Bu Endang menuturkan kalau primadona di kampung ini kan cuma ada dua walaupun banyak gadis seumuran tapi mereka tidak menonjol. Menurut bu Endang pula hanya aku dan Ratna yang dari dulu menjadi buah bibir di kampung ini. "Kenapa Dara karena Dara itu cantik dan banyak pemuda meliriknya begitu pula Ratna tapi Dara dan Ratna adalah sesuatu yang berbeda Dara hanya cantik tanpa prestasi sementara Rarna cantik dan berprestasi," ucap bu Endang selalu membanggakan anaknya. "Makan tuh prestasi! Emangnya hidup itu cuman makan prestasi?" tnya bu Sri yang geram. "Loh kok bu sri nyolot banget sih, atau jangan-jangan bu Sri ada dendam pribadi sama saya ya," ucap bu Endang kesal.Bu Sri menjelaskan tak ada dendam pribadi antara dia dan bu Endang melainkan hanya mengutarakan isi hati yang tak karuan dan kesal dengan apa yang di ucapkan oleh bu Endang selalu membuat orang berpikir jelek tentangku. "Tidak ada dendam pribadi bu. Tapi bu Endang dari dulu selalu membedakan anak satu dengan anak lain k
Ibu-ibu yang ada di bale-bale membenarkan apa yang di ucapkan oleh bu Sri. Pasalnya bu Endang memang selalu menganggap putrinya selalu lebih unggul dariku. Selalu melihat apa yang aku raih Ratna harus mendapatkan yang lebih dariku."Betul sekali bu contohnya yang di depan mata ini saja. Dara menggelar pesta di dua tempat gedung dan Rumah bu Endang ingin juga menggelar pesta pernikahan Ratna jauh lebih megah dari keluarga bu Siti," balas bu Mutia."Keluarga bu Siti menerima uang lima puluh juta dari mempelai pria. Bu Endang tak mau kalah ingin diberi uang bawaan lebih dari itu," imbuh bu Arum.Mereka mengobrol sambil makan rujak awalnya. Mendengar omongan dari ibu-ibu tentang penilaian mereka bu Endang murka dan marah sendiri. Mendengar cerita ini aku merasa geli dan tertawa sendiri dengan reaksi yang ditunjukkan bu Endang."Dasar kalian ini ya. Tentu saja aku tak terima kalau mendapatkan uang bawaan lebih rendah dari keluarga bu Siti yang hanya penjual ikan dan anaknya hanya pegawai s
Semua ibu-ibu menoleh ke bu Sri. Mereka penasaran bu Sri mau mengajak taruhan apa. Mereka langsung mendekat dan menyimak apa yang dikatakan bu Sri. Duh aku juga turut deg-degan nih bu Sri mau mengajak taruhan apa ke ibu-ibu yang lain. "Apa sih bu mau taruhan apa. Kalau tentang bu Endang aku mau deh," balas bu Arum."Betul kita harus taruhan nanti acara pesta pernikahan Ratna seperti apa," ucap bu Sri."Maksdunya apa bu Sri. Aku belum paham apa yang kalian bicarakan?" tanya bu Mutia.Jadi ceritanya hari itu bu Sri mengatakan kalau ingin mengajak ibu-ibu taruhan seperti apa sih wujud dari pesta pernikahan yang akan di adakan oleh bu Endang. Tentu saja para ibu-ibu menyetujuinya karena selama ini bu Endang selalu membual atau sering berbicara tinggi nanti pernikahannya ini anu dan itu. Misalnya minta uang bawaan besar dan juga emas seberat lima puluh gram. Atau ingin mengadakan pesta di gedung yang lebih mahal dariku dan juga masih banyak bualan yang dikatakan bu Endang setiap hari. "
Aku menoleh ke suara suamiku dan segera duduk di ranjang dan menceritakan semua gosip yang aku dengar di rumah. Nungki yang mendengarnya ikut tertawa menikmati gosip yang aku katakan padanya."Ada-ada saja tetanggamu itu ya istriku. Haduh tidak mau kalah dengan orang lain ya bisa babak belur sendiri kalau dananya nggak ada," ucap Nungki."Ya begitulah aku juga nggak tahu apa sih yang bu Endang iri dariku. Padahal aku ini 'kan hanya wanita biasa gitu loh," balasku.Nungki menjelaskan mungki di dalam diriku ini ada sesuatu yang orang lain tidak miliki sehingag membuat beberapa orang mencemburui atau iri apa yang aku miliki. Entah itu apa aku sendiri juga tidak tahu."Ada satu hal yang orang lain tidak miliki dari tubuh istriku ini yaitu kejujuran dan ketulusan hatinya. Makanya orang melihat kamu adalah orang baik selalu baik, sifat ini tidak dimiliki oleh bu Endang dan anaknya si Ratna jadi mereka terus iri padamu," ucap Nungki sambil mengelus pipiku."Kamu bisa saja sih, aku jadi malu
Saat aku bertanya undangan dari mana. Nungki memintaku untuk sarapan dahulu karena memang suamiku itu kalau sedang makan tidak mau ada suara sedikitpun."Habiskan makanmu dulu baru kita ngobrol lagi masalah undangan," pinta Nungki seraya menyembunyikan undangan itu. Sontak semua itu membuatkuncuriga undangan dari siapa kok Nungki menyembunyikannya dariku."Oke aku sarapan dulu," sahutku.Selesai sarapan serta mengenuk air minum dalam gelas. Nungki baru memberikan undangan itu kepadaku tanpa bersuara. Aku semakin heran apakah undangan dari mantan sehingga tidak mau buka suara dan di sembunyikan agar aku tak marah. Setelah aku lihat undangan itu aku jadi merasa lega karena bukan dari mantan melainkan dari Ratna."Ya Allah maafkan aku karena telah berburuk sangka pada suamiku tadi," ucapku."Kamu berburuk sangka padaku apa. Bukannya kamu sudah paham kalau lagi makan kita tidak boleh berbicara, ini aturan yang aku buat ya," sahut Nungki.Aku tertawa menertawakan diriku sendiri yang mencur
Aku menoleh ke seseorang yang menepuk pundakku. Ternyata si Husna dan dua anaknya juga suaminya. Terlihat perutnya buncit karena sedang mengandung anak pertama dari lelaki ketiga yang merupakan suami sahnya."Husna lagi jalan-jalan ya," jawabku."Iya Dara. Omong-omong sudah dapat undangan belum dari Ratna?" tanya Husna.Aku mengangguk undangan dari Ratna baru tiba tadi pagi saat aku dan suami sedang sarapan. Tapi kenapa Husna menanyakan itu apa dia mau bergosip."Sudah tadi pagi," jawabku singkat."Masa orang kaya undangannya jelek. Nggak seperti kalau sedang ngomong setinggi langit. Itu sama aja undangan murahan kaya orang kampung," balas Husna."Hus nggak boleh begitu Husna. Sudah biarkan saja dia mau ngapain kek. Yang penting kita jangan sampai seperti dia yang membuat sakit hati tetangganya," ucapku.Karena waktu sudah siang dan mepet aku juga takut telat aku pamit sama Husna untuk segera masuk kerja. "Eh sudah setengah delapan aku masuk dulu ya. Tempat kerjaku di atas nanti lift
Aku tak berbicara diam menatap wanita angkuh di depanku ini. Apa dia yang karyawan baru atau mungkin dia sama seperti Estel seorang wanita yang menyukai suamiku."Kenapa hanya diam saja dan menatapku seperti itu?" hardik perempuan itu lagi."Maafkan saya bu," ucapku lirih."Kamu pikir orang rendahan sepertimu minta maaf saja cukup. Aku manager kepercayaan bos di sini. Aku bisa memecatmu kapan saja jika menyinggungku!" seru wanita yang belum aku ketahui namanya.Krieeet! Ruangan kerja Nungki terbuka dan Nungji marah mendengar suara karyawannya itu. Dia mengatakan kalau wanitalah itulah yang sebaiknya angkat kaki di restorannya karena ia tak akan membiarkan siapapun menghina istrinya. Hanya satu manager Nungki berkata bisa menggantinya dengan yang lain."Beraninya kamu menghina istriku seperti itu. Apa kamu lupa wajah istriku? Dia kemari setelah capek bekerja kamu seenaknya membentak istriku! Sepertinya kamu sudah bosan kerja di sini!" gertak Nungki."Apa bos nggak salah lihat. Masa sih
Kedua wanita itu menertawakan aku yang memang pulang kerja terlihat lusuh dan menganggap aku tidak pantas hidup bareng Nungki."Lusuh seperti ini menandakan aku sibuk kerja mencari uang tidak mengandalkan suami. Sedangkan kalian untuk bersolek ria begitu menggunakan uang siapa?" tanyaku membalas mereka."Kurang ajar kamu berani sekali sombong padaku!" seru nyonya Anna.Nungki memelototi nyonya Anna dan Irma yang tak ada kapoknya menyinggungku. Kenapa mereka ini tak pernah sadar apakah saat mereka meninggal nanti baru akan diam tak membuat sakit orang."Nungki bukan kami yang membuat kekacauan. Yah managermu sendiri yang bilang Dara tak pantas menjadi nyonya bosnya," ucap Irma melihat Nungki sudah seperti marah."Lantas apa pantas kalian menghina istriku. Untuk apa kalian datang ke sini?" tanya Nungki.Nyonya Anna mengatakan kalau Irma sudah hamil sedangkan aku belum juga hamil. Dia mengolok-olokku mengataiku kurang subur, kandungan bermasalah bahkan mandul. Tega sekali mereka ini pada