Melly Tan adalah wanita menawan yang menjadi istri dari Radit. Dirinya sudah tidak memperdulikan dengan apa yang orang lain katakan dengan pernikahaanya tiga tahun lalu.
Radit berjalan menuju ke arah istrinya dan berkata, “Mell, kamu sedang menunggu siapa?”
Melly menatap suaminya dengan bosan, “ Apa kamu siap menemui Nenek?”
Radit memperlihatkan kado yang dia bawa, “Aku sudah siap. Butuh waktu lama untuk menentukan kado yang pas untuk Nenek.”
Melly sama sekali tidak melirik kado yang ditunjukkan suaminya. Dia tidak tahu apa yang difikirkan oleh kakeknya tiga tahun lalu, ketika dia memilih melly untuk menikahi radit.
Ironisnya adalah sebelum kakeknya menghembuskan nafas terakhirya, dia memegang erat tangan Melly dan berwasiat jangan pernah memandang rendah Radit.
Tiga tahun waktu pernikahan berjalan, Melly tetap tidak memahami maksud dari wasiat kakeknya. Kalau bukan karna menjaga reputasi keluarga Tan, Melly mungkin sudah menceraikan suaminya yang tidak berguna ini.
“Saat bertemu nenek, jangan ngomong yang bukan-bukan. Seluruh keluarga akan ada di sana dan pasti kamu akan menjadi bahan cibiran mereka. Aku tidak mau kehilangan muka dan harus menanggung malu karena ulahmu.”
Radit mengangguk, dia mendengarkan perkataan istrinya dengan ekspresi tidak peduli.
Melihat ekspresi suaminya, Melly ingin sekali mencekik lehernya.
Suaminya tidak punya masa lalu yang bagus dan tidak punya keahlian apa-apa. Tapi selama tiga tahun hidup bersama, suaminya tidak pernah melakukan hal lain selain menyapu, masak, dan beberes rumah.
Radit mengerti perasaan istrinya karena mereka menikah tanpa disertai rasa cinta yang mendalam. Dia paham bahwa hal itu tidak adil bagi Melly. Jadi, Radit sangat memaklumi sikap istrinya tersebut.
Dua orang itu berjalan ke dalam ruang tamu.
Hampir semua pihak keluarga Tan hadir dalam pesta itu. Suasananya sangat meriah.
“Melly, akhirnya kamu datang juga!”
“Sudah tahu hari ini hari ulang tahun nenek. Kenapa kamu datang terlambat?“
“Kamu menyiapkan kado apa untuk ulang tahun Nenek?”
Keluarga sudah menyambut hangat kedatangan Melly. Namun, tidak ada yang memperdulikan suaminya.
Radit yang sudah terbiasa diacuhkan, merasa tidak keberatan dengan sikap keluarga Tan. Lagi-lagi, itu lebih baik dibandingkan jika dirinya dijadikan bahan bully-an bagi keluarga lain.
Selalu saja, ada pihak keluarga Tan yang tidak menyukai dirinya.
Contohnya Dani Tan, sepupu Melly.
Setiap kali bertemu dengannya, selalu saja ada hal yang dimanfaatkan sepupu istrinya itu agar Radit kesulitan. Dani akan dengan segera merendahkannya dengan kata-kata tajam.
Bahkan, julukannya sebagai menantu yang tidak berguna diperkenalkan oleh Dani.
Dia selalu menjelek- jelekkan Radit hingga di luar lingkungan keluarga Tan, seperti sekarang.
“Radit, apa yang kamu pegang itu? Kado buat Nenek?” Dani tersenyum mengejek kepada Radit, "sepertinya kadomu itu terbungkus rapi. Kelihatannya juga mahal, tapi nyatanya itu pasti cuman barang murahan! Hahahaha ... “
“Ya,“ jawab Radit, manggut mengakui kalau itu barang murah, tapi tidak murahan.
Dani mencibirnya, “Apa sih isinya? Bukan barang yang kamu beli di toko loak di pinggir jalan, 'kan?”
Radit menggelengkan kepalanya, “Bukan, ini saya beli dari toko, kok!”
Walaupan Radit berkata jujur, namun tentu saja perkataannya membuat seisi ruangan tertawa. Tentu saja, kecuali istrinya yang dari tadi memasang muka malu.
Perempuan itu tidak menduga kalau secepat ini suaminya membuat dirinya malu sampai ke ubun-ubun.
Namun, seperti biasa dirinya tetap diam saat suaminya dipermalukan.
Suaminya adalah keluarganya juga. Dia tahu itu.
Namun tidak perduli bagaimana suaminya dipermalukan, selama dirinya tidak ikut berbicara di depan orang, tidak akan ada masalah baru yang timbul.
“Kamu bercanda, 'kan? Nenek berulang tahun yang ke-78 hari ini. Apa kamu mau bilang kalau kamu sembarang memberikan kado untuk Nenek?” Dani pun melangkah ke depan meja tamu yang terdapat banyak kado mahal-mahal bertumpukan di sana. Dilihat secara sekilas pun, semua orang tahu kado-kado itu tampak berharga mahal dibandingkan dengan kado pemberian Radit. Jelas, seperti langit dan bumi!“Coba lihat! Apa yan
“Tapi, teh pemberianmu ini sepertinya hasil dari pembajakan atau penipuan! Dibuat seolah-olah sudah lama diproduksi. Hati-hati! Bisa jadi setelah Nenek meminumnya, justru akan menimbulkan masalah bagi kesehatan Nenek,” kata Radit dengan percaya diri,“aku memang sampah, tapi rasanya dirimu pun tidak jauh lebih baik dariku. Kamu sengaja memberikan nenek kado yang akan membuat kesehatannya tergangu, 'kan? Sepertinya aku salah, bahkan kau jauh lebih hina dariku.” Radit menunjuk Dani dan suasana di ruangan itu tiba-tiba menjadi hening seketika. “Dasar Brengsek! Nenek sudah berhenti meminum teh dalam tiga tahun terakhir. Masa aku sampai rela menyakitinya?”Dani berkata dengan muka pucat dan panik. Dirinya ingin menjelaskan, tapi hal itu bisa membuat semua orang mengir
Beberapa orang mengharapkan wanita tua ini cepat meninggal supaya mereka bisa mendapatkan kekayaannya. Tapi sayangnya, wanita tua ini masih sehat wal'afiat. Oleh sebab itu, keinginan mereka tidak bisa terwujud dalam waktu dekat. “Nenek, Dani memberimu hadiah teh. Mungkin nenek bisa melihat apakah teh ini asli atau palsu?” ujar Melly sambil melirik Radit. Dirinya tidak terlalu memahami apa yang sedang terjadi, namun rasa percaya pada suaminya mulai muncul. Dalam hatinya, Melly berharap suaminya tidak membuat kebohongan dan benar-benar memahami teh. Mendengar Melly, raut muka Dani mulai menunjukkan kepanikan. Orang lain mungkin tidak tau apakah teh ini asli atau palsu. Akan tetapi, Nenek yang sudah meminum teh selama bertahun-tahun sudah pasti mengerti. “Apa benar? Coba tolong bawakan ke sini teh itu,” ujar Nenek, Kepala Keluarga Tan. Dani yang tampak bersalah menyerahkan teh tersebut dengan muka panik Melly yang ingin suam
Sambil menundukkan kepala, Radit lalu berkata, “Maafkan aku.“ Dany tersenyum dan berbisik ditelinga Radit, ”Apa menurutmu Nenek tidak bisa membedakan tah asli dan palsu? Aku adalah cucunya dan kamu hanyalah cucu menantu yang tidak berguna. Bahkan jika teh itu palsu, dia akan tetap membelaku sebagai cucunya.” Nada suara Dani yang bangga itu terdengar kasar bagi Radit. Tapi, nenek memang benar menolak untuk melihat kenyataan. Nenek memilih untuk menutupi kebenaran bahwa teh itu asli. Radit tidak dapat berbuat apa- apa. Kejadian teh ini tidak hanya membuat status Radit di Keluarga Tan semakin rendah. Dia sudah dianggap sampah bagi Keluarga Tan dan semua orang sebelumnya.Hanya saja bagi Melly, kejadian ini sulit diterima karena Radit mempermalukannya. Ketika Melly sudah tenang, dia menemukan inti masalahnya keaslian teh itu tidaklah penting sama sekali. Yang penting adal
Hal ini membuat beberapa wanita muda yang belum menikah tampak sangat gembira. Meski tidak tahu siapa yang melamar, tapi pria ini pasti berasal dari keluarga kaya raya. Mereka mulai memikirkan hal-hal yang indah. Wajah Melly seketika pucat karena dia adalah satu-satunya wanita di keluarga Tan yang sudah menikah. Dirinya sudah tidak punya kesempatan lagi. “Saya hanya diminta untuk mengantarkan hadiah-hadiah ini. Hanya itu saja.” Pembawa hadiah itu datang dan pergi dengan cepat, tanpa meninggalkan informasi apapun. Semua orang melihat kearah tumpukan hadiah itu dengan tatapan penuh harap, terutama kalung emas giok dan uang tunai 1 milyar rupiah. Jika putrinya yang dihargai dengan uang sebanyak itu, bukankah ibaratnya mereka akan terbang hinggap kecabang dan menjadi keluarga kelas atas? Keluarga Tan akan terangkat derajatnya! “Sudah pasti hadiah-hadiah ini untukku. Aku kan wanita tercantik di keluarga ini,”
Keluarga Tan berkecimpung dalam bisnis bahan bangunan dan sudah menjadi hal biasa untuk pulang-pergi ke lokasi konstruksi. Alasan mengapa semua tugas ini menjadi tanggung jawab Melly memang karena keluarga mereka memiliki status terendah di Keluarga Tan. Dirga tidak bisa menyembunyikan pesaaan sakit hatinya . Dia tahu hal itu karena dia yang paling tidak berguna. Itu sebabnya Radit diserahkan kepada mereka. Tapi, Dirga tidak peduli dengan perceraian. Ibunya lebih suka membiarkan Melly dan Radit menjadi orang yang tidak berguna selama sisa hidupnya dibandingkan menanggung malu karena sumpah yang dilanggar. Pernikahan itu saja sudah menjadi bahan candaan di tahun itu. Tiga tahun kemudian, kejadian ini sudah berangsur-angsur mulai dilupakan. Jika perceraian terjadi, tentunya akan dijadikan bahan candaan setelah kejadian teh ini. Bagaimana mungkin hal itu akan dibiarkan terjadi? Radit yang sudah berjalan ke pintu, mendengar teriakan dari r
**Keesokan harinya di sebuah Kamar Hotel Batavia** Di seberang Radit, duduk seorang wanita dengan make-up sempurna, menggunakan perhiasan berlian, dan menunjukkan keanggunan wanita dalam setiap pergerakannya. "Radit, Ibu senang kamu bersedia datang," kata wanita bernama Diana, Ibu Radit. Sudah hampir empat tahun tidak bertemu ibu kandungnya, Radit tidak memiliki perasaan apa pun di hatinya. Dia bahkan tidak mau langsung menatap mata sang Ibu. “Siapa yang mengira kalau putra bungsu keluarga Asra yang terabaikan suatu hari nanti akan berguna? Ibu tidak mengharapkannya, mungkin juga aku,” Radit mengangkat sudut mulutnya dengan senyum tipis. “Radit, Ibu tahu apa yang terjadi tiga tahun lalu sangat tidak adil bagimu. Namun, nenekmu sudah memutuskan hal ini. Ibu tidak bisa berbuat apa untuk mencegahnya,” Diana berkata dengan suara bergetar. Radit menggelengkan kepalanya dan berkata, “TIGA TAHUN? Jadi, di mata ibu ketidakadilan yang ak
Sayangnya, keberuntungan mereka tidak memihak pada mereka karena ketika keluarga Tan datang untuk menawarkan kerja sama, mereka langsung ditolak. Bahkan RM Property menolak siapapun yang berminat bekerja sama dengan mereka. Pada hari ini, seluruh anggota keluarga Tan datang dan mengadakan rapat internal di perusahaan. Duduk di Dewan Direksi, Nenek dari Keluarga Tan memandang semua anggota keluarganya dengan tajam dan berkata, "Kali ini, kita punya banyak saingan. Namun, kalian harus sadar satu hal. Jika kita bekerja sama dengan RM Property, kita akan mendapatkan banyak manfaat. Mungkin kita bahkan dapat menjadikan keluarga Tan menjadi keluarga kelas satu di JakSel. Jadi, kita tidak boleh melewatkan kesempatan ini.” “Ibu, kita semua sudah mencobanya. Kita bahkan belum pernah melihat pemilik dari RM Property.” "Ya, saya juga tidak tahu siapa mereka sebenarnya.” “Tampaknya, Keluarga Asra yang memberikan kita mas kawin bukanlah Keluarga Asr