaraanku. Beliau mengatakan aku sangat kurang ajar dan berani dengan orang tua. Baru sehari jadi nyonya kaya sudah memusuhi keluarga suami."Wanita tak tahu diri, berani sekali memusuhiku kalau aku ibu Nungki aku akan menyuruh kalian berpisah!" bentaknya."Untuk apa anda marah tinggal jawab saja uang bulanan anda darimana?" sindirku lagi.Nyonya Rina membelaku pasalanya memang aku bekerja di perusahaan besar. Mempunyai pendidikan juga adikku tak ada yang merong-rong sang kakak untuk meminta uang. Apalagi orang tuaku juga penjual ikan yang cukup untuk membiayai anak sekolah dan biaya sehari-hari."Bibi ini rumah sakit jadi tolong jangan ada keributan. Mertuaku butuh istirahat menantuku adalah pilihan putraku aku tak berhak meminta mereka berpisah!" seru nyonya Rina."Kamu sebagai ibu kurang tegas. Kamu harus mendisiplinkan menantumu yang kurang ajar," bentak nyonya Lala.Akhirnya nenek mertuaku yakni nyonya Leni angkat s
Nyonya Lala mundur ke belakang dan akhirnya keluar dari kamar ruangan dimana nenek mertuaku dirawat. Nungki mau mengejarnya tapi aku halangi tak perlu repot untuk menghalangi manusia toxic yang mau pergi sendiri."Kenapa dia pergi seperti orang ketakutan. Apakah memang benar seperti itu?" tanya Lucki."Sudahlah tidak perlu di perpanjang yang jelas sekarang nenek sudah membuat keputusan yang terbaik," balas pak Maulana.Putra dari nyonya Lala memohon ampun dia juga tak ingin bantuannya di putus. Dia berani bersumpah kalau akan melakukan apapun asalkan jangan memutus bantuan yang selama ini di berikan mau makan apa mereka kalau bantuan diputus begitu saja. "Adik sepupu aku mohon padamu jangan putus bantuan pada kami. Bagaimana aku membelikan susu anakku jika kamu memutus bantuan pada kami?" tanya Mondi pada pak Maulana."Kamu laki-laki ya kerja lah berani nikah ya harus menafkahi istri dan anakmu. Kamu pikir aku ini panti sosial harus membiayai ibumu. Kamu, a
Nenek mertuaku menggelengkan kepalanya beliau mantap tak ingin menahan seorang benalu. Dia sudah mengucap tak ingin mengenal lagi berarti itu adalah kesempatan yang bagus seharunya bagi Mondi untuk membuktikan kalau dia bisa bangkit tanpa uluran tangan nenek mertuaku."Kamu sudah mengucap seorang lelaki yang dipercaya adalah ucapannya! Buktikanlah kalau tanpa kami kamu bisa hidup," ucap Nyonya Leni."Kalian sungguh orang yang kejam. Berani menelantarkan saudara yang sedang kesusahan. Aku akan membuat reputasi perusahaan kalian jadi jelek," balas Mondi dengan amaran.Mondi mengajak istri dan anaknya keluar dari ruangan umah sakit yang digunakan untuk merawat nenek mertuaku.Sepertinya dia memang marah karena tak dapat jatah bulanan dari keluarga mertuaku. Bukan urusanku juga sih aku hanya menantu lebih baik menurut suami saja. Takut salah bicara nanti."Jika dia nekat membuktikan ucapannya mengatakan ke publik kalau kalian menelantarkan saudara bagaimana?" tanyaku
Ucapan Lucki masih terdengar olehku. Jawaban mertuaku adalah mungkin Nungki sudah menemukan belahan jiwanya sehingga sudah bisa mengontrol emosi dan meredam semua amarah yang biasa ia keluarkan."Nanti kamu jika sudah menemukan belahan jiwa juga akan seperti kakakmu. Semua keburukan yang ada akan terkikis oleh kehangatan keluarga," jawab Nyonya Rina."Kalau begitu aku boleh menikah sekarang?" tanya Lucki.Nyonya Rina mengangguk asalkan wanita pendamping Lucki adalah wanita yang baik apapun backgroundnya itu tidak masalah. Asalkan cocok dan bisa membuat Lucki jadi lebih baik lagi mertuaku akan merestuinya.Aku dan Nungki sudah sampai rumah dan merenahkan badan pada kasur pribadi kami."Nungki apakah aku terlihat seperti seorang wanita yang hanya mengharapkan harta darimu saja?" tanyaku."Jangan dipikirkan lagi perkataan wanita peyot itu. Aku yang memilihmu orang lain tak berhak menghakimimu," jawab Nungki sambil mengecup keningku.Kami mengobrol sepan
Nyonya Lala seperti ketakutan dan menyender ke Irma tentang apa yang kukatakan barusan. Dia memang harus mempertanggungjawabkan pernyataaannya karena menyangkut nama baikku. Apalagi melakukan keributan di perusahaan besar."Bagaimana ini Irma apa yang harus kita lakukan?" tanya nyonya Lala."Tenang saja di sini tak ada yang mengenalnya jika kita sebarkan gosip tentang Dara yang jalang itu bagaimana masuk keluarga kaya dia akan banyak dimusuhi orang," jawab Irma.Rumor tersebar begitu cepat saat aku berjalan kemanapun di perusahaan ini seperti orang menatapku tajam dan menggunjingkanku di belakang seperti aku orang yang hina."Kamu sudah dengar berita tentangnya. Katanya dia adalah seorang wanita murahan yang naik ranjang bos restauran sehingga menjadi istrinya sekarang dan menikmati kekayaan," bisik seorang karyawan."Katanya juga dia menghasut suaminya agar menyetop jatah bulanan neneknya loh. Kejam sekali," balas karyawan itu."Dasar jalang rakus mauny
Nungki kesal dengan apa yang dikatakan oleh Wati dan Erni. Ia membentak mereka karena sudah membuliku di tempat kerja hanya berdasarkan katanya."Kalian gila ya kenapa bisa kalian menganggap istriku perempuan jalang sedangkan kalian tak tahu apa cerita sebenarnya," ucap Nungki."Is-istri apakah yang bapak maksud adalah si anak baru itu?" tanya Wati gugup.Nungki mengangguk dia mengakui aku adalah istrinya di depan wati dan Erni. Nungki juga mengatakan kalau Irma adalah pelakor dan nyonya Lala adalah benalu di dalam keluarganya. "Aku yang memilih Dara sendiri sebagai istriku sudah lama aku mendambanya dia juga sempat menolakku asal kalian semua tahu," balas Nungki."Maafkan kami pak. Kami sungguh tak tahu," ucap wati.Aku masih bisa mendengar Nungki marah dengan Wati dan Erni. Dia mengatkan kalau tidak tahu kejadian sebenarnya jangan percaya dengan satu pernyataan orang lain. Ibarat kita dititipi uang sama orang uang itu bisa berkurang. Berbeda jika kita diti