34. Ditraktir Randu
Di dalam mobil...Kendrik memacu kendaraan. Dilihatnya dari spion, 6 preman yang membawa pentungan itu hanya berlari. Sama sekali tidak mungkin mencapai mobil. Kecuali mereka adalah The Flash.
"Ayo Kak, cepet. Kita lapor polisi!" pinta Gangga.
"Itu sih nggak usah jauh-jauh. Kita semobil sama polisi kok."
"Ha? Mana? Di sini cuma ada mahasiswa, pegawai lab sama kang cilok."
"Tuh yang duduk di belakang. Dia bukan kang cilok biasa, tapi reskrim."
Gangga menutup mulutnya, terkezut. Kemudian, dia menoleh dan menatap Randu dengan intens serasa tak percaya tukang cilok itu adalah polisi yang sedang menyamar.
***
Bekas gudang beras
Enam preman yang mengejar dengan pentungan kini kembali ke markas mereka. Lima orang yang lain sedang berusaha memulihkan keadaan.
Beberapa saat setelah sakit mereka mereda, Mat Dollar sang bos, menyuruh 10 anak buahnya untuk berbaris.
"Kalian, masak kita bersebel
35. Temaram"Akh masak lupa sih sama aku? Aku Kendrik."Lio benar-benar tak mengerti. Dia berusaha mengingat-ingat, namun tak ada kesan sama sekali terhadap wajah Kendrik.Kendrik berbisik pada Gangga, "Kamu denger sendiri kan tadi kata orang-orang, dia lagi stres. Dia kayaknya amnesia juga. Kamu tunggu di teras, aku mau ngobrol sama dia, pembicaraan sesama laki-laki."Gangga pun duduk di teras."Boleh masuk?" tanya Kendrik setengah berbisik.Lio memperhatikan Kendrik dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Aku inget sekarang. Ayo masuk."Inget? Inget apa? Kami belum pernah ketemu lho. Lhah beneran stres nih orang. (Kendrik).Mereka duduk di ruang tamu rumah Lio. Kendrik bingung akan memulai dari mana. Namun sejenak dia mengesampingkan perkara kecelakaan Bisma dan tergelitik dengan pernyataan Lio tadi.Apa benar mereka pernah bertemu atau ucapan Lio tadi merupakan bentuk kestresan?"Ngomong-ngomong, aku lupa, kita per
36. Semakin Gelap"Bau apa sih ini?""Nggak penting bau apa, yang penting kamu udah siuman. Tadi kamu pingsan."Lio memberikan segelas air putih untuk Kendrik. Setelah sedikit pulih, Kendrik bertanya beberapa hal yang menurutnya ganjal."Ini ada foto motor milik korban, tapi kok nggak ada foto mobil yang nabrak?"Lio menatap Kendrik penuh selidik.Dari tadi aku ngira ada yang nggak beres dari orang ini. Apa dia agen rahasia? Atau detektif swasta? (Lio)."Mas, kok nggak dijawab?" tanya Kendrik, memburu.Tatapan Lio semakin tidak bersahabat. "Nanti, aku belum bisa jawab."Lio masuk ke dalam kamar dan menelpon Randu.📞"Bang, siapa sebenarnya si Cedric yang hari Minggu hajar buron Bang Randu?"📞"Cedric? Cedric yang di Harry Potter? Oh, Kendrik maksudnya? Dia bersih, aku udah liat data dia. Clean."📞"Kok dia tanya-tanya tentang sesuatu yang sebenarnya nggak boleh ditanya?"📞"Apanya yang nggak
37. Arti Sebuah KeluargaPonsel Gangga langsung diserbu chat dari kekasihnya, sahabat dan bosnya yang tak lain adalah kakak Kendrik.Rentetan chat dari bosnya membuatnya urung memarahi Kendrik. Perasaan marahnya berubah menjadi ketakutan kehilangan pekerjaan freelancenya.📱Bos Black Widow: Ngga, hari ini client minta cepet. Dikirim segera ya artikelnya.📱Bos Black Widow: Gimana, Ngga? Bisa nggak? Kalau enggak aku lempar ke freelancer lain.Panggilan telepon pun masuk dari Karen.📞"Halo, Ngga."📞"Ha-halo, Bos." Gangga pasrah jika bosnya yang merangkap calon kakak ipar itu memarahinya.📞"Fyuh, akhirnya nyambung juga. Ke mana aja kamu, kok nggak bisa dihubungi?"📞"A-aku lagi demam, Bos. Di kos aja, kuliah juga nggak masuk."📞"Astaga. Ya udah, job yang dari produsen TMR mixer itu aku lem
38. Impas"Oh, bubur."Emang aku ngira apa? Dari tadi juga aku udah tahu itu bubur. Kan cuma nanya karena belepotan. (Isnu).Isnu menggaruk-garuk kepalanya. Sedangkan Kendrik dan Gangga membersihkan sisa-sisa bubur yang menghambur di dagu dan pangkuan Gangga."A-ada apa, Is?""Nggak apa-apa, kok. Aku baru aja pulang kuliah. Edera bilang kamu sakit, aku mau nengok aja. Eh udah ada masnya yang jagain. Ya udah aku keluar dulu ya," pamit Isnu sembari tangannya meraih pintu kamar, hendak menutup pintu itu."Jangan ditutup, Mbak! Dibuka aja, biar sejuk eheheh," kata Kendrik.Isnu mengangguk kaku, kemudian pergi dari kamar Gangga.Kalau ditutup pintunya, bisa-bisa ada setan nimbrung. (Kendrik).Setan: Heh, gue mulu dipitonah. Yang suka menyarankan perbuatan maksiat bukan cuma gue keles, Imin Surotong lu juga suka otomatis kebangun sendiri. Makanya, dipangkas abis aja biar nggak ada yang bisa bangun sekalian.Heh! Jangan be
39. Terobsesi"Tuh kan ane juga herman kemaren nggak ada foto mobilnya. Kalau Lio bilang keluarga minta hapus fotonya."Linggom mengangguk-angguk meski belum mengerti kenapa kira-kira keluarga meminta untuk menghilangkan foto itu."Agak lucu ya. Apa yang musti dikhawatirkan? Orangnya aja udah ditahan."Kalau saja Kendrik tahu, dari kemarin mungkin tidak akan pusing berpikir tentang itu semua."Anterin ane ke suatu tempat yuk, Bray," ajak Kendrik."Kemana?""Gunung Timur.""Heh, kalau mau piknik, ngajak cewek ente lah, masak ngajak ane. Kayak main hanggar aja.""Bukan piknik ini, mau nyari tahu soal Pak Mujiyanto.""Oh, kirain udah nggak doyan hamburger mau beralih ke hotdog.""Heh, Gunung Timur itu wilayahnya besar. Ente kok cuma inget bagian itu doang coba?""Kondangnya kan begitu heheh.""Lagian, kalau ane ngajak piknik pacar ane, nggak bakal ngapa-ngapain juga," kata Kendrik, kemudian menghel
Lembaga Permasyarakatan Gunung Timur"Njay, ente ngajakin ane ke rutan gini. Bahlul" kata Linggom sembari memandangi bangunan besar yang ada di depannya kini."Kemarin kan konteksnya mau tahu tentang Pak Mujiyanto. Kirain ente udah paham."Mereka keluar dari mobil dan menuju ke hotel prodeo itu. Suasana mencekam menyapa mereka tatkala para petugas berbadan kekar memandangi dari ujung rambut hingga ujung kaki.Waduh, kembarannya Kapten Hulk. (Linggom).Linggom berbisik, "Ane merinding."Petugas itu menyipitkan matanya seperti sedang mencurigai sesuatu."Ente tenang aja," bisik Kendrik."Okey, tenang-tenang, kita jangan bertingkah mencurigakan. Jangan sampai mereka nangkap kita," kata Linggom, masih dengan suara berbisik."Sssttt satu-satunya yang mencurigakan itu ente ngajak bisik-bisik di depan petugas gini," bisik Kendrik.Dua petugas yang sepertinya rajin ngegym itu mengernyitkan dahinya melihat dua orang asing berbisik-bisik tepat di depan mereka.Lu kire gue budeg? (Petugas 1)."E
"Begini Bu, kami ini memang jarang kelihatan.""Oh, paruh waktu? Atau magang?""Paruh waktu, Bu."Ibu itu mengangguk-angguk namun belum mempersilahkan Kendrik dan Linggom untuk masuk."Boleh masuk, Bu? Ini buat Ibu," kata Kendrik sembari memberikan bungkusan kue yang tadi dibelinya di Indomacet."Akh, ya, terimakasih. Silahkan masuk."Ibu itu membuka pintu lebih lebar agar dua tamu asing yang mengaku teman kerja suaminya itu bisa masuk. Padahal mereka sendiri tidak tahu Pak Mujiyanto kerja di mana."Ada perlu apa ya?"Otak Kendrik terus bekerja merangkai kata-kata yang pas agar si ibu ini tidak curiga. "Begini, maaf ibu ini istri Pak Mujiyanto?"Ibu itu mengangguk. "Iya benar.""Bu Muji, kami sebagai rekan kerja merasa prihatin dengan yang terjadi kepada Pak Mujiyanto, dan dulu kami belum mengungkapkan keprihatinan kepada ibu jadi kami nyusul," kata Kendrik sembari tersenyum canggung, takut ketahuan."Yah nggak apa-apa, gimana lagi. Pak Arswendo juga sangat perhatian kepada kami, jadi
"Groook ...." Terdengar dengkuran lumayan keras dari arah sofa.Stella menengok untuk menyaksikan sahabatnya itu mendengkur. Semalam Gangga mempraktikkan lagu Rhoma Irama yaitu 'Begadang' untuk mengerjakan artikel."Groook ....""Ma-maaf ya, Mbak Euis. Saya bangunin aja temen saya."Euis tersenyum geli mendengar dengkuran Gangga yang suaranya seperti gergaji mesin bertenaga listrik."Ngga, bangun," kata Stella sembari menepuk pelan lengan gadis itu.Tak sulit dibangunkan, mahasiswa itu membuka matanywa perlahan. "Aku di mana?""Di markas Green Green Lover.""Apa itu?"Teman baik Stella itu rupanya mengalami sedikit disorientasi. Nyawanya belum terkumpul sempurna, masih piknik ke sana ke mari sehingga harus ditunggu agar dia mengenali segala kondisi dengan baik.Gangga mengedarkan pandangan, melakukan scanning terhadap ruangan itu."Oh ...." Gadis itu mulai tersadar."Yok pulang aja, daripada kedengeran suara gergaji mesin.""Ha?!""Itu suara kamu ngorok, keras banget. Dah yuk, cabut."