Share

Bab 8. Persiapan

“Hahh? Serius lu Ran?” tanya Dion

“Gilaa ... gercep juga lu,” kata Ariel tak mau kalah

“Yang mantan model waktu ketemu di resto itu bukan?” Tak ketinggalan Romi ikut berkomentar saat Ran mengutarakan niatnya untuk melaksanakan acara pernikahan di Emperor Hotel.

Tiga minggu lagi, siapa yang tidak gempar?

Ran yang selama ini mereka kenal selalu sendiri dan gila kerja, tiba-tiba ingin menikah?

Saat itu, Romi yang sedang dinner dengan sang istri, pernah tanpa sengaja berpapasan dengan Ran yang mengajak seorang gadis di restoran.

Itu pun hanya sekali dan saat bertemu Ran sedikit pun tidak berniat mengenalkan siapa gerangan yang digandengnya.

Dari sang istri yang menekuni dunia modeling, Romi mengetahui kalau gadis tersebut juga sempat terjun di dunia modeling hanya saja sudah vakum. Namun ,ketika Romi bertanya lebih jauh, Ran selalu menutup rapat kisah kasihnya.

Di antara mereka bertiga hanya Ran dan Ariel yang masih single. Sementara Dion dan Romi, mereka sudah berkeluarga lebih dulu. Tapi, respons Ran yang memang irit bicara membuat ketiga temannya tak lagi banyak bertanya.

“Ga usah cerewet. Acaranya sederhana aja dan kalian harus dateng,” ucap Ran dengan begitu singkat dan jelas.

Ran bingung harus bagaimana.

Mey menolak semua pemberiannya. Bahkan saat Ran mengutus Mira, sang wedding organizer untuk datang mengunjungi Mey agar mau berubah pikiran, dia hanya berkata “Aku serahkan semuanya sama Mbak Mira. Terserah mbak aja. Aku hanya akan mengundang keluargaku.”

Mey seolah tidak ingin membahas pernikahan ini.

Mira menghadap Ran dengan wajah cemas karena tidak mendapat hasil apa pun di pertemuan keduanya dengan Mey.

“Terus, saya harus bagaimana, Pak? Apa benar boleh terserah saya?” katanya sambil meremas kedua tangannya.

Ran hanya mendelik sebagai jawaban dari pertanyaan Mira.

Jika mengikuti kemauan Mey yang terserah Mira, rasanya seperti Mira yang akan menikah dengannya.

Ran menggeleng sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Lagi-lagi dia akan meminta bantuan mamanya.

***

“Nak Mey, resepsinya langsung di hari H-nya saja ya. Berhubung acaranya sederhana dan tidak banyak undangan, Mama rasa satu hari sudah selesai jadi besoknya bisa langsung istirahat,” ucap Mama Ran saat berkunjung ke rumah Mey sambil membicarakan acara pernikahan mereka.

Kalau sudah begini, mau tak mau Mey harus meladeninya. Entah kenapa dia tidak bisa mengeluarkan sikap dinginnya kepada Mama Ran.

Agak lama Mama Ran memandanginya sebelum dengan hati-hati bertanya kepada Mey, “Bagi Ran, Emperor itu keluarganya, hanya mengundang manajemen dan staf hotel saja saat resepsinya nanti. Boleh ya, Mey?”

Semula, tekad Mey sudah bulat untuk menolak segala jenis bentuk perayaan atau resepsi dan sejenisnya. Sesederhana mungkin dengan tamu yang minim. Tapi, mendengar suara lembut Mama Ran yang memohon, rasanya Mey sangat berdosa jika menolaknya.

Mey pun hanya mengangguk lesu.

Mey juga menyerahkan pemilihan dekorasi, bentuk cincin, model undangan dan tetek bengeknya pada Ran.

“Ran minta tolong mama yang urus. Mama harap Mey suka sama semua yang mama pilihkan nanti. Sampai jumpa dua minggu lagi ya, inget jaga kondisi kalian,” ucapnya sambil memeluk Mey dan beranjak pergi.

Mey mengantar kepergian calon mertuanya sampai di depan gerbang. Mama Ran sangat sabar juga baik padanya. Tapi … entah lah, itu saja belum cukup untuk membuatnya mantap menjalani pernikahannya nanti.

***

Ballroom Emperor Hotel sudah mulai disulap menjadi indah untuk perhelatan pernikahan sang owner.

Staf Emperor yang mengenal Mey waktu kerja sama beberapa waktu lalu dibuat kaget.

Pasalnya, selama di hotel tidak ada tanda-tanda pimpinan mereka memiliki kedekatan dengan siapa pun termasuk Mey.

Kasak-kusuk mulai terdengar, mulai dari Ran yang memanfaatkan posisinya untuk mendekati Mey sampai yang paling sadis, yaitu Mei sengaja menggoda Ran sampai hamil demi memuluskan kariernya.

Ditambahkan dengan kesaksian anak front office yang bertemu Mey di apotek saat membeli testpack.

“Aku bilang juga apa kalo yang aku liat itu si Mey. Ga nyangka ya dia calonnya pak bos, anaknya emang cantik sih,” tambahnya saat menikmati makan siang mereka di pantry.

Tak ayal gosip segera menyebar, mulai dari staf yang tidak tahu siapa yang bernama Mey hingga yang sudah mengenal Mey tapi tidak terlalu peduli, kini ikut membicarakannya.

Tak ketinggalan ketiga sahabatnya juga menganga lebar ketika mengetahui siapa calon Ran yang tak lain tak bukan sempat diajak kerja sama oleh Emperor.

“Meylinda yang chinese itu, bukan?” Dion bertanya pada Ariel saat mereka bertiga menunggu Ran untuk management meeting.

“Ho oh, btw kapan deketnya ya? Ran diem-diem gitu bentar lagi jadi suami plus daddy. Kok lu bilang mantan model sih Rom?” tanya Ariel pada Romi yang duduk di sebelahnya.

“Kirain sama yang itu, nggak pernah liat Ran jalan bareng sama cewek lagi sih,” Romi menjawab sambil mengendikan dagunya saat Ran datang mendekat.

“Sorry telat. Tadi ketemu agent di bawah,” ucap Ran yang muncul dan mengambil posisi duduk di kursi yang kosong.

Romi yang sedari tadi sudah tidak tahan akhirnya buka suara, “ Ran, gosip elu nikah itu yang mana yang bener sih? Banyak versi soalnya”

Pertanyaan itu diikuti tatapan antusias kedua sahabatnya yang lain.

“Kalo gue artis, udah konpers dari kemarin. Lagian, sejak kapan kalian suka gosip? Meetingnya kita mulai aja ya,” ujar Ran mengalihkan pembicaraan. Seperti biasa, susah sekali menggali informasi dari Ran kalau menyangkut masalah yang pribadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status