"Kenapa Anda ikut kesini? Jangan memperburuk situasi!" Grace hampir berteriak tapi segera menekan suaranya karena mengingat dimana ia berada.
Randy berusaha meraih Grace tapi gagal karena putrinya segera menghindar. "Tolong, jangan langsung usir Ayah begini. Tolong kasih Ayah kesempatan. Seenggaknya dengan bantuin Bunda kamu," pintanya dengan sangat.
"Dengar saya baik-baik, Pak Randy. Anda nggak punya hak untuk turut andil dalam keluarga ini sejak Anda melangkah keluar dari rumah dan bersatu dengan wanita lain. Saya bisa mengurus keluarga saya sendiri tanpa bantuan Anda." Diliputi oleh kemarahan yang besar, ego Grace semakin besar pula. Ia sama sekali tidak ingin ada campur tangan dari seseorang yang telah menyakitinya dan sang bunda.
Anthony balik lagi, ingin memperjuangkan cinta kayanya. Bunda Indah juga tegas dan to the point ya.
Bekerja di hotel sekaligus mengurus toko Indah tidaklah mudah bagi Grace. Jam istirahat yang berkurang menguras banyak tenaganya. Terlebih lagi departemen HRD tidak pernah tanpa pekerjaan. Jika tidak dengan cara memaksa, Indah pasti tidak boleh melakukan apapun. Namun pada akhirnya Grace mengizinkan sang bunda untuk membuat kue dan roti dalam jumlah lebih sedikit daripada biasanya. Sementara itu, ialah yang mengurus penjualan dengan sedikit bantuan Evan dan Anthony. Melihat kondisi Grace, semakin lama Evan semakin tidak tega. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu. Karena itulah ia sengaja membuat posisi baru yang belum pernah ada di hotel. Setelah mendapatkan persetujuan dari pemilik hotel, ia memberikan tugas itu pada Mario sebagai manajer HRD secara diam-diam untuk disebarluaskan.
"Grace, dompet kamu ketinggalan di rumah loh." Telepon yang datang dari sang bunda ketika Grace baru sampai di hotel mengejutkannya. "Astaga, Bun. Iya ya? Grace taruh di meja makan tadi?" Grace baru mengingat akan kecerobohannya yang sangat jarang terjadi itu. "Kamu gugup banget sih mau tes untuk posisi baru." Indah terkekeh. "Bunda kirim dompet kamu lewat ojek online ya. Tenangin diri. Tarik napas, berdoa. Bunda yakin kamu bisa." Grace tersenyum mendengar ucapan motivasi dari Indah. Ia merasa sedikit lebih tenang, terlebih karena dukungan penuh bundanya. "Oke, Bun. Nanti kasih catatan ke pak ojeknya, minta satpam untuk antar ke Grace HRD." "Semangat anaknya bunda!" D
Tidak biasanya Nita tergesa-gesa untuk pulang. Padahal Grace berencana untuk mentraktirnya makan malam bersama dengan Evan, sang bunda serta Anthony, setelah mendengarkan berita baik. Ia merasa senang sekali karena terpilih menjadi kepala sub divisi penerjemahan atas usahanya sendiri. Sama halnya dengan sang kolega, Evan justru disibukkan dengan pekerjaan. Bahkan ia sampai harus mengajak Vino bekerja di luar kantor. Dengan sedikit perasaan kecewa, Grace akhirnya hanya bisa mengajak bundanya dan Anthony. Grace langsung pulang ke rumah lalu mencari beberapa referensi restoran setelah selesai mandi. Sementara Indah bersiap-siap, ia mengirim pesan pada Anthony untuk datang pukul setengah tujuh. Beberapa lama kemudian setelah mendapatkan tiga pilihan restoran terba
"Dengan penjelasan yang sudah Anda semua dengar, secara resmi Pak Evan ditugaskan selama minimal enam bulan untuk memimpin cabang hotel baru di Vietnam. Kemungkinan besar akan lebih. Karena itulah posisi GM akan digantikan sementara oleh Pak Mario. Harap semuanya bisa bekerja sama dengan baik demi kemajuan hotel ini. Rapat selesai." Demikianlah pengumuman yang disampaikan oleh Roger, pemilik hotel sekitar seminggu setelah Evan kembali. Di saat semua yang hadir di dalam rapat penting ini meninggalkan tempat seolah tidak terjadi apa-apa, lain halnya dengan Evan dan Grace yang menyimpan kekecewaan. Masing-masing termenung atas keputusan yang memang mendadak dan tidak disangka-sangka itu. "Jadi ini yang kamu mau bilang semalam tapi nggak jadi?" Grace membuka percakapan saat sudah tidak ada lagi siapapun di ruang rapat se
"Kok mulai berasa banget kangennya ya?" Grace bergumam pada dirinya sendiri, menatap layar laptop di dalam kamarnya. Terbiasa bersama tetapi harus terpisah lagi tetap saja terasa tidak menyenangkan meskipun hubungan Grace dan Evan sudah kembali seperti dulu. Komunikasi mereka berjalan dengan lancar, tidak ada satu hari tanpa berkabar. Paling sedikit mereka akan mengirim pesan singkat. Evan lebih sering mengirim foto, menunjukkan berbagai sisi Vietnam. Sementara Grace lebih banyak bercerita tentang aktivitasnya menjadi kepala sub divisi penerjemahan atau kemajuan toko kue Indah. Nina, adik Anthony, sudah bekerja selama tiga bulan terakhir ini sebagai kasir di toko. Pekerjaan Indah menjadi sangat ringan dan kesehatannya pun m
Hampir dua minggu terakhir ini isi hati Anthony yang terdalam terus membuat Grace gundah. Sejauh ini setiap kebaikan yang pria itu telah tunjukkan padanya dan Indah memang memberikan kesan berarti. Bahkan sempat ada saat dimana ia menganggap Anthony sebagai calon suami yang baik.Namun trauma yang Grace miliki mengenai laki-laki yang disebabkan oleh sang ayah membuatnya menarik diri dengan cepat. Ibarat bunga yang belum sempat mekar tiba-tiba mati karena dilanda musim dingin.Yang mengherankan, Anthony tidak menyerah begitu saja meskipun tidak mendapatkan jawaban apapun dari Grace waktu itu. Selagi tidak ada Evan, ia mempergunakan sebanyak mungkin waktu untuk menunjukkan bahwa ia pantas diberikan kesempatan.Karena itu, aemakin lama Indah semakin mengetahui apa m
"Siapa cewek itu?" Setelah menahan rasa penasarannya sampai pulang ke rumah, akhirnya Grace mencoba mencari tahu tentang wanita cantik yang dilihatnya dalam panggilan video dengan Evan.Evan memang bukan orang yang sering mengunggah foto ke sosial media, tetapi akunnya tetap aktif sejak persahabatan mereka pulih. Karena itu Grace menilik akun I*******m dan F******k sahabatnya, berpikir bisa mendapatkan sedikit informasi.Instingnya ternyata benar. Ada sebuah akun yang menge-tag akun Evan di I*******m. Veronica Anh, itulah nama profilnya. Wanita itu memiliki hampir sepuluh ribu pengikut yang kemungkinan besar mengikuti karena kecantikannya."Serius amat? Lihatin siapa sih?""Ini ada cewek yang deket
"Vino, ada perubahan. Saya nggak bisa kembali ke Vietnam seperti yang direncanakan. Jadi, tolonghandlebeberapa hal di sana selama saya belum kembali. Tolongkeepmasalah ini sebelum saya bicara dengan Pak Roger." Evan langsung menghubungi sekretarisnya itu begitu sampai di rumah sakit. Ia jelas tidak ingin kembali ke Vietnam di situasi seperti ini. Tanpa bertanya lebih karena mengerti ada hal serius melalui cara penyampaian Evan, Vino langsung mengiyakan. Lagi pula ia sudah mengerti alasan bosnya ingin kembali ke Bali secara mendadak. Pengalamannya bekerja hampir setahun belakangan bersama dengan Evan membuatnya terbiasa akan ekspektasi sang GM ketika kejutan mendebarkan muncul. Saat ini kondisi rumah sakit sepi, tetapi pikiran Evan dan Grace sama-sama dipenuhi oleh kekhawatiran akan