Share

Bab 1. Randy Sagara

Malam ini Ran berada di bar Emperor Hotel, hotel yang didirikannya bersama tiga orang sahabatnya Dion, Romi, dan Ariel. Setelah berhasil melaksanakan event Dekka Corp, perusahaan multinasional yang mengambil tempat di hotelnya, malam ini diadakan syukuran sekaligus pemberian reward kepada semua team yang sudah membantu kesuksesan event tersebut.

Emperor Hotel baru sembilan bulan diresmikan.Namun, berkat promosi yang luar biasa dari team marketingnya, Emperor mulai berkembang pesat dan diperhitungkan di berbagai kalangan. Mereka berempat mau tak mau harus terjun langsung mulai dari awal hingga akhir terutama saat ada event-event besar demi menghindari komplain.

Ran kembali menghisap rokok dan menghembuskannya perlahan. Berharap penat dalam benaknya terhempas bersama kepulan asap rokoknya. Ingatannya berputar saat minggu lalu team salesnya menyodorkan list client yang akan menggunakan hotelnya sebagai lokasi acara. Salah satunya adalah seorang pejabat yang akan melaksanakan upacara pernikahan putranya.

“Kalau yang Bianca Sesa itu last minute client Pak, tiga minggu lagi. Tapi bagian acara sudah confirm bisa handle.”

Randy merasa darahnya seolah berhenti mengalir.

Dalam diam, dipandangnya list beberapa client yang diberikan stafnya. Ran tetap diam saat stafnya masih melanjutkan laporan hingga pamit meninggalkan ruangannya. Tidak perlu melihat wajah mempelai wanita untuk tahu bahwa nama yang disodorkan sebagai client hotel mereka adalah mantan kekasihnya. Mereka bahkan sudah membayar lunas sewa ballroom dan kamar. Sedangkan untuk tambahan dekorasi dan lain-lain akan dimasukkan bill berikutnya.

“Semangat kerjanya sayang, kamu harus tunjukkan ke semua orang kalau kamu bisa.”

Ran mengingat kenangan bersama Bianca yang membuat dadanya terasa sesak. Perjalanan cintanya selama satu setengah tahun harus kandas di tengah jalan saat satu bulan yang lalu, Bianca mendatanginya sambil menangis dan mengaku tengah hamil dari laki-laki lain. Dia mengurai air mata buayanya sambil terus melantunkan permintaan maaf.

Ran memang termasuk pria yang cuek. Dia tidak pernah menghujaninya dengan hadiah apalagi kata cinta.

Bianca yang menurutnya dewasa dan mandiri, tidak pernah merengek meminta ditemani ke mana pun, juga selalu mendukungnya yang gila kerja. Itulah sebabnya mereka jarang terlihat bersama.

Paling sering, saat ada waktu, Ran berkunjung ke apartemen Bianca begitu pula sebaliknya. Satu bulan lamanya mereka tidak bertemu karena Ran mengurusi banyak event dan meeting di berbagai kota yang oleh Bianca malah dijadikan kesempatan untuk berpaling ke laki laki lain hingga membuahkan hasil.

Double sialan.

Saat siang tadi Ran keluar ruangan menuju lantai bawah untuk briefing mingguan, dia bertemu dengan sosok yang selama ini paling ingin dihindarinya.

Ran bahkan pindah dari apartemennya yang dulu dan lebih menyibukkan diri dengan bekerja demi melupakan Bianca.

Tapi lihatlah sekarang, Bianca sedang berdiri menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca. Wajahnya lebih segar dan berisi dibanding terakhir kali mereka bertemu. Perih menjalari dadanya, tak bisa dipungkiri rasa itu masih ada. Ran berdiri dalam diam masih mengamati sosok anggun di hadapannya.

“Maaf Ran, bukan aku yang memilih hotel ini,” lirihnya.

Ran muak dengan permintaan maaf Bianca, dia tersadar seberapa besar pun perasaannya pada Bianca tidak akan mengubah apa pun.

Semuanya telah terjadi.

Ran melangkah melewati Bianca dan tidak menoleh ke belakang meski berkali kali Bianca memanggilnya.

***

Ran sudah tidak ingat lagi berapa gelas Brandy yang dia habiskan. Dengan rokok di tangan kiri, dia mengamati suasana ramai di sekelilingnya. Tetap saja dia merasa sendiri.

“Suntuk amat kayaknya, bro. Baru juga abis panen profit.” Ariel menepuk bahunya sambil tersenyum jahil sebelum bergabung di meja sembari memainkan ponsel. Dia bersama tiga sahabatnya ada dalam satu meja, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sementara yang lain, duduk tersebar di beberapa meja yang sudah disiapkan. Ada yang tertawa sambil asyik berbincang dan sebagian lainnya turun ke dance floor menikmati malam. Merasa tak akan mampu menyetir sendiri jika duduk lebih lama lagi, Ran berdiri dan meninggalkan bar setelah sebelumnya pamit dengan teman-temannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status