Pagi menjelang, kesibukan mulai terjadi di kediaman Weni dan juga Haris. Hal yang sama juga terjadi di kediaman keluarga Haris, semua sibuk menyiapkan segalanya.
Hari ini mereka akan pergi jalan-jalan tanpa Weni. Ya, tanpa Weni. Meski seperti itu, Weni tetap membantu segala persiapan karena Rena pun ikut bersama mereka.
Aurel yang berada di rumah Weni pun berkali-kali meminta maaf atas apa yang terjadi, bahwa keluarga dari Aurel-lah yang tak menginginkan dirinya ikut pergi bersama mereka. Weni pun beberapa kali mengatakan segalanya tak apa.
Meski sebenarnya ia merasa hancur, tersingkirkan, dan merasa tidak dihargai oleh semua orang. Dirinya mencoba untuk tetap menerima semua itu dengan lapang dada, beruntung Haris masih mengingat Rena untuk ikut bersama mereka.
“Semua keperluan Rena sudah siap,” ucap Weni dengan memberikan dua tas keperluan Rena pada Aurel.
Aurel mene
Weni menatap gambar di atas kanvas yang masih basah karena cat, ia terus menatapnya hingga tak berkedip. Rasa puas entah mengapa memenuhi hatinya, hasil dari tangannya kembali tidak mengecewakan seperti dahulu.Bakat yang selama ini dibunuh oleh keluarganya sendiri, terpampang di hadapannya dengan sebuah harapan dari orang yang bahkan belum pernah bertemu secara langsung.Weni kini tidak merasakan penyesalan apa pun, atas dirinya yang berhubungan diam-diam di belakang Suaminya. Dia hanya menganggap bersama Hajoon adalah sebuah pelarian untuknya, ya hanya pelarian dan tak lebih.“Sekarang aku akan menelepon Hajoon,” gumam Weni seraya mengambil ponselnya yang sejak tadi menampilkan foto Hajoon.Panggilan tersambung di nada pertama, sebelum nada kedua berbunyi panggilan sudah tersambung. Namun kali ini pria di layar ponselnya, berada di tempat yang berbeda dan sedikit gelap di sana.&
Cukup lama Weni menunggu Hajoon untuk angkat bicara, ia pun kembali mengajukan pertanyaan yang sama pada Hajoon dan berharap dia akan menjawabnya. “Bagaimana kamu tahu alamat rumahku?” tanya Weni menulang kembali pertanyaannya.“Aku mencari tahunya,” jawab Hajoon dengan entengnya.“Apa?” Weni dibuat terkejut dengan jawaban Hajoon. “Setahu aku aplikasi ini tidak bisa melacak posisi tepatnya pengguna,” tutur Weni dengan bekal yang ia ingat dari Mila saat awal ia mulai mengetahui aplikasi tersebut.Hajoon kembali diam, ia kembali tak menjawab dan membuat jeda waktu yang membuat Weni kembali berprasangka buruk. Entah itu berprasangka buruk oleh aplikasi tersebut atau pada Hajoon.Weni yang baru genap mengenal Hajoon selama satu bulan itu tentu tidak langsung gelap mata hanya karena perhatian atau uang yang diberikan. Ya, walau sesaat ia gelap. Tapi logikany
Tok tok tok! Weni segera membuka pintu, bahkan ia tersandung karena bergegas untuk sampai di depan pintu. Namun orang yang diharapkan ternyata belum datang dan berganti seseorang yang sangat dikenalnya. “Kayla?” sebut Weni pada gadis yang merupakan Adik kandung Haris. Weni terkejut bukan karena ia kecewa lantaran prediksiinya salah. Tapi ia lebih terkejut karena mengingat bahwa seluruh keluarga Haris tengah pergi dengan keluarga Aurel, jadi bagaimana bisa Kayla kini ada di depan rumahnya. “Kenapa? Tidak suka aku datang?” omel Kayla dengan tangan yang terlipat di dada. “Ah, bukan itu maksudku. Bukannya kamu sedang pergi dengan yang lain?” tanya Weni tanpa mempersilakan Kayla untuk masuk. “Hanya aku yang tinggal, aku mau pergi sendiri dengan teman-temanku.” Kayla menadahkan tangannya, seakan meminta sesuatu dari Wen
Weni terkejut saat ia terbangun dari tidurnya, bahkan tubuhnya dengan refleks beranjak dari kasur dan keluar dari rumahnya. Seluruh rumahnya sudah terlihat sangat gelap karena tak ada lampu yang menyala.Dengan segera Weni menyalakan lampu rumahnya, tiap bagian dengan wajah yang masih linglung. Setelahnya ia terduduk di sofa ruang depan, mencoba menyadarkan diri sepenuhnya.Ia menatap jam dinding yang berada tepat di atas televisi dengan sedikit menyipitkan matanya. “Baru jam empat sore?” gumam Weni saat melihat jarum pendeknya menunjuk angka 4.Namun rasanya itu tidak seperti jam 4, apa yang dilihatnya terlihat seperti sudah sangat larut. Bahkan Weni tak mendengar keramaian orang atau suara orang-orang yang masih berkumpul.Weni kembali berlari ke kamar dan mengambil ponselnya, berharap apa yang menjadi kecurigaannya bisa terjawab. “Apa?” seru Weni saat melihat layar ponselny
“Apa saja yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu tidak membukakan pintu anak dan suamimu?” Suara nyaring terdengar begitu Weni masuk ke dalam rumah Haris untuk mengambil Rena yang masih berada di rumah mertuanya itu. Di sana sudah duduk keluarga besar Haris, seakan ingin menghakimi keteledoran Weni yang baru pertama kalinya ia lakukan. Selama ini Weni sama sekali tidak pernah melakukan hal seperti sekarang, bahkan dirinya tak pernah merasakan lelah yang sering menghinggapi dirinya. Ia selalu melakukan apa pun yang keluarga Haris dan keluarganya sendiri inginkan. “Maaf, Bu. Weni ....” “Beruntung rumah Ibu dekat, bagaimana kalau rumah Ibu jauh? Apa mereka harus tidur di luar rumah?” marah Ratna selaku Ibu yang mengkhawatirkan anak dan cucunya. “Rena terus menangis semalaman, beruntung Kak Aurel mau kembali dan menemani Rena.” Kayla yang sejak tadi hanya memperhatikan angkat bicara. Weni yang mendengarnya terdiam, ia kembali mengingat hal yang semalaman ingin ia lupakan. Bayangan s
Hari yang tadinya membuat Weni tertekan, kini berubah menjadi hari yang sangat menyenangkan untuknya. Berdua dengan buah hatinya menikmati uang yang di dapatnya sendiri, membuat kepuasan tersendiri bagi Weni.Bahkan ia tak memikirkan hal lain saat Rena ingin membeli barang yang diinginkan, Weni akan langsung membelinya. Bahkan Weni kini bisa menawarkan barang-barang yang menurutnya Rena akan suka.Weni selalu merasa beruntung saat mengingat bahwa dirinya diberi kesempatan bertemu Hajoon. Bahkan hari ini, saat tahu dirinya akan pergi bersama Rena.Hajoon pria yang baru dikenalnya itu, memberikan sejumlah uang bayaran bulannya. Bahkan Hajoon sesekali menelepon dan melakukan video call hanya untuk memastikan keadaan Weni serta Rena.Rena berangsur mengenal Hajoon, tapi Weni selalu menekankan bahwa Hajoon hanya seorang teman kenalannya. Sama seperti Bianca ataupun Ghana, Weni tak ingin membuat Rena bingung atau tahu yang tak harus dia tahu.“Rena, kamu beli apa?” tanya Hajoon di seberan
Weni terus menatap ponselnya, ia terus berhubungan dengan seseorang di sana dengan waktu yang cukup lama dari biasanya. Weni tak juga menyudahi perbincangan mereka, begitu juga seseorang di sana yang terus meladeninya.[Bagaimana bisa Suamimu melakukan hal itu padamu?]Balasan dari seseorang yang bukan lain adalah Hajoon itu, tanpa sadar membuat perasaan Weni yang sudah biasa saja menjadi sangat tertekan. Ia kembali mengingat semua perlakuan Haris padanya, air mata tanpa sengaja mengalir di sudut matanya.‘Apa wanita terkadang berhak mendapatkan apa yang aku alami sekarang?’Alih-alih menjawab pertanyaan Hajoon, justru Weni kembali bertanya pada Hajoon. Ia merasa tertekan dan kembali menyalahkan dirinya sendiri dengan apa yang diterimanya.Satu pertanyaan membuat Hajoon menghubunginya baik telepon maupun video call, tapi Weni tak berani untuk mengangkatnya. Haris yang kini berada di balik tembok kamar anaknya dapat mendengar suaranya.[Apa suamimu masih di rumah?]Akhirnya Hajoon berh
“Mbak Weni, tidak apa-apa?”Suara Mila membuat Weni menghapus acak matanya, ia juga segera menenangkan dirinya. Weni tidak mau Mila melihat dirinya yang tengah hancur, ia juga berusaha sebisa mungkin untuk tersenyum.“Tidak apa-apa, tadi ada tikus. Jadi tidak sengaja menjatuhkan semuanya,” ucap Weni asal.Mila menunduk untuk membantu Weni yang terlibat kesulitan, ia yakin itu adalah perbuatan Haris. Tapi dirinya akan berpura-pura tidak tahu seperti biasanya dan memilih untuk mempercayai wanita yang selalu membuatnya kasihan.“Tidak perlu, Mbak bisa merapikannya sendiri.” Weni menolak Mila yang sudah siap membantu. “Rena mana?” tanya Weni saat menyadari bahwa Mila datang seorang diri.“Tadi Rena habis berenang, tidak lama ketiduran. Sekarang Rena tidur di rumah,” jelas Mila dengan tangan yang sudah membantu Weni meski sempat ditolak.Weni mengangguk mengerti, pasalnya ini bukan kali pertama Rena berenang di rumah Mila. Ya, Mila memiliki kolam renang sendiri di rumahnya dan terkadang Re