Share

Bab 2. Meylinda Hanna

Mey senang bukan main saat Emperor Hotel mengundangnya bersama team dari Madiya Group tempatnya bekerja untuk mengikuti acara syukuran makan malam sebagai reward atas keberhasilan mereka.

Betapa tidak, kerja sama akan berlanjut beberapa bulan ke depan dengan agenda berbagai meeting dan exhibition yang mengambil lokasi di Emperor Hotel dengan Madiya Group sebagai event organizernya.

Tinggal enam bulan lagi, genap dua tahun Mey bekerja di sana yang itu artinya dia akan sign contract sebagai karyawan tetap.

Selain bonus dan gaji yang diterima lebih besar, jenjang kariernya juga lebih terbuka lebar. Dan keberhasilannya bersama Emperor Hotel dalam acara kemarin tentu akan memberikan poin plus untuk perkembangan kariernya.

Mey dan teman kantornya sudah berdandan dan menyiapkan gaun andalan mereka agar tampil proper dalam acara perayaan tersebut. Mereka ingin menikmati perayaan malam ini hitung-hitung membayar waktu dan tenaga mereka yang sudah terkuras. Bagaimana tidak, hampir tiap hari Mey dan team-nya harus lembur. Semua bersuka cita, dia dan teman-temannya berbincang sambil tertawa bersama.

“Nanti free voucher staycationnya pake barengan yuk Mey,” ajak Irene rekan kantornya yang membawa dua gelas minuman dan menyodorkan satu untuknya.

“Nih cobain Mey, biar pernah.” Irene pun mulai mencoba minuman di hadapannya sembari mengernyit.

“Ngapain sama kita ya? Sama pacarnya lah, betul gak Mey?” Vaya menambahkan sambil mengerlingkan matanya ke arah Mey.

“Iih apaan sih,” kata Mey dengan nada malas.

Raut wajahnya berubah muram mendengar kata pacar. “Kini sudah mantan,” batinnya dalam hati.

Setiap mengingat Ivan sang mantan, hatinya sedih. Dia masih belum bisa bangkit dari rasa terpuruk pasca patah hati.

Menjelang tidur, Mey sering menangis karena teringat kenangan manis bersama mantan terindahnya. Seringkali Mey mengecek ponselnya berkali-kali dengan harapan Ivan menghubunginya untuk meminta kembali padanya. Tetapi hasilnya nihil.

Mey memiliki prinsip no sex before marriage yang sudah diutarakannya sejak awal. Ivan menyanggupi malah mendukungnya, tetapi akhir-akhir ini dia mulai membahasnya dan memengaruhi Mey untuk berubah pikiran. Mey kesal, kenapa Ivan sama saja dengan semua mantannya? Merasa tak ada titik temu, mereka pun putus setelah bertengkar hebat.

Mey menatap ragu gelas di hadapannya, tapi saat melihat hampir semua teman-temannya memegang gelas yang sama, dia pun dibuat penasaran. Siapa tahu bisa meredakan kegalauannya malam ini. Selang beberapa meja di hadapannya, owner dan pimpinan Emperor Hotel duduk bersama entah membahas apa, termasuk Pak Randy, yang tempo hari lalu tanpa sengaja dia temui sebagai anak dari sahabat mamanya.

Saat itu, Mey terpaksa ikut turun menemani sang mama yang memiliki janji bertemu dengan teman lamanya yang sudah pindah tinggal di Bali. Sementara itu, Papa Mey masih ada urusan dan akan menjemput dua jam kemudian.

Sesampai di tempat tujuan, dia melihat seorang wanita seumuran mamanya duduk menghadap ke arah mereka bersama seorang pria yang duduk membelakanginya. Ketika mendekat dan sang pria berbalik, Mey terkejut karena mendapati pimpinan pada hotel lokasi eventnya berlangsung ada di sana.

“Pak Randy,” kaget Mey dengan telunjuk yang mengarah ke depan.

Randy berdiri dan mengernyit ketika mendapati staf Madiya Group yang selama ini wara wari di hotelnya ada di depannya.

“Panggil Ran aja. Meylinda, kan?” Ran memastikan agar tidak salah orang. Setelah saling mengenalkan diri, obrolan pun mengalir begitu saja.

Lebih banyak didominasi oleh sang mama.

Dari sana Mey tahu bahwa ternyata Ran adalah anak tunggal yang memutuskan tinggal terpisah dari orang tuanya demi fokus pada bisnis hotelnya.

***

Waktu baru menunjukkan pukul sebelas malam, tapi Mey sudah tidak ada keinginan untuk duduk lebih lama lagi.

Dilihatnya, teman-temannya masih asyik berbincang sambil menikmati musik dan tertawa. Sebagian ada yang ikut turun ke dance floor diiringi musik DJ.

Perut Mey bergejolak, kepalanya pusing dan berat.

Dia pikir minuman beralkohol rendah yang disodorkan padanya tidak akan menimbulkan efek samping seperti ini.

Mey bergegas menuju toilet karena dia sepertinya harus muntah untuk menghilangkan rasa tidak nyaman pada mulut juga perutnya. Keluar dari toilet, Mey merasa dunianya berputar. Dia berpegangan pada sebuah pilar saat samar-samar dia mendengar suara seseorang memanggilnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status