Share

SUAMIKU SUAMIMU
SUAMIKU SUAMIMU
Penulis: pasaazka

Pindah

Sebuah truk besar yang memuat perkakas rumah berhenti di sebuah rumah kosong. Di belakangnya tampak mobil yang mengikuti, berhenti di belakang truk. Seorang wanita berjilbab krem dengan gamis yang senada turun dari mobil. Diikuti pria berusia 30 an mengenakan kaos kerah berwarna hijau.

Wanita itu bernama Sofia. Hari ini Sofia dan suaminya, Fuad akan menempati rumah yang baru dibelinya. Setelah menabung selama beberapa tahun dan beberapa kali pindah kontrakan akhirnya pasangan suami istri tersebut akan menempati rumah mereka sendiri. Rumah yang dibeli secara cash setelah mengikat pinggang selama bertahun-tahun agar bisa menggapai impian memiliki tempat untuk berteduh milik sendiri.

Rumah yang tidak bisa dibilang luas namun juga tidak terlalu sempit. Dengan halaman yang cukup luas di depan rumah yang rencananya akan ditanami beberapa sayuran oleh Sofia nanti. Karena inilah Sofia mantap untuk membeli rumah ini setelah melihat-lihat beberapa rumah yang hendak dibeli. Rumah dengan dua kamar dan satu kamar mandi. Dilengkapi dengan dapur kecil di belakang dan ruang tamu yang cukup luas. Cukup untuk menampung sekitar dua puluh orang.

Sofia tersenyum puas saat barang perkakas mulai diturunkan dari truk. Suaminya, Fuad sedang sibuk memberikan instruksi kepada para pekerja saat menurunkan barang perkakas mereka dari truk. Memberi tahu para pekerja untuk meletakkan barang itu dimana saja. Barang perkakas yang dibawa lumayan banyak, mengingat sudah delapan tahun mereka menikah.

Sofia memeriksa lagi rumah yang akan ditempati. Di dalam benaknya sudah tersusun rencana penataan rumah ini nanti. Kamar yang luas akan ditempatinya bersama suaminya sebagai kamar pribadi mereka. Sementara kamar satunya yang lebih kecil rencananya akan digunakan sebagai ruang salat. Mengingat mereka belum mempunyai anak, jadi belum membutuhkan kamar untuk anak.

Senyum lebar tak lepas dari bibirnya hari ini. Meskipun tubuhnya sudah mulai lelah namun tak begitu terasa terkalahkan oleh rasa bahagia karena impiannya untuk memiliki rumah sendiri tercapai sudah.

Sofia hendak membeli minuman yang akan diberikan kepada para pekerja setelah membongkar perkakas rumah. Dia segera berpamitan kepada suaminya untuk pergi ke warung.

“Mas, aku mau ke warung dulu ya. Mau membeli minuman dan camilan,” pamit Sofia.

“Iya, Dek. Sudah tahu warungnya dimana?” tanya suaminya.

“Tadi dalam perjalanan kulihat ada warung beberapa rumah dari sini.” Sofia menunjuk ke arah barat.

“Jauh enggak? Perlu kuantar?”

“Nggak usah, Mas. Dekat kok, aku jalan kaki saja,” tolak Sofia.

Sofia ingin berjalan sekalian melihat-lihat lingkungan yang akan ditempati nanti. Jadi dia harus mulai membiasakan diri dari sekarang dengan menghafalkan jalan di lingkungannya.

Warung yang dituju Sofia hanya berjarak tiga rumah dari rumah barunya. Warung yang terlihat kecil dari luar namun cukup lengkap barang dagangannya.

“Buk, permisi. Mau beli,” teriak Sofia saat melihat pemiliknya tidak ada di tempat.

“Ya ....“ Terdengar jawaban dari dalam yang diikuti langkah kaki mendekat.

“Iya, mau beli apa, Mbak?” tanya pemilik warung. Seorang perempuan berkerudung merah tampak menggendong anaknya yang berusia sekitar setahun.

“Teh botolnya ada, Bu? Oh iya, perkenalkan aku Sofia, yang akan menempati rumah kosong yang berpagar kuning, Bu.” Sofia mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pemilik warung.

“Ada, Mbak. Mau berapa botol? Oh iya, namaku Ranti. Panggil Mbak saja, jangan Ibu kesannya kok tua. Aku masih 32 tahun loh hehehe. Jadi Mbak Sofia yang akan menempati rumah kosong di samping rumah Mbak Lidya. Nanti jangan kaget ya kalau dengar suara-suara aneh. Mbak Sofia harus siap mulai sekarang.” Ranti menyambut uluran tangan Sofia.

“Suara aneh apa, Mbak Ranti?” Sofia keheranan dengan pernyataan Ranti.

“Nanti Kamu akan tahu sendiri, Mbak. Semoga saja bisa kerasan ya. Oh iya mau berapa Mbak, teh botolnya?” Ranti segera mengalihkan pembicaraan. Seperti ada sesuatu yang ditutupi.

“Lima botol, Mbak. Sekalian ini juga.” Sofia menyerahkan beberapa makanan kecil yang sudah dipilihnya.

“Totalnya 42 ribu, Mbak,” ucap Ranti setelah menghitung belanjaan Sofia.

“Ini, Mbak Ranti.” Sofia mengulurkan selembar uang lima puluh ribuan pada Ranti.

“Putranya usia berapa, Mbak Ranti?” tanya Sofia saat menunggu Ranti mengambil uang kembalian.

“Satu setengah tahun, Mbak. Anak bontot,” jawab Ranti ramah.

“Putranya sudah berapa, Mbak Ranti?” tanya Sofia lagi.

“Dua, Mbak. Yang pertama cewek sudah kelas tiga SD. Yang kedua ya yang kugendong ini. Mbak Sofia anaknya berapa?”

“Aku belum punya anak, Mbak,” jawab Sofia pelan.

Meskipun sudah menikah selama delapan tahun, Sofia memang masih belum memiliki momongan.

“Nggak papa, Mbak. Dinikmati saja dulu, mumpung masih bisa  berdua sama suami. Anggap saja bulan madu.” Hibur Ranti saat melihat wajah Sofia yang terlihat sedih saat membahas masalah momongan.

Sofia hanya tersenyum mendengar perkataan Ranti.

“Terima kasih, Mbak Ranti. Aku pulang dulu ya,” pamit Sofia.

“Iya, Mbak Sofia. Kalau butuh apa-apa monggo belanja di warungku lagi ya. Jangan kapok belanja kesini.” Tak lupa Ranti menawarkan warungnya kepada Sofia.

“Iya, Mbak Ranti. InshaAllah aku akan sering belanja kesini,” jawab Sofia.

Sofia berjalan pulang dengan santai sambil melihat lingkungan sekitar. Saat berpapasan dengan tetangga dia akan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sapaan ramah darinya sebagai warga baru di lingkungan ini.

Rencananya Sofia dan suaminya akan ke rumah Pak RT nanti sore. Hari ini dia berniat menata barang-barang di rumahnya bersama Fuad, suaminya. Mumpung hari ini dia libur. Fuad memang sengaja mengambil cuti di kantornya untuk membantu istrinya pindahan.

Saat sampai di rumah, terlihat sebagian besar barang sudah diturunkan. Hanya tersisa barang-barang yang cukup berat. Seperti kulkas, mesin cuci dan lemari. Sementara barang-barang kecil dan ringan lainnya sudah masuk di rumahnya.

Sofia segera menyiapkan minuman, dan membongkar peralatan dapur untuk mencari piring dan nampan. Kemudian menata makanan kecil dan teh botol yang dia beli ke dalam piring dan nampan, lalu membawanya ke depan. Menyerahkan nampan tersebut kepada suaminya agar diberikan kepada para pekerja.

Setelah dua jam, akhirnya semua barang dari truk sudah dipindahkan ke dalam rumah. Truk sudah pergi. Kini tinggal Sofia dan Fuad di dalam rumah, dengan barang-barang yang masih ditaruh di sembarang tempat. Kecuali barang-barang besar seperti kulkas dan lemari yang sudah ditaruh pada tempatnya sesuai instruksi dari Fuad dan Sofia tadi.

Kini hanya tinggal membereskan barang-barang kecil seperti menata baju di lemari atau menata piring di dapur. Sofia lega setidaknya pekerjaannya menata rumah hanya tinggal pekerjaan yang ringan.

Jam di dinding menunjukkan pukul satu siang. Sofia dan Fuad segera berwudu lalu salat dhuhur berjamaah di ruang salat. Tak hentinya Sofia bersyukur karena impiannya untuk memiliki rumah sendiri sudah tercapai.

Setelah salat, Sofia mulai menata barang yang tersisa. Dia ingin segera membereskan rumahnya agar tampak rapi dan sedap dipandang mata. Sofia memang risih bila melihat barang yang berantakan dan langsung membereskannya sesegera mungkin saat melihatnya.

Fuad yang masih kelelahan membantu para pekerja mengangkut perkakas berat tadi tertidur di kamar, sementara Sofia mulai menata pakaian dalam lemari bajunya. Meskipun perutnya mulai terasa lapar, namun Sofia menahannya. Tak tega rasanya membangunkan suaminya yang masih kelelahan hanya untuk mengajaknya membeli makanan. Sofia menunggu Fuad bangun sambil menata buku-buku yang dibawa.

Fuad terbangun pada pukul empat sore. Dia segera mencari Sofia yang ternyata di dapur sedang menata peralatan memasak dan perkakas dapur lainnya. Sofia sedang menyusun piring di rak saat Fuad masuk ke dapur.

“Dek, nggak capek? dari tadi kulihat kamu beres-beres terus,” kata Fuad saat melihat Sofia di dapur.

“Eh, Mas. Sudah bangun? Capek sih. Tapi aku risih melihat rumah berantakan.”

“Kamu nggak lapar? Cari makan dulu yuk.”

“Ayok. Aku sudah lapar dari tadi, Mas. Tapi kita salat ashar dulu.” Sofia menghentikan aktivitasnya dan segera berwudhu.

Setelah salat ashar, Sofia dan Fuad keluar untuk mencari makan. Mereka mencoba warung soto babat yang terlihat ramai pembeli. Biasanya warung yang ramai pembeli identik dengan rasa makanan yang enak sehingga banyak pembeli yang rela antre demi membeli makanan tersebut.

Ternyata dugaan Fuad benar. Perjuangan antre selama sepuluh menit terbayar dengan kuah soto yang gurih dan babat yang empuk. Sofia, istrinya juga mengakui kalau soto babat yang mereka makan memang enak. Wajar saja jika warung itu selalu ramai saat mereka makan. Selalu saja ada pembeli yang datang dan pergi untuk membeli soto babat yang enak.

Setelah dirasa cukup, Sofia dan Fuad pulang ke rumah. Setibanya di rumah Sofia memilih istirahat di kamar. Dia ingin meluruskan tubuhnya sejenak sambil menunggu azan magrib. Sementara Fuad mulai memasang televisi agar istrinya memiliki hiburan saat ditinggal kerja besok.

Fuad masuk ke kamar setelah selesai memasang televisi. Terlihat Sofia yang sedang terbaring di ranjang dengan memegang ponselnya. Fuad segera berbaring di samping istrinya.

“Dek, nanti habis magrib aku mau ke rumah Pak RT untuk menyerahkan fotocopy KK dan KTP. Kamu mau ikut atau di rumah saja?” tanya Fuad.

“Aku di rumah saja, Mas. Aku mau istirahat.”

“Baiklah. Istrirahatlah, kamu pasti lelah karena menata rumah seharian.”

Setelah salat magrib Fuad bersiap ke rumah pak RT. Sementara Sofia berbaring di ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tanpa menunggu lama Sofia langsung terlelap saat kepalanya menyentuh bantal. Tampaknya perempuan berkulit kuning langsat itu kelelahan setelah membereskan rumah seharian.

Fuad urung pamit, dan langsung pergi saat melihat Sofia yang tidur dengan nyenyak.

Praanggg....

Sofia terbangun dari tidurnya. Dia sangat kaget mendengar suara yang terdengar seperti piring pecah. Berikutnya terdengar beberapa barang yang dibanting. Sofia bangun dari ranjang dan mencari sumber suara tersebut. Sepertinya dari rumah sebelah.

Teriakan suara lelaki yang diikuti tangisa seorang perempuan terdengar cukup keras dari arah samping kanan rumahnya. Tangisan anak kecil yang menggelegar menambah keriuhan suara dari rumah sebelah. Terdengar bantingan beberapa barang yang tampak berat.

Sofia gemetar ketakutan mendengar keributan dari samping rumahnya. Dia keluar dari kamar untuk mencari suaminya dan menyadari bahwa suaminya sedang pergi ke rumah pak RT. Sofia akhirnya memutuskan untuk mengunci rumah dan masuk ke kamarnya lagi. Tak lupa pintu kamar juga dikuncinya agar lebih aman.

Suara teriakan bersahut-sahutan dengan tangisan anak kecil terdengar cukup keras dari kamarnya meskipun Sofia sudah mengunci kamarnya. Teriakan nyaring anak kecil yang kesakitan memohon ampun membuat gadis berkulit kuning langsat itu gemetar sendirian di dalam kamar.

Suara inikah yang dikatakan Mbak Ranti tadi. Sebenarnya apa yang terjadi di rumah sebelah. Kemana para tetangganya. Apakah mereka tidak mendengar keributan ini. Jika terjadi pertengkaran di rumah sebelah, kenapa tidak ada satu pun diantara mereka yang keluar untuk membantu dan melerai pertengkaran itu.

Sofia mengambil ponselnya untuk menghubungi suaminya agar segera pulang. Sofia merasa ketakutan mendengar keributan yang masih terus berlanjut di samping rumahnya.

Terdengar dering ponsel dari meja di ruang tamu. Ternyata Fuad tidak membawa ponselnya.

Sofia gelisah mendengar teriakan-teriakan yang bersahut-sahutan tak kunjung henti. Mulutnya tak henti mengucapkan doa apa pun yang terlintas di kepalanya. Setelah beberapa menit akhirnya keributan itu berhenti. Tak terdengar apa pun lagi dari rumah sebelah.

Terdengar pintu pagar dibuka dari luar. Sofia segera membuka pintu untuk menyambut suaminya yang baru pulang. Tak pernah dia merasa selega ini sebelumnya menyambut suaminya pulang ke rumah.

Setelah keduanya duduk, Sofia segera menceritakan peristiwa yang baru dialami ke suaminya. Fuad mendengarkan penuh seksama cerita Sofia.

“Mas, menurutmu apa yang terjadi di rumah sebelah?” tanya Sofia.

“Entahlah, Dek. Mas, juga tidak tahu.”

Sofia diam dan teringat perkataan Mbak Ranti tadi sidang. Jadi ini suara yang dia katakan tadi. Sofia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bertanya kepada Ranti langsung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Sangat bertanggung jawap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status