Share

Bab 4 Pria mesum

       Suara lenguhan dan desah kenikmatan memenuhi kamar kontrakan Alvian. Setelah bercinta di dapur, Alvian membawa Dinda ke kamar dengan menggendong wanita itu tanpa melepaskan penyatuan mereka. Tubuh Dinda yang mungil memudahkan pria itu membawa kekasihnya. Tinggi Dinda hanya sebatas bahu Alvian yang memang mempunyai postur tubuh yang tinggi.

Kini mereka bercinta di atas ranjang yang empuk. 

"Kamu sangat luar biasa sayang." Alvian masih terus menyatukan miliknya dan milik Dinda. Hingga keduanya mencapai klimaks dan cairan kenikmatan itu tumpah dalam rahim Dinda. 

"Aku mencintaimu." Alvian mencium kepala Dinda dengan sayang seraya tersenyum. Hal itu tak pernah ia lupakan setelah mereka selesai bercinta. 

"Aku lebih mencintaimu." Balas Dinda dengan tersenyum. Alvian menyatukan kening mereka seraya mengatur nafas yang terengah tanpa melepaskan miliknya yang masih berada dalam milik Dinda. Cairan itu terasa hangat, dan Alvian sangat suka berada dalam milik kekasihnya.

"Satu ronde lagi?" Alvian menarik kepalanya dan menggoda Dinda. Ia menaikkan alisnya seraya tersenyum menggoda. Menatap kekasihnya dengan penuh nafsu. Rasanya ia tak rela jika penyatuan mereka berakhir.

"Maass.. aku lelah. Kamu sudah berkali-kali menghajarku sore ini." Keluh Dinda mengerucutkan bibirnya. Karena sejak tadi Alvian tak sedikit pun melepaskannya. Pria itu seperti tak pernah lelah.

"Tubuhmu itu candu sayang. Aku tak akan pernah puas meskipun kita sudah melakukannya berkali-kali. Aku selalu mau lagi dan lagi." Ucap Alvian terkekeh.

Dinda mencubit lengan Alvian pelan. 

"Turun dari tubuhku." 

"Tidak akan." Alvian malah gencar menjelajahi leher jenjang kekasihnya. Membuat Dinda kembali mendesah, kini  bibir Alvian turun kebawah menyesap bukit kembar milik Dinda. Lidahnya bermain-main cukup lama lidahnya. Membuat Dinda tak kuasa untuk menolak. Ia pun menikmati sentuhan pria muda itu.

"Maass.." Dinda meremas rambut Alvian, merasakan hasrat yang kembali membara. Alvian menggerakkan pinggulnya maju mundur karena miliknya yang masih mengeras dan  sejak tadi masih berada dalam milik Dinda.

"Akhh maass.." Desahan Dinda membuat Alvian kembali bersemangat. Ia semakin mempercepat gerakannya, membuat Dinda melenguh nikmat. 

Alvian membungkam bibir Dinda menggunakan bibirnya, lidah mereka saling membelit. Menikmati penyatuan yang membuat mereka bagai terbang ke angkasa. Hingga beberapa menit berikutnya Alvian kembali mengerang, ia kembali memuntahkan cairannya. 

Alvian merebahkan tubuhnya kesamping, peluh membasahi tubuhnya yang atletis. Meski di luar sedang hujan lebat, tapi kedua insan  ini tak merasakan kedinginan. Gelora asmara membakar keduanya.

"Terimakasih sayang."

Alvian mendaratkan ciuman di bibir Dinda dengan lembut. Lalu menarik Dinda kedalam pelukannya. Sesekali mengecup ujung kepala kekasihnya. Sungguh ia sangat mencintai kekasihnya ini meski terpaut usia yang jauh. Ia tak perduli, bahkan status janda yang di sandang Dinda tak menyurutkan rasa cintanya. Tak penting status ataupun usia bagi Alvian, yang penting ia bahagia bersama kekasihnya. 

"Mas.." 

Saat ini Dinda berada dalam pelukan Alvian, jemari lentiknya membuat garis abstrak di dada bidang kekasihnya.

"Iya sayang." Sahut Alvian dengan mata terpejam.

"Siapa gadis tadi?" Bayangan gadis yang menyapa Alvian tadi sore masih berkeliaran di pikiran Dinda. Membuat hatinya tak tenang, karena yang ia lihat gadis itu memiliki ketertarikan pada kekasihnya.

"Langganan ojek sayang." Jawab Alvian masih terpejam. Matanya terasa berat dan tubuhnya lelah setelah pergumulan yang entah sudah berapa kali mereka lakukan.

"Beneran cuma langganan?" 

"Iya sayang. Percaya sama mas." 

"Aku percaya sama mas, tapi aku tak percaya pada gadis itu." 

Alvian terpaksa membuka matanya, menarik dagu Dinda yang berada dalam pelukannya. Mengecup bibir ranum sang kekasih sebentar. Ia menatap manik coklat sang kekasih, menangkup kedua pipi Dinda dengan tangannya yang lebar.

"Percayalah sayang, mas tidak akan tergoda oleh gadis manapun. Kamu tidak akan pernah tergantikan. Cuma kamu yang mas mau, hari ini esok dan selamanya." Ucap Alvian meyakinkan. 

Dinda tersenyum, entah kenapa ucapan Alvian sangat menyenangkan. Tapi sedetik kemudian senyum itu surut, digantikan dengan bibir yang mengerucut.

"Tapi dia cantik mas. Dia juga masih gadis, sedangkan aku?" Tiba-tiba Dinda menjadi Insecure mengingat statusnya.

"Bagi mas, kamu yang paling cantik. Memangnya kenapa kalau dia masih gadis? Apa cinta memandang status? Mas tidak sepicik itu sayang. Mas tulus mencintai kamu. Mas cuma mau kamu yang akan  menjadi pendamping mas kelak. Cuma kamu!" Alvian kembali menarik wanitanya kedalam pelukan. 

Dinda tersenyum, ia selalu bahagia ketika bersama pria ini. Tak perduli temannya sering mengatai nya bermain dengan berondong. Karena kenyataannya ia tak  main-main dengan Alvian, ia hanya  menginginkan Alvian yang menjadi pendamping hidupnya kelak.

"Sayang, apa benar kamu tidak pernah punya perasaan pada teman lamamu itu?" Kali ini Alvian yang bertanya. Ia sangat cemburu melihat kedekatan mereka saat di Cafe.

"Kita cuma teman lama mas. Aku tidak pernah punya perasaan lebih dari teman." 

"Tapi aku melihat cinta dimatanya untukmu. Cara dia memandang kamu, cara dia memperlakukan kamu. Itu berbeda sayang, itu lebih dari sekedar teman. Dan apa maksudnya akan memberikan aku wejangan? Memang dia Bapak kamu. Sok ngasih wejangan segala ." Ujar Alvian gusar. Ia sangat cemburu.

"Dia hanya ingin kamu tidak menyakitiku mas. Itu hanya bentuk kasih sayangnya padaku." Dinda mencubit hidung mancung kekasihnya. Ia tau, kekasih mudanya ini sedang cemburu. Dinda dan Alvian sama-sama posesif. Itu karena rasa cinta dan sayang mereka sama besarnya. Tak ingin ada celah untuk orang lain dalam hubungan mereka.

"Aku cemburu." Ucap Alvian dengan wajah sedih.

"Maaf ya. Aku akan menjaga jarak darinya, aku tidak akan terlalu dekat dengan Rio." 

"Beneran ya?" 

"Iya sayangku cintaku." Dinda mencium seluruh wajah Alvian.

"Aku mencintaimu. Aku tidak akan rela jika ada lelaki lain yang mendekatimu." 

"Aku lebih mencintaimu. Aku tidak akan dekat dengan lelaki lain mas. Aku cuma milikmu." 

Alvian mencium pucuk kepala Dinda, lalu memeluknya. Alvian menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.

"Tidurlah, nanti setelah hujan reda aku akan mengantarmu ke rumah kakak dan menjemput Nadira." 

Dinda hanya mengangguk dalam pelukan Alvian. Ia memejamkan mata dan menghirup aroma maskulin dari tubuh Alvian yang menenangkan. Hingga beberapa saat keduanya terlelap tanpa melepaskan pelukan dengan tubuh yang sama-sama polos. 

Jam delapan malam, keduanya baru terbangun. Dengan cepat Dinda melepaskan tangan Alvian yang melingkar di tubuhnya.

"Mas ini sudah malam. Aku harus pulang dan menjemput Nadira." Dinda mencari pakaian nya dan ia menemukannya berceceran di dapur. Ia segera mengenakannya dengan tergesa.

"Sayang kita mandi dulu baru menjemput Nadira." Alvian berjalan mendekat seraya memeluk Dinda dari belakang.

"Haish.. aku sudah terlambat mas. Lagipula mandi bersama akan memakan waktu yang lama." Ujar Dinda melepaskan pelukan Alvian.

"Sebentar kok sayang." Bujuk Alvian. Miliknya kembali mengeras membayangkan akan melakukannya di kamar mandi.

"Pakai bajumu dan antar aku!" Dinda mendelik, kali ini ia harus menolak ajakan kekasihnya itu. Ia menyodorkan pakaian Alvian yang berserakan.

"Sayang."

"Stop! Dasar mesum!" 

"Mesum-mesum begini kamu cinta kan?" Alvian mengedipkan sebelah matanya.

"Sudah tau masih nanya. Ayo buruan." Dinda mendelik seraya berkacak pinggang.

"Iya sayang iya." Alvian mengenakan pakaian, dan meraih kunci motor di atas meja.

Menyusul Dinda yang telah berjalan keluar rumah terlebih dulu. Wanita itu mencemaskan keadaan putrinya. Ia takut jika nanti putrinya akan menangis jika terlambat menjemput.

"Sayang tunggu." 

"Buruan pria mesum." Dinda sudah naik keatas motor Alvian. Ia sudah tak sabar ingin segera pergi dari kontrakan Alvian.

"Mesum-mesum begini pacarmu yang." 

"Iyalah. Masak pacar dugong." 

"Bibirmu yang, jadi pengen cium."

"Astaga mesum. Buruaaan.." Dinda benar-benar ingin melempar Alvian dengan sandal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status