Irma menegaskan saat ini memang istri dari pak Roni walaupun hanya siri adalah dirinya. Jadi nyonya Rania sudah tidak ada kepentingan lagi."Walau kalian tidak mendatangi pernikahan kami. Tapi saat ini saya adalah istri sah menurut agama pak Roni," jawab Irma."Tenang saja kamu nggak usah takut. Saya ke sini hanya ingin silahturahmi dan mempertemukan anak saya dengan neneknya, saya sudah bahagia dan banyak harta untuk apa merebut suami orang. Hanya orang rendahan dan miskin yang merebut suami orang!" tegas ibu Rania.Nggak ada wanita yang merebut suami orang kecuali orang yang pemalas dan maunya hidup enak secara instan. Tapi harusnya juga pilih-pilih karena nanti tertipu sama tampilan luar saja ternyata hartanya semua milik sang istri."Sombong sekali anda buk. Ingat hidup itu berputar bisa saja anda sekarang di atas kalau nanti berads di bawah bagaimana. Suami saya uangnya habis dulu di berikan kamu semua," ucap Irma."Mohon maaf lahir batin semuanya ya. Tidak ada gunanya berdebat a
Pak Maulana menggelengkan kepalanya kenapa Irma menanyakan hal ini padahal sudah pernah ia tanyakan apakah perlu dijawab lagi. Aku juga penasaran dengan jawaban keluarga ini padahal sih."Waktu itu sudah pernah dijawab oleh mamiku. Untuk apa aku harus menjawabnya lagi," jawab pak Maulana."Aku perlu jawaban kalian. Dara juga orang miskin nggak sepadan dengan kekayaan keluarga kalian. Kenapa kalian membedakan perlakuan?" tanya Irma lagi.Lagi-lagi tak ada jawaban pasti yang jelas pak Maulana menjawab kalau aku dan Irma sangat beda jauh. Satu masuk dengan baik-baik satu lagi dengan menghancurkan rumah tangga orang. "Dara menantuku masuk dipinang baik-baik sesuai aturan yang berlaku. Kalau kamu?" tanya ibu Rina. "Tapi bagaimanapun aku ini adalah resmi secara agama istri pak Roni," tegas Irma. Suasana semakin mencekam karena Irma ingin sekali diakui di keluarga mertuaku. Nyonya Leni menegaskan sampai kapanpun tidak akan mengakui Irma sebagai menantunya. Aku dan Nungki akhirnya pamit ke
Aku dan Nungki jadi saling pandang atas ucapan Ratna. Sepertinya Ratna menerima informasi yang salah. Aku memang kerja di sebuah perusahaan yang gerainya menjamur di negeri ini tapi bukan di gerainya langsung tapi di kantornya. "Iya nggak apa-apa Ratna kamu tahu tidak kenapa lulusan sarjana banyak yang menganggur? Itu karena mereka merasa gengsi menerima peluang yang ada!" tegasku."Tapi kalau pekerjaan kasar untuk apa sekolah tinggi ngaco aja kamu Dara," balas Ratna lagi.Pekerjaan kasar itu yang seperti apa sih yang dimaksud Ratna. Kasar itu kalau angkat berat seperti kuli panggul, kuli bangunan. Terserahlah Ratna mau berkata apa yang jelas aku saat ini sedang menikmati peranku sebagai istri dan wanita karir."Ratna semua pekerjaan itu sama saja. Yang penting halal tidak perlu gengsi. Makan gengsi aja emang perut kenyang?" tanyaku sambil tersenyum."Terus buat apa kamu sekolah tinggi kalau masih aja kerja kasar nggak di kantornya di ruangan ac duduk manis," ucap Ratna.Yah emang su
Bu Endang terus nyerocos panjang kali lebar membela Ratna anak kesayangannya. Haduh siapa yang salah siapa yang merasa tersakiti. Aku harus berkata apa kalau begini? Bikin malas saja mau bersilahturahmi saja malah seperti ini."Kolot ya bu, seperti bu Endang dan putrinya yang salah tapi seolah malah jadi yang teraniaya. Mohon maaf lahir batin sekali lagi bu. Saya dan istri pamit ya," jawab Nungki sembari merangkulku dan pergi."Dasar anak muda jaman sekarang nggak tahu sopan santun. Ganteng dan kaya buat apaan kalau nggak tahu tata krama!" seru bu Endang.Aku merasa tak enak saja bu Endang berteriak seperti itu menjadi pusat perhatian yang lainnya. Aku yakin akan ada gosip yang beredar nanti atas ulah mulutnya bu Endang dan Ratna."Nggak usah pikirkan mulut bu Endang. Nanti akan dapat balasan di pernikahan anakkya kok," ucap Nungki."Kamu kok yakin banget sih kalau nanti akan ada tragedi di pernikahan Ratna. Jangan bilang kamu sudah merencanakannya," balasku dengan tatapan tajam.Nung
Aku merasa nanti malam pasti akan menjadi malam yang heboh sayang sekali aku tak dapat meyaksikan karena sudah berkeluarga dan mengikuti Nungki mau lebaran kemana lagi."Dara terima kasih traktiran cendolnya ya. Omongan bu Endang mah nggak usah dimasukin hati. Namanya orang sudah terkenal biang gosip ya begitu," ucap bu Sri."Iya Dara nggak usah ditanggapi kami juga nggak yakin kalau nanti sehabis lebaran bareng calon besan bu Endang bakal beneran traktir kita. Ratna kan pelit!" seru bu Arum.Mereka berdua jadi tertawa bersama karena membayangkan apa alasan yang dikeluarkan oleh bu Endang dan Ratna karena tidak jadi traktir bakso.Aku melihat suamiku senyum-senyum sendiri entah apa yang membuatnya geli. Aku menyenggolnya mengode ada apa sebenarnya."Ah aku hanya membayangkan kalau Ratna dan Ibunya tak jadi menaktrir bakso dengan banyak alasan. Lalu aku menaktrir warga desa dengan segerobak bakso bagaimana jadinya ya?" ucap Suamiku."Kamu jangan buat perang deh. Nanti gara-gara bakso a
"Bakso dari restoran apaan sih. Ini mah bakso tusuk setusuk isi tiga harga seribuan dari abang-abang yang biasa mangkal di disini. Ngadi-ngadi kamu Ratna, bisa ngomongin orang tapi sendirinya lebih rendah!" seru bu Sri kebangetan sewot.Melihat kejadian anaknya dicela karena memberikan bakso tusuk bu Endang tak terima dan menghampiri bu Sri yang ada di depan pagarnya."Yang penting judulnya bakso, ini dari restoran loh anak saya sudah menepati janji masih kamu cela saja!" seru bu Endang ikut sewot."Bakso dari restoran mana yang bungkusnya pakai plastik kresek mana tusukan lima biji. Saya memangnya nggak pernah makan di restoran apa walaupun tukang sayur doang," cela bu Sri.Bu Endang kelabakan menjawabnya, karena bu Sri menjabarkan kalau makanan dari restoran dari tempat saja beda walau sama-sama bakso tusuk pasti pengemasan pakai kardus ada logo restorannya. "Jangan kira kami nggak tahu bu Endang. Mana cuma lima tusuk pasti harganya goceng ya. Sini lah buat dua cucu saya pasti juga
"Ayo ikut menyusul mereka makan bakso. Seger banget kelihatannya, nggak usah mikirin yang belum terjadi!" seru ibuku.Loh kenapa ibuku juga ikut ke bale-bale makan bakso bersama mereka ibu-ibu sukma jaya. Aku jadi semakin cemas karena sudah tahu watak bu Endang dan Ratna akan menuding kami yang tidak-tidak. Pikiranku kenapa jadi kemana-mana membayangkan akan terjadi pertempuran sengit Di bale-bale semakin ramai orang. Ada Husna dan kedua anaknya, pak hansip, pak rt juga mbak Janda yang selalu di gosipkan oleh bu Endang."Kamu nggak mau gabung sama kita. Sudah nanti aku yang urus kalau ada yang rese!" seru Nungki suamiku."Ba-iklah makan bakso mungkin akan menyegarkan pikiran apalagi yang pedes. Makan bersama seperti ini juga akan menyenangkan dan memberikan kenangan tersendiri, nanti kalau kita sudah aktivitas lagi momen seperti ini juga jarang," balasku padahal hatiku masih cemas dengan kemurkaan Ratna.Perasaanku jadi cemas awalnya setelah membaur dengan ibu-ibu juga mengobrol apa
Terjadi adu mulut antara bu Endang dan suaminya, pak hansip langsung melerainya karena ini adalah hal sepele tidak ada yang perlu diributkan."Kenapa harus malu pak, orang Ratna sudah memenuhi janjinya kok membelikan bakso yang penting kan judulnya bakso toh!" seru bu Endang."Sudah bu Endang kalau mau langsung pesan saja baksonya nggak usah bertengkar mumpung ada bos yang membayari bakso kita semua. malu masa perkara bakso saja ribut," ucap pak Hansip.Bu Endang melengos dan bertanya siapa bos yang membayar. Tentu saja mereka kompak yang membayar baksonya adalah suamiku dan juga makanan yang banyak juga minuman sirup dan teh manis itu ibu-ibu membawanya dari rumah.Sontak bu Endang menolak mendengar siapa yang menaktrir dia mengatakan ini adalah sebuah penghinaan yang diterima karena aku sengaja menaktrir warga kampung agar Ratna telihat jelek dan berada di bawahku."Ibu ini ngomong apa sih. Di traktir orang kok nggak mau. Itu tandanya menolak rejeki nggak baik tahu. Fitri boleh satu