Share

BAB 4

“Tapi, teh pemberianmu ini sepertinya hasil dari pembajakan atau penipuan! Dibuat seolah-olah sudah lama diproduksi. Hati-hati! Bisa jadi setelah Nenek meminumnya, justru akan menimbulkan masalah bagi kesehatan Nenek,” kata Radit dengan percaya diri, “aku memang sampah, tapi rasanya dirimu pun tidak jauh lebih baik dariku. Kamu sengaja memberikan nenek kado yang akan membuat kesehatannya tergangu, 'kan? Sepertinya aku salah, bahkan kau jauh lebih hina dariku.”

Radit menunjuk Dani dan suasana di ruangan itu tiba-tiba menjadi hening seketika.

“Dasar Brengsek! Nenek sudah berhenti meminum teh dalam tiga tahun terakhir. Masa aku sampai rela menyakitinya?” Dani berkata dengan muka pucat dan panik.

Dirinya ingin menjelaskan, tapi hal itu bisa membuat semua orang mengira bahwa dia benar-benar mempunyai niat jahat kepada Nenek.

“OH! Begitu rupanya!” Radit mengangguk dan tiba-tiba dia sadar dengan niat Dani, “jadi, kamu tahu kalau Nenek sudah berhenti minum teh, tapi kamu malah menipunya dengan bayaran mahal. Delapan ratus dolar Amerika-mu itu masuk ke kantongmu sendiri.”

Dani seketika berkeringat dan melihat sekelilingnya dengan perasaan bersalah.

Pasalnya, apa yang dikatakan Randi itu benar. Dia merasa jahat, tapi ingin juga menyelamatkan harga dirinya di depan semua keluarga besar Tan.

Selain itu sudah pasti Nenek tidak akan meminum teh pemberiannya karna ulah dirinya tersebut.

Tanpa diduga, niatnya ingin pamer dan merendahkan si Randi telah terbongkar.

“Memangnya sampah seperti dirimu tahu apa tentang teh-teh mahal yang beredar di pasaran? Memangnya kamu seorang ahli teh? Dasar sampah yang tidak berguna!” kata Dani, mencoba untuk tenang dan membela diri dari Radit.

Anggota keluarga Tan yang menaruh curiga terhadap Dani, seketika menyadari bahwa mereka hampir dibodohi oleh Radit saat mendengar balasan Dani tersebut.

"Bagaimana dia, seorang pria sampah miskin bisa memahami produk-produk teh kelas atas semacam ini?"

"Radit, diamlah! Hentikan omong kosongmu itu kalau kamu tidak mengerti apapun! Jangan menfitnah Dani begitu saja.“

“YA! Jangan- jangan, kamu cuma berpura-pura terlihat profesional. Memangnya sampah miskin sepertimu dapat membedakan mana teh yang baik dan buruk, sedangkan kamu sendiri mungkin baru pertama melihat teh mahal seperti itu?”

“Kamu kan hanya bisa membedakan mana garam dan mana gula. Bagaimana pun juga kamu hanya lah menantu sampah miskin yang kerjaannya hanyalah memasak dan urusan pembantu.”

Satu per satu orang membela Dani. Terdengar kembali suara tawa memenuhi ruangan itu karena berhasil mengejek Radit.

Radit tidak membalas perkataan semua orang tersebut.

Ketika dia masih tinggal di keluarga Asra, dia sering bertemu dengan ahli teh dari seluruh penjuru dunia yang juga merupakan kolektor teh.

Sudah jelas bahwa pemahaman Radit tentang teh tidak dapat dibandingkan dengan semua orang yang hadir di acara itu, termasuk Kepala Keluarga Tan.

Seperti dua dunia yang berbeda, rasanya tidak ada gunanya menjelaskan kepada orang-orang kelas menengah. Sudah pasti mereka tidak mengerti kegemaran kalangan kelas atas.

“Ada apa ini ribut-ribut?” Tiba-tiba terdengar suara dan sosok wanita yang dituakan di Keluarga Tan, sekaligus Kepala Keluarga Tan yang akhirnya masuk ke tengah-tengah kerumunan pesta.

Sontak, semua anggota Keluarga Tan yang hadir berdiri dari tempat duduknya dengan sikap hormat kepada Nenek.

Sejak kematian Kepala Keluarga Tan terdahulu yang merupakan suami dari nenek tersebut, perempuan ini lah yang memegang kendali.Semua masalah yang terjadi di keluarga Tan diputuskan olehnya dan tidak dapat diganggu gugat!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bambang Jumanto
cerianya sama persis, beda nama tokoh saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status