Share

BAB 5

Beberapa orang mengharapkan wanita tua ini cepat meninggal supaya mereka bisa mendapatkan kekayaannya. Tapi sayangnya, wanita tua ini masih sehat wal'afiat. Oleh sebab itu, keinginan mereka tidak bisa terwujud dalam waktu dekat.

“Nenek, Dani memberimu hadiah teh. Mungkin nenek bisa melihat apakah teh ini asli atau palsu?” ujar Melly sambil melirik Radit.

Dirinya tidak terlalu memahami apa yang sedang terjadi, namun rasa percaya pada suaminya mulai muncul.

Dalam hatinya, Melly berharap suaminya tidak membuat kebohongan dan benar-benar memahami teh.

Mendengar Melly, raut muka Dani mulai menunjukkan kepanikan.

Orang lain mungkin tidak tau apakah teh ini asli atau palsu. Akan tetapi, Nenek yang sudah meminum teh selama bertahun-tahun sudah pasti mengerti.

“Apa benar? Coba tolong bawakan ke sini teh itu,” ujar Nenek, Kepala Keluarga Tan.

Dani yang tampak bersalah menyerahkan teh tersebut dengan muka panik

Melly yang ingin suaminya dipuji langsung berkata dengan suara keras dan lantang, “Tadi, Radit juga sudah bilang.“

Wajah Nenek menunjukkan ekspresi tidak senang. Dani rasanya ingin mati saja. Dia bahkan bisa melihat wajah orang tuanya juga pucat. Jika apa yang dikatakan Radit benar, Nenek pasti akan marah besar. Keluarga Dani mungkin akan mendapatkan warisan yang paling sedikit di masa depan.

Melly melirik suaminya dan berpikir akhirnya suaminya melakukan hal yang berguna untuk keluarga Tan. Jika Nenek memuji kemampuan suaminya, perlakuan kelurga Tan pasti lebih baik lagi padanya.

Tapi tiba-tiba, secara mengejutkan nenek menyiram air dingin ke Melly.

“Teh ini asli! Mengapa kamu tega menfitnah dani?” Nenek lalu bertanya sambil menatap Radit.

Radit terpana. Jelas sekali ada masalah dengan teh itu. Dia tahu bahwa nenek adalah ahli dalam teh. Bisa-bisanya, Nenek mengatakan teh ini asli?Dia betul-betul kaget. Apakah kecurigaannya tidak terbukti? Atau mungkin mata Nenek yang sudah rabun?

“Nenek coba lihat lagi dari dekat. Teh ini ... “

Radit yang masih ingin menjelaskan, disela dengan tajam,” Maksudmu, aku sudah tua dan mataku sudah rabun, sehingga tidak bisa membedakan mana yang asli dan yang mana yang palsu? Aku adalah Kepala Keluarga Tan dan mengatakan dengan jelas kalau teh ini asli!“

“Radit, Nenek 'kan bilang itu teh asli. Apa lagi sih yang ingin kamu jelaskan?”

“Nenek, jangan marah. Radit sebenarnya tidak tahu apa-apa. Dia hanya berpura-pura saja menjadi ahli teh.”

“Radit, kamu masih belum mau minta maaf kepada Dani?”

Suara-suara penjilat mulai muncul kembali.

Radit memandang Nenek dengan senyum masam di wajahnya.

Nenek bukannya rabun. Akan tetapi, dia hanya tidak ingin mengakui kalau teh ini palsu karena dia tidak ingin membuat cucunya merasa malu.

'Ya, aku memang hanyalah orang luar di keluarga Tan. Menantu yang tidak berguna di depan semua orang. Bagaimana mungkin menyalahkan Dani hanya karena diriku?' batin Radit

"Plakkk!!!!!" Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Radit.

Melly menggertakkan gigi, saking marahnya. Lalu memandang Radit dan berkata, ”Aku seharusnya tidak menaruh kepercayaan sama sekali terhadapmu.”

Wajah Radit terasa panas dan sakit. Kuku Melly yang panjang membuat goresan di wajahnya, hingga mengeluarkan darah.

Radit mengepalkan tangannya menahan emosi. Namun, seketika dia mengurungkan niatnya ketika menatap wajah Melly. Mata istrinya itu telah berkaca-kaca.

“Maaf, aku telah salah menilai teh itu,” ujar Radit pada akhirnya.

Melly merasa dirinya sudah dipermalukan Radit. Jika saja suaminya tidak banyak bicara, tentunya hal memalukan ini tidak akan terjadi.

“Apa gunanya minta maaf padaku? Minta maaf sana sama Dani,” ujar Melly.

Radit menarik nafas dalam-dalam dan berjalan ke arah Dani.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Singgih Utami
sampai bab ini alur ceritanya sama persis suami yg dibuang sayang.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status