Beberapa orang mengharapkan wanita tua ini cepat meninggal supaya mereka bisa mendapatkan kekayaannya. Tapi sayangnya, wanita tua ini masih sehat wal'afiat. Oleh sebab itu, keinginan mereka tidak bisa terwujud dalam waktu dekat.
“Nenek, Dani memberimu hadiah teh. Mungkin nenek bisa melihat apakah teh ini asli atau palsu?” ujar Melly sambil melirik Radit.
Dirinya tidak terlalu memahami apa yang sedang terjadi, namun rasa percaya pada suaminya mulai muncul.
Dalam hatinya, Melly berharap suaminya tidak membuat kebohongan dan benar-benar memahami teh.
Mendengar Melly, raut muka Dani mulai menunjukkan kepanikan.
Orang lain mungkin tidak tau apakah teh ini asli atau palsu. Akan tetapi, Nenek yang sudah meminum teh selama bertahun-tahun sudah pasti mengerti.
“Apa benar? Coba tolong bawakan ke sini teh itu,” ujar Nenek, Kepala Keluarga Tan.
Dani yang tampak bersalah menyerahkan teh tersebut dengan muka panik
Melly yang ingin suaminya dipuji langsung berkata dengan suara keras dan lantang, “Tadi, Radit juga sudah bilang.“
Wajah Nenek menunjukkan ekspresi tidak senang. Dani rasanya ingin mati saja. Dia bahkan bisa melihat wajah orang tuanya juga pucat. Jika apa yang dikatakan Radit benar, Nenek pasti akan marah besar. Keluarga Dani mungkin akan mendapatkan warisan yang paling sedikit di masa depan.
Melly melirik suaminya dan berpikir akhirnya suaminya melakukan hal yang berguna untuk keluarga Tan. Jika Nenek memuji kemampuan suaminya, perlakuan kelurga Tan pasti lebih baik lagi padanya.
Tapi tiba-tiba, secara mengejutkan nenek menyiram air dingin ke Melly.
“Teh ini asli! Mengapa kamu tega menfitnah dani?” Nenek lalu bertanya sambil menatap Radit.
Radit terpana. Jelas sekali ada masalah dengan teh itu. Dia tahu bahwa nenek adalah ahli dalam teh. Bisa-bisanya, Nenek mengatakan teh ini asli?Dia betul-betul kaget. Apakah kecurigaannya tidak terbukti? Atau mungkin mata Nenek yang sudah rabun?
“Nenek coba lihat lagi dari dekat. Teh ini ... “
Radit yang masih ingin menjelaskan, disela dengan tajam,” Maksudmu, aku sudah tua dan mataku sudah rabun, sehingga tidak bisa membedakan mana yang asli dan yang mana yang palsu? Aku adalah Kepala Keluarga Tan dan mengatakan dengan jelas kalau teh ini asli!“
“Radit, Nenek 'kan bilang itu teh asli. Apa lagi sih yang ingin kamu jelaskan?”
“Nenek, jangan marah. Radit sebenarnya tidak tahu apa-apa. Dia hanya berpura-pura saja menjadi ahli teh.”
“Radit, kamu masih belum mau minta maaf kepada Dani?”
Suara-suara penjilat mulai muncul kembali.
Radit memandang Nenek dengan senyum masam di wajahnya.
Nenek bukannya rabun. Akan tetapi, dia hanya tidak ingin mengakui kalau teh ini palsu karena dia tidak ingin membuat cucunya merasa malu.
'Ya, aku memang hanyalah orang luar di keluarga Tan. Menantu yang tidak berguna di depan semua orang. Bagaimana mungkin menyalahkan Dani hanya karena diriku?' batin Radit
"Plakkk!!!!!" Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Radit.
Melly menggertakkan gigi, saking marahnya. Lalu memandang Radit dan berkata, ”Aku seharusnya tidak menaruh kepercayaan sama sekali terhadapmu.”
Wajah Radit terasa panas dan sakit. Kuku Melly yang panjang membuat goresan di wajahnya, hingga mengeluarkan darah.
Radit mengepalkan tangannya menahan emosi. Namun, seketika dia mengurungkan niatnya ketika menatap wajah Melly. Mata istrinya itu telah berkaca-kaca.
“Maaf, aku telah salah menilai teh itu,” ujar Radit pada akhirnya.
Melly merasa dirinya sudah dipermalukan Radit. Jika saja suaminya tidak banyak bicara, tentunya hal memalukan ini tidak akan terjadi.
“Apa gunanya minta maaf padaku? Minta maaf sana sama Dani,” ujar Melly.
Radit menarik nafas dalam-dalam dan berjalan ke arah Dani.
Sambil menundukkan kepala, Radit lalu berkata, “Maafkan aku.“ Dany tersenyum dan berbisik ditelinga Radit, ”Apa menurutmu Nenek tidak bisa membedakan tah asli dan palsu? Aku adalah cucunya dan kamu hanyalah cucu menantu yang tidak berguna. Bahkan jika teh itu palsu, dia akan tetap membelaku sebagai cucunya.” Nada suara Dani yang bangga itu terdengar kasar bagi Radit. Tapi, nenek memang benar menolak untuk melihat kenyataan. Nenek memilih untuk menutupi kebenaran bahwa teh itu asli. Radit tidak dapat berbuat apa- apa. Kejadian teh ini tidak hanya membuat status Radit di Keluarga Tan semakin rendah. Dia sudah dianggap sampah bagi Keluarga Tan dan semua orang sebelumnya.Hanya saja bagi Melly, kejadian ini sulit diterima karena Radit mempermalukannya. Ketika Melly sudah tenang, dia menemukan inti masalahnya keaslian teh itu tidaklah penting sama sekali. Yang penting adal
Hal ini membuat beberapa wanita muda yang belum menikah tampak sangat gembira. Meski tidak tahu siapa yang melamar, tapi pria ini pasti berasal dari keluarga kaya raya. Mereka mulai memikirkan hal-hal yang indah. Wajah Melly seketika pucat karena dia adalah satu-satunya wanita di keluarga Tan yang sudah menikah. Dirinya sudah tidak punya kesempatan lagi. “Saya hanya diminta untuk mengantarkan hadiah-hadiah ini. Hanya itu saja.” Pembawa hadiah itu datang dan pergi dengan cepat, tanpa meninggalkan informasi apapun. Semua orang melihat kearah tumpukan hadiah itu dengan tatapan penuh harap, terutama kalung emas giok dan uang tunai 1 milyar rupiah. Jika putrinya yang dihargai dengan uang sebanyak itu, bukankah ibaratnya mereka akan terbang hinggap kecabang dan menjadi keluarga kelas atas? Keluarga Tan akan terangkat derajatnya! “Sudah pasti hadiah-hadiah ini untukku. Aku kan wanita tercantik di keluarga ini,”
Keluarga Tan berkecimpung dalam bisnis bahan bangunan dan sudah menjadi hal biasa untuk pulang-pergi ke lokasi konstruksi. Alasan mengapa semua tugas ini menjadi tanggung jawab Melly memang karena keluarga mereka memiliki status terendah di Keluarga Tan. Dirga tidak bisa menyembunyikan pesaaan sakit hatinya . Dia tahu hal itu karena dia yang paling tidak berguna. Itu sebabnya Radit diserahkan kepada mereka. Tapi, Dirga tidak peduli dengan perceraian. Ibunya lebih suka membiarkan Melly dan Radit menjadi orang yang tidak berguna selama sisa hidupnya dibandingkan menanggung malu karena sumpah yang dilanggar. Pernikahan itu saja sudah menjadi bahan candaan di tahun itu. Tiga tahun kemudian, kejadian ini sudah berangsur-angsur mulai dilupakan. Jika perceraian terjadi, tentunya akan dijadikan bahan candaan setelah kejadian teh ini. Bagaimana mungkin hal itu akan dibiarkan terjadi? Radit yang sudah berjalan ke pintu, mendengar teriakan dari r
**Keesokan harinya di sebuah Kamar Hotel Batavia** Di seberang Radit, duduk seorang wanita dengan make-up sempurna, menggunakan perhiasan berlian, dan menunjukkan keanggunan wanita dalam setiap pergerakannya. "Radit, Ibu senang kamu bersedia datang," kata wanita bernama Diana, Ibu Radit. Sudah hampir empat tahun tidak bertemu ibu kandungnya, Radit tidak memiliki perasaan apa pun di hatinya. Dia bahkan tidak mau langsung menatap mata sang Ibu. “Siapa yang mengira kalau putra bungsu keluarga Asra yang terabaikan suatu hari nanti akan berguna? Ibu tidak mengharapkannya, mungkin juga aku,” Radit mengangkat sudut mulutnya dengan senyum tipis. “Radit, Ibu tahu apa yang terjadi tiga tahun lalu sangat tidak adil bagimu. Namun, nenekmu sudah memutuskan hal ini. Ibu tidak bisa berbuat apa untuk mencegahnya,” Diana berkata dengan suara bergetar. Radit menggelengkan kepalanya dan berkata, “TIGA TAHUN? Jadi, di mata ibu ketidakadilan yang ak
Sayangnya, keberuntungan mereka tidak memihak pada mereka karena ketika keluarga Tan datang untuk menawarkan kerja sama, mereka langsung ditolak. Bahkan RM Property menolak siapapun yang berminat bekerja sama dengan mereka. Pada hari ini, seluruh anggota keluarga Tan datang dan mengadakan rapat internal di perusahaan. Duduk di Dewan Direksi, Nenek dari Keluarga Tan memandang semua anggota keluarganya dengan tajam dan berkata, "Kali ini, kita punya banyak saingan. Namun, kalian harus sadar satu hal. Jika kita bekerja sama dengan RM Property, kita akan mendapatkan banyak manfaat. Mungkin kita bahkan dapat menjadikan keluarga Tan menjadi keluarga kelas satu di JakSel. Jadi, kita tidak boleh melewatkan kesempatan ini.” “Ibu, kita semua sudah mencobanya. Kita bahkan belum pernah melihat pemilik dari RM Property.” "Ya, saya juga tidak tahu siapa mereka sebenarnya.” “Tampaknya, Keluarga Asra yang memberikan kita mas kawin bukanlah Keluarga Asr
Mata Dani berbinar. Dia akan menggunakan kesempatan ini nantinya untuk menendang Melly dan keluarganya dari daftar pewaris Keluarga Tan. Meskipun keluarga Melly dianggap rendah, mereka masih bagian dari keluarga Tan. Jika nanti Nenek meninggal, keluarganya pasti masih mendapatkan warisan dari keluarga besar. Namun, hanya ada bebearapa orang yang benar-benar bisa mencoret nama keluarga Melly dari daftar penerima warisan. Tentu saja, salah satunya adalah Nenek. “ Melly! Karena kamu sendiri yang mengatakannya, bagaimana kalau kamu nantinya tidak bisa melakukan tugas ini?” ujar Dani memancing jawaban yang dia inginkan dari sepupunya itu. Melly sebenarnya menyesal sudah mengatakannya. Namun, jika dia mengakuinya, Melly pasti akan menjadi bahan tertawaan kembali. “Kalau kamu bisa melakukannya, aku akan membawakan teh dan memanggilmu Kakak Melly. Tapi, kalau kamu tidak bisa melakukannya ... maka keluarlah dari keluarga besar Tan, bagaimana?" pa
“Melly, apakah kamu sudah gila? Pernahkah kamu berpikir bagaimana kita bisa bertahan hidup kalau sampai kita diusir dari keluarga Tan?” bentak Anggi,“Dani sengaja menjebakmu. Apa kamu tidak sadar, hah?” Melly menjawab dengan tak peduli dan lelah, "Dia tidak ingin kita mendapatkan harta keluarga Tan.” Ketika Anggi mendengar kata-kata yang dilotarkan Melly, wajahnya memerah karna marah. Wanita itu lalu berteriak, "Mengapa kamu setuju padahal mereka sudah mengupayakan segalanya? Bagaimana kamu yakin bisa melakukan tanggung jawab itu?” Suasana hati Melly sedang buruk. Dia hanya percaya perkataan Radit, tapi dia tidak yakin apakah yang dilakukannya benar atau salah. Meskipun status keluarga Dirga di perusahaan sangat rendah, tetapi mereka pasti akan mendapat warisan jika nenek meninggal. Namun, nanti bagaimana nasib keluarganya jika dicoret dari Keluarga Tan? Mereka tidak akan m
Anggi menggertakkan gigi dan melihat pergelangan tangannya menjadi merah . dia berkata dengan nada dingin, “ cepat atau lambat aku pasti akan mengusirmu dari rumah ini. Dasar sampah tidak berguna.”Saat makan malam, anggi tidak ikut makan. Dirga banyak bercerita mengenai RM Property. Dia khawatir jika saja melly gagal, maka dany dan anggota keluarga Tan lainnya pasti tidak akan tinggal diam. Jika mereka diusir dari keluarga Tan, maka tamat sudah nasib keluarga mereka.Setelah makan malam , radit mandi dan kembali kekamar. Dia menemukan melly duduk di tempat tidur dan menatap dirinya.Radit bergegas berbaring dilantai dan berkata “ bos- bos yang ada di RM Property dulu adalah teman sekolahku.”“ OH” MELLY MENJAWAB SINGKAT DAN TIDAK MELANJUTKAN PERTANYAANNYA.Kamar kembali sunyi. Keadaan yang sama sejak tiga tahun pernikahan mereka.Tapi entah kenapa hari ini perasaan melly sedikit bergejolak terutama saatb