"Itu doang yang mencurigation. Yang lain biasa aja. Jumlahnya paling gede ya ini.""Akh ... ente itu kurang wawasan atau gimana? Jumlah besar belum tentu karena bayaran jasa kriminal. Bisa aja buat nyamarin itu dicicil jadi dikit-dikit.""Ceknya cuma satu, Bray. Kertas-kertas lain malah tagihan-tagihan sekolah dan lainnya. Nah untuk mastiin, bakat nge-hack ente harus dikerahkan lagi buat nyari tahu apa mereka ada transaksi besar atau enggak."Linggom mencebikkan bibirnya sembari mengamati cek. Dia mengirimkan gambar itu ke ponselnya dengan sambungan NFC.***Rumah StellaGangga dan Stella masih dengan perang dingin mereka. Namun, sebenarnya Stella sudah merindukan sahabat sengkleknya. Ingin sekali ia mencurahkan isi dompet. Pergi bersama Gangga sering kali menguras isi dompet Stella yang memang dari sananya hanya sedikit.Stella rindu saat-saat mereka mencurahkan isi hati terutama masalah novel online-nya masih belum jelas jluntrungannya. Biasalah, platform mana pun selalu memberikan
Tugas Linggom bertambah satu yaitu mencari tahu siapa kah Joni. Dia memulai kegiatan mencari jati diri Joni yang tiba-tiba saja hari itu menjadi bintang bagi Kendrik dan Linggom.Bak fans mengorek keterangan tentang idola, informasi lengkap-selengkap lengkapnya telah tersaji di depan Linggom."Joni Yan Banuwirya. Dia membantu sebuah perusahaan teh kombucha bernama Virtex yang dipimpin oleh ayahnya. Usia 28 tahun."Kendrik mendengar itu kemudian memijit pelipis matanya yang berkedut karena pusing. Orang yang bernama Joni tidak begitu mencurigakan."Kenapa, Bray?""Dari keterangan yang ente baca barusan, kayaknya dugaan ente semalem bener, Bray. Bahwa kemungkinan cek itu bukan yang kita cari. Kayaknya nggak ada hubungannya sama Pak Zakaria."Linggom menutup laptopnya. Dia menepuk pundak Kendrik, menenangkan. "Sabar, Bray. Pasti ada titik temunya."Kendrik menghela napas dalam-dalam. "Mungkin, ini adalah akhir dari semuanya. Mungkin perjuangan kita cukup sampai di sini. Biar semua ini me
Gangga menganga memandangi orang di sebelahnya mencatat sesuatu di buku note dengan ambisius. Goresan-goresan penanya begitu kuat hingga hampir kertas yang digunakan robek. Dia mengintip apa yang ditulis sehingga sebegitu pentingnya.Tertulis nama 'Joni' ditambah beberapa coretan abstrak yang tidak dapat dia terjemahkan. Selesai menelpon, selesai pula kegiatan coret-mencoret di buku notes itu.Kendrik menoleh ke arah Gangga. "Kita pulang sekarang!"Tidak menunggu jawaban dari Gangga, Kendrik menggandeng tangan kekasihnya kemudian menariknya sembari berlari."Jelasin napa, Kak!" kata Gangga sembari setengah berlari."Ada titik terang. Masih gelap sih, tapi yang jelas belum berak," jawab Kendrik yang juga sembari ngos-ngosan karena gerakan cepatnya."Hah? Siapa yang belum berak?""Eh maksudnya belum berakhir."***Kos LinggomKendrik tidak pulang ke rumahnya sendiri. Tadinya dia tidak ingin mengganggu Linggom yang telah pamit untuk tidur dalam sambungan telepon. Akan tetapi karena dia m
Kendrik mengeluarkan keringat saat mengeluarkan ponsel dari sakunya. Apa dan bagaimana dia akan menelpon orang yang sama sekali tidak dia ketahui nomornya itu. Cling, sebuah ide muncul.Dia akan beracting seakan sedang berbicara kepada Pak Zakarria dan akan meminta dia memecat resepsionis itu jika tidak mengizinkannya masuk, persis seperti adegan serial-serial tontonan ibunya di rumah.Kendrik memencet ponselnya secara random kemudian berbicara sendiri di hadapan resepsionis yang sekarang berwajah masam itu. “Halo, Pak Zakarria. Saya sudah berada di front office sekarang tapi malah tidak diperbolehkan masuk sama resepsionis Bapak yang namanya ....” Kendrik menyipitkan mata sembari membaca name tag wanita di hadapannya. “Lo—loreng.”“Florent!” ralat wanita di hadapan Kendrik.“Apa?! Bapak sudah menunggu saya di ruangan Bapak? Saya akan segera ke sana, Pak. Tapi gimana ini resepsionis Bapak nggak ngijinin saya masuk. Gimana kalau dipotong gaji, Pak? Atau dipecat saja sekalian!”Florent
Kendrik dan Linggom telah berada di depan perumahaan elit Pondok Elok. Tak salah diberi predikat elit, bangunan rumah di kompleks ini besar dengan halaman luas. Tidak ada pemilik yang keluar rumah untuk bergosip.Yang keluar rumah untuk menebar berita-berita sosial adalah asisten rumah tangga. Jika ada seorang wanita berdaster lalu keluar rumah untuk mengobrol, para ART lain pasti akan menanyainya dengan pertanyaan seperti “Baru kerja ya?”, atau “Udah berapa lama ikut rumah ini, kok baru keluar?”Pemilik rumahnya bergaul dengan teman-teman high class dan sosialita saja. Mereka juga keluar-masuk mengendarai mobil, hampir tidak pernah keluar rumah untuk bepergian jarak dekat. Yang tinggal di sana adalah bos-bos besar perusahaan, artis, selebriti dan aktor-aktor film.Linggom menyenggol Kendrik. “Ente yakin ini bakal berhasil, Brot?”“Brot? Panggilan macam apa itu?!” protes Kendrik.“Itu singkatan dari brother.”“Oh. Ane perkiraan bakal berhasil dari pada kita musti sok kenal dan harus n
Gunung TimurSetelah membantu Kendrik menangani kasus penangkapan Duo Wong sekaligus pengungkapan kebersihan kampus dalam kasus penusukan mahasiswa yang sedang berdemo, Randu kembali ke aktivitasnya sebagai reserse kriminal di Gunung Timur. Dia dan Lio kembali berpartner karena selain mengandalkan berita dari Randu, Lio juga banyak membantu Randu dalam menjalankan berbagai misi.Dia kini menangani sebuah kasus sindikat pencurian yang hampir final. Tinggal sedikit bukti lagi, rantai pencurian itu akan terputus. Kasus ini termasuk bukan kasus yang besar seperti korupsi negeri di atas langit yang bahkan pernah terjadi 32 tahun lamanya.Tidak ada yang berani mengutak-atik keluarga ‘raja’ pada waktu itu. Sedikit saja berkoar maka akan dibredel. Sungguh pembungkaman kebebasan berpendapat yang mengerikan sementara sang raja beracting senyum-senyum bijak seperti tak berdosa.Randu kemudian tergelitik dengan salah satu kasus yang sebenarnya tidak besar tapi hingga sekarang belum terungkap, kec
“Haih, ente jangan gitu! Ini penting dan butuh kemampuan hacking ente. Kalau ane doang yang ke sana, gimana mau nge-hack. Download video dari Kowetube aja ane kagak bisa.”“Emang mau ngapain? Dan pentingnya buat ane apaan?” tanya Linggom.“Nggak tahu juga, cuman penting aja. Lagian kita cuti hari ini, kan sayang kalau nggak dimaksimalin. Ane yang nyetir. Nanti ane traktir mi lethek khas Gunung Timur. 2 porsi juga boleh. Atau mau angkringan di pinggiran alun-alun?”Linggom merebut kardus berisi botol di tangan Kendrik kemudian mendekat ke jok belakang di bagian penumpang. “Dua-duanya juga boleh. Ayok lah, tancap!”***Gunung TimurKendrik dan Linggom telah sampai. Randu berada di luar ketika mereka telah sampai. Reserse itu sudah memperkirakan dengan tepat tibanya mereka dia sana. Padahal jarak Koja-Gunung Timur adalah kurang lebih 1 jam perjalanan.Randu mengernyit sembari memiringkan kepala melihat yang datang sedikit lain dengan pencitraan yang dia harapkan.Bang Randu pasti nggak n
“Ehm, apaan tuh, Bang?” tanya Kendrik, pura-pura tidak mengerti.“Itu tadi yang ente masukkin ke botol sample,” serobot Linggom.Kendrik memelototi Linggom karena membongkar sesuatu yang sudah payah ia tutupi. Randu bersidekap di hadapan Kendrik. Kendrik pun menendang kaki Linggom.“Apaan sih nendang-nendang?! Kan ente sendiri yang bilang kalau Bang Randu itu bakal tahu juga. Ini aja dia udah tahu jenisnya. Dari pada kelamaan mending ngaku,” kata Linggom.“Akh, eheheh, iya, Bang. Tenang, aku cuma pake buat dihirup aromanya doang, nggak ditaruh ke minuman yang aku kasihin ke mereka.”“Ya iyalah, kan emang makenya begitu! Mereka siapa? Dan kenapa? Inget! Jangan ngelama-lamain, percuma!” kata Randu dengan penuh intimidasi.Kendrik pun menjelaskan seluruh rangkaian acaranya dengan Linggom hari ini, termasuk acara spesialnya menerobos masuk ke rumah pribadi Pak Zakarria. Lelaki itu menjelaskan dengan pasrah. Kemungkinan Randu akan memarahinya, atau mungkin melaporkannya kepada kepolisian K