"Ampun, Bang. Ampun ... ampun!"Kendrik dan Lio menghentikan tangan mereka, Randu menyeringai kecil. Padahal, dia juga tidak akan benar-benar menyunat Wong bersaudara.Dia memang terkenal nekat. Namun, kenekatannya belum sampai tahap freak. Ditambah, dia tidak doyan potongan daging anu. Akan diapakan jika benar-benar dipotong. Ditumis pun tidak akan ada yang mau menyantap.Sementara itu, Gangga mengelus dadanya lega.Untunglah nggak jadi ada pemotongan sosis masal. (Gangga)."Oke. Siapa yang nyuruh kamu?"Wong bersaudara kembali terdiam membuat Randu kesal."Kalau nggak ngomong juga, bener-bener aku iris anu kalian pakai gergaji karatan ini!""Pak Zakaria yang nyuruh, Bang! Ampun!"Seketika Randu dan Kendrik saling menatap, terkejut. Keterkejutan itu bukan karena mereka mengenal nama itu, justru karena mereka tidak pernah mendengar nama itu sama sekali."Kamu kenal, Ken? Ada dendam?"Kendrik berpikir keras mengingat-ingat permasalahan yang pernah dialaminya menyangkut orang lain. Lama
Oh shitt, kenapa malah jadi adegan mendebarkan gini? (Kendrik).Mereka masih saling memegangi tangan dan bertatapan. Iman Kendrik melemah. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Gangga. Suasana ruangan itu sungguh sangat mendukung. Bravo author!Beberapa centi lagi bibir Kendrik sampai di bibir kekasihnya. Hangat napas telah terasa. Mungkin jika hidung bisa berbicara, mereka akan marah karena harus saling sembur untuk perang karbondioksida. Tangan Kendrik telah berpindah dari gagang pintu ke wilayah yang sangat halus dan kenyal (pipi maksudnya).Ken, stop! Stop! Waras ayo waras. Kalau kamu nyosor, bagian dari dirimu yang lain bakal minta lebih dan lebih. Ingat the sacred sextus! (Kendrik)."Ehem ...."Deheman Gangga dan bisikan malaikat berhasil membuat Kendrik sadar kembali. Dia segera teringat the sacred sextus yaitu persetubuhan suci yang dijadikan ritual tertinggi di banyak aliran sesat.Persetubuhan yang dilakukan dua insan yang terikat janji suci pernikahan akan menghasilkan keturuna
Kediaman Pak ZakariaPak Zakaria sedang menonton konferensi pers yang dilakukan oleh rektor Universitas Vanguard. Dia berdecak beberapa kali.Mereka ketangkep! (Pak Zakaria).Meski utusannya tertangkap, pengakuan kedua orang bermarga Wong itu sama sekali tidak menyebutkan namanya. Dia bisa bernapas lega.Lumayan lah, emang bener-bener profesional mereka. Nggak salah aku bayar mereka. (Pak Zakaria).Dia meraih gagang telepon dan memijit angka 1 untuk memanggil asistennya, Joni.📞"Masuk, Jon!"📞"Masuk ke mana, Pak?"📞"Ke ruangan saya lah! Masak ke hatimu?!"Joni mengetuk pintu tiga kali sebagai standar kesopanan memasuki ruangan. Namun, itu malah membuat bosnya sedikit kesal.Udah jelas disuruh masuk, pake ketuk pintu segala. Habis-habisin waktu! (Pak Zakaria).Lelaki tua itu enggan menjawab. Dia membiarkan asistennya berpikir sendiri. Karena tak ada jawaban dari dalam, Joni tak berani masuk. Dia mengetuk sekali lagi.Pak Zakaria masih bersikeras tak bersuara. Namun, kamudian mengetu
Pak Wardiman masuk ke dalam lab, menyaksikan sepasang sahabat sedang berpelukan. "Inilah, Pemirsa, acara tali kasih bertemunya kembali sepasang anak kembar yang terpisah dalam sinetron Putra Kembar Yang Tertukar.""Hash, Pak Wardiman! Ini lagi serius.""Serius kenapa? Aku kok nggak diajak?"Linggom dan Kendrik saling memandang. Linggom menggeleng pelan, kode agar Pak Wardiman tidak usah dilibatkan dalam masalah ini. Kendrik membalas dengan anggukan kecil."Pak ...," kata Kendrik perlahan. "Pak Wardiman tenang aja, pokoknya semua aman terkendali. Kami minta tolong aja, siapa pun yang nanyain tentang kami, jangan kasih tahu apa-apa. Oke?""Oke. Lagian, kalau ada yang mencurigakan dan nanyain kalian pasti terekam CCTV. Di sini kan penuh CCTV kecuali kantin."What. Iya juga ya, baru inget. Oh pantesan si Wong nggak berani masuk area sini. Wait, aku sendiri nggak aman dong. Pas Wong diinterogasi di sini itu bijimane dah? (Kendrik)."Eh Pak, CCTV itu bakal dipantau ya? Ditonton gitu?" tanya
Kendrik segera memacu kendaraannya karena dia tidak ingin menginap di rumah ketua RT. Dia juga takut nanti malah dijodohkan dengan anak sang kepala rukun tetangga tersebut seperti yang banyak terjadi di sinetron dan film.Linggom memandangi secarik kertas yang bertuliskan nama dan alamat orang yang dimaksud pak RT. Mata Linggom menyipit berusaha mengeja tulisan yang lebih mirip tali tambang bundet itu.Denah kecil mungil juga telah tergambar di sana sebagai peta petunjuk. Service yang diberikan sangat super berkat pelicin kertas ajaib bertuliskan 100.000 beberapa lembar."Itu kan rumahnya?" Kendrik mengkonfirmasi."Menurut denah ini iya. Tapi kok gelap ya?"Dua lelaki yang usianya terpaut tiga tahun itu keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah sederhana di depan mereka. Kendrik mengetuk pintu.Terdengar deritan engsel pintu, tanda pintu sedang dibuka dari dalam. Muncul seorang lelaki separuh baya dengan lampu senthir di tangannya membuat hanya wajah lelaki itu yang tersorot ca
"Itu doang yang mencurigation. Yang lain biasa aja. Jumlahnya paling gede ya ini.""Akh ... ente itu kurang wawasan atau gimana? Jumlah besar belum tentu karena bayaran jasa kriminal. Bisa aja buat nyamarin itu dicicil jadi dikit-dikit.""Ceknya cuma satu, Bray. Kertas-kertas lain malah tagihan-tagihan sekolah dan lainnya. Nah untuk mastiin, bakat nge-hack ente harus dikerahkan lagi buat nyari tahu apa mereka ada transaksi besar atau enggak."Linggom mencebikkan bibirnya sembari mengamati cek. Dia mengirimkan gambar itu ke ponselnya dengan sambungan NFC.***Rumah StellaGangga dan Stella masih dengan perang dingin mereka. Namun, sebenarnya Stella sudah merindukan sahabat sengkleknya. Ingin sekali ia mencurahkan isi dompet. Pergi bersama Gangga sering kali menguras isi dompet Stella yang memang dari sananya hanya sedikit.Stella rindu saat-saat mereka mencurahkan isi hati terutama masalah novel online-nya masih belum jelas jluntrungannya. Biasalah, platform mana pun selalu memberikan
Tugas Linggom bertambah satu yaitu mencari tahu siapa kah Joni. Dia memulai kegiatan mencari jati diri Joni yang tiba-tiba saja hari itu menjadi bintang bagi Kendrik dan Linggom.Bak fans mengorek keterangan tentang idola, informasi lengkap-selengkap lengkapnya telah tersaji di depan Linggom."Joni Yan Banuwirya. Dia membantu sebuah perusahaan teh kombucha bernama Virtex yang dipimpin oleh ayahnya. Usia 28 tahun."Kendrik mendengar itu kemudian memijit pelipis matanya yang berkedut karena pusing. Orang yang bernama Joni tidak begitu mencurigakan."Kenapa, Bray?""Dari keterangan yang ente baca barusan, kayaknya dugaan ente semalem bener, Bray. Bahwa kemungkinan cek itu bukan yang kita cari. Kayaknya nggak ada hubungannya sama Pak Zakaria."Linggom menutup laptopnya. Dia menepuk pundak Kendrik, menenangkan. "Sabar, Bray. Pasti ada titik temunya."Kendrik menghela napas dalam-dalam. "Mungkin, ini adalah akhir dari semuanya. Mungkin perjuangan kita cukup sampai di sini. Biar semua ini me
Gangga menganga memandangi orang di sebelahnya mencatat sesuatu di buku note dengan ambisius. Goresan-goresan penanya begitu kuat hingga hampir kertas yang digunakan robek. Dia mengintip apa yang ditulis sehingga sebegitu pentingnya.Tertulis nama 'Joni' ditambah beberapa coretan abstrak yang tidak dapat dia terjemahkan. Selesai menelpon, selesai pula kegiatan coret-mencoret di buku notes itu.Kendrik menoleh ke arah Gangga. "Kita pulang sekarang!"Tidak menunggu jawaban dari Gangga, Kendrik menggandeng tangan kekasihnya kemudian menariknya sembari berlari."Jelasin napa, Kak!" kata Gangga sembari setengah berlari."Ada titik terang. Masih gelap sih, tapi yang jelas belum berak," jawab Kendrik yang juga sembari ngos-ngosan karena gerakan cepatnya."Hah? Siapa yang belum berak?""Eh maksudnya belum berakhir."***Kos LinggomKendrik tidak pulang ke rumahnya sendiri. Tadinya dia tidak ingin mengganggu Linggom yang telah pamit untuk tidur dalam sambungan telepon. Akan tetapi karena dia m