Sofia berjalan dengan cepat menuju rumah Lidya dan mengabaikan panggilan Fuad yang sedang menunggunya di ruang tamu. Dadanya terasa panas, dipenuhi oleh amarah yang terbentuk karena mendengar pendapat yang disampaikan Fuad saat sarapan tadi, sampai ia enggan untuk menghabiskan makanannya.
Sesaat setelah membuka pintu pagar, Sofia langsung menyadari perbuatannya lalu mengucapkan istigfar berkali-kali sambil menarik nafas dalam. Ia merasa menyesal karena menuruti amarah yang membakar dadanya sehingga bersikap kasar pada Fuad. Padahal lelaki itu tidak melakukan kesalahan yang besar dan hanya menyampaikan pendapatnya saja tadi.
“Astagfirullah ... Padahal Mas Fuad tidak salah apa pun. Ia hanya mengungkapkan pendapatnya padaku, tapi kenapa aku bisa semarah ini. Kenapa aku malah melampiaskan rasa kecewaku kepadanya?” batin Sofia menjerit karena penyesalan yang begitu dalam.
Ia menoleh ke belakang selama beberapa saat lalu menghela nafas panjang untuk menena
“Jadi ... Bagaimana, Mbak?” tanya Sofia saat melihat Lidya terdiam sambil memandanginya.Sofia tahu Lidya pasti sangat kaget setelah mendengar penjelasannya, tapi ia sudah tidak tahan lagi. Selama ini ia selalu bersabar untuk tidak mengatakannya pada Lidya sebelum memperoleh persetujuan dari Fuad. Namun karena topik pembicaraan Lidya barusan yang seakan mendukung gagasannya agar Lidya mau menikah dengan Fuad, Sofia akhirnya mengungkapkan pemikirannya saat itu juga.“Mbak ... Kamu serius dengan permintaanmu tadi? Memintaku menikah dengan Mas Fuad? Kenapa?” desak Lidya tidak sabar.“Aku serius, Mbak. Apakah wajahku terlihat sedang bercanda sekarang?”Lidya mengamati wajah Sofia yang memang terlihat serius sekarang. Tidak ada senyum yang terlihat sama sekali di wajah cantiknya.“Kenapa? Bolehkah aku tahu alasannya?”“Karena aku mencintainya. Semua ini demi kebahagiaan Mas Fuad. Aku takut dia
Sementara di rumah sebelah, Lidya tidak bisa tidur malam itu. Ia terus memikirkan kata-kata Sofia hari itu. Tentang pernikahan yang harus dijalaninya sebelum rujuk kembali dengan Pram. Bisakah ia melakukannya, sementara hatinya masih tertambat sepenuhnya dengan Pram. Ia merasa seperti mengkhianati lelaki yang dicintainya jika harus menikah lagi.Lagi pula, siapakah lelaki yang bersedia menikahinya sekarang. Janda dengan tiga anak yang masih kecil-kecil. Meskipun ada lelaki yang bersedia menikah dengannya, ia ragu apakah lelaki tersebut bisa menyayangi ketiga anaknya dengan tulus seperti menyayangi anak kandungnya sendiri. Jaman sekarang jarang sekali ada lelaki yang benar-benar tulus dalam mencintai.Lidya yakin Pram akan kembali suatu saat entah. Firasatnya dengan kuat mengatakan bahwa lelaki itu akan kembali suatu saat nanti untuk bersatu kembali dengannya dan anak-anak. Karena itu ia harus segera bertindak sekarang juga. Sebelum Pram benar-benar kembali, ia harus su
Hari ini, Fuad duduk di hadapan penghulu yang kedua kali dalam hidupnya untuk mengucap ijab kabul. Di sampingnya duduk seorang wanita cantik yang dulu hampir saja bertunangan dengannya. Namun, tidak jadi karena ia kabur pada malam pertunangan mereka dan memilih pergi dengan kekasihnya. Kini ia akan menikahi wanita yang kini menjadi tetangganya tersebut sebagai istri kedua atas permintaan Sofia.Setelah Fuad menyetujui permintaan Sofia untuk menikah lagi, semua hal terjadi begitu cepat. Keesokan harinya Sofia mengabarkan padanya bahwa ia sudah menemukan wanita yang bersedia menjadi istri keduanya.Fuad hanya mengangguk pasrah dan menyerahkan semua urusan pada Sofia. Ia percaya pada pilihan istrinya dan tidak pernah sekalipun bertanya padanya siapa wanita yang akan menjadi istri keduanya. Melihat senyum yang muncul di wajah Sofia sudah membuatnya senang meskipun hatinya dilanda rasa resah yang tidak terkira.Sofia tampak tersenyum lebar dan bersemangat saat mencer
“Biarkan aku tidur di sini bersamamu malam ini, Dek. Hanya malam ini saja. Besok aku akan ke tempat Lidya. Aku janji,” pinta Fuad setelah mendengar ucapan Sofia yang menyuruhnya untuk tidur di rumah Lidya malam ini.Acara ijab kabul sudah selesai. Para penghulu dan tamu undangan sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tersisa Lidya, Sofia, Fuad dan anak-akan yang dijaga Mbok Rum serta beberapa pegawai toko yang tampak membereskan ruang tamu yang baru saja digunakan untuk acara ijab kabul.Lidya masih di kamar bersama para make up artis untuk melepas kebaya dan menghapus riasan di wajahnya setelah berfoto beberapa kali dengan Fuad dan anak-anak. Sedangkan anak-anak bermain di halaman ditemani Mbok Rum setelah makan siang tadi.“Mas ... Lidya sekarang juga istrimu bukan hanya aku saja. Jadi kamu juga harus mulai membiasakan diri untuk tidur bersamanya. Ingat tujuan utama dari pernikahan ini. Jadi ... Semakin cepat kamu tidur bersamanya akan se
“Jadi begitulah yang sebenarnya terjadi. Aku menceritakan ini pada kalian agar tidak terjadi salah paham yang akan menimbulkan fitnah di kemudian hari,” terang Sofia pada para pegawai setelah menjelaskan pada mereka tentang cerita dibalik pernikahan Lidya dan suaminya, Fuad.Para pegawai hanya terdiam menyimak penjelasan Sofia tidak ada yang berbicara sama sekali. Sofia memandangi mereka satu persatu menunggu tanggapan mereka tapi tidak ada seorang pun yang bersuara.“Baiklah, karena tidak ada pertanyaan lagi kita ke dapur saja. Kalian mau pulang kan? Bungkuslah beberapa lauk dan makanan di dapur untuk dibawa pulang, ayo dua atau tiga orang ikutlah denganku,” ajak Sofia seraya berdiri.Tugasnya untuk menjelaskan kejadian sebenarnya sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu bagaimana tanggapan mereka. Apakah setelah ini ada pembicaraan yang tidak mengenakkan lagi atau tidak. Semua kembali pada mereka sendiri karena ia sudah berusaha untuk m
Dengan langkah berat Fuad melangkah di belakang Lidya tanpa suara. Ia berjalan dengan lambat seakan ada beban yang sangat banyak menggelayuti pundak dan kakinya. Kepalanya menunduk memandang jalan di bawahnya seakan ada sesuatu yang menarik untuk dilihat.Fuad terus berjalan tanpa memandang ke depan sampai ujung kepalanya menabrak sesuatu. Ia segera mengangkat kepala dan mendapati Azzam memandang padanya dengan tatapan penuh tanya.“Maaf, Zam. Om tidak melihatmu di depan tadi,” ucap Fuad lirih.“Om Fuad malam ini menginap di rumahku ya?” tanya Azzam riang. Ia sudah diberitahu oleh Sofia tadi sore, kalau Fuad akan menginap di rumahnya malam ini agar tidak kaget.“Iya ... boleh kan?”“Tentu saja boleh sekali. Kenapa tidak dari dulu? Azzam kan jadi ada teman cowoknya,” sahut Azzam dengan senyum lebar.Usia Azzam akan mencapai sepuluh tahun beberapa bulan lagi sedangkan Azizah baru saja merayakan u
Sofia tertidur saat jarum jam menunjuk ke angka satu. Meskipun tidur larut malam, ia tidak bangun kesiangan keesokan harinya. Saat mendengar azan subuh berkumandang, ia bergegas menyingkap selimut dan melipatnya dengan rapi. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk membuang sisa-sisa metabolisme dan berwudu untuk menunaikan salat subuh.Setelah salat subuh Sofia bergegas membersihkan rumah dengan cepat sambil menunggu kedatangan Mang Udin. Ia berniat untuk belanja sayuran yang akan dimasak hari ini sekaligus menjalankan rencana yang sudah disusunnya semalam. Saat mendengar seruan Mang Udin yang khas dari luar, Sofia bergegas mengambil dompet yang sudah disiapkan di atas meja. Lalu berjalan dengan cepat keluar rumah. Sesampainya di luar ia merasa lega saat melihat Bu Lisa dan Bu Tari tampak sibuk memilih sayur dan lauk yang akan dibeli.“Bu Lisa, Bu Tari. Belanja apa?” sapa Sofia dengan ramah.“Tahu tempe saja yang murah. Sekarang semua serba mahal. Mbak Sofia mau masa
Fuad segera berpamitan pada Sofia sebelum berangkat ke kantor. Baru kali ia berangkat pagi-pagi karena harus mengantarkan anak-anak ke sekolah dulu. Ia merasa senang dan bersemangat membayangkan betapa serunya perjalanan berangkat nanti.Mendengar cerita Azzam dan Azizah tentang kegiatan belajar di sekolah dan saat bermain bersama teman-temannya merupakan hiburan tersendiri bagi Fuad yang merasa sesak karena pernikahannya dengan Lidya. Hingga membuat hubungannya dengan Lidya yang mulai mencair setelah sekian lama menjadi canggung lagi.Pikirannya yang terpecah karena harus memikirkan perasaan dua wanita yang menjadi istrinya saat ini. Juga tatapan mata Sofia yang selalu berharap besar padanya seakan berkata padanya untuk segera meniduri Lidya agar segera mempunyai anak. Padahal untuk menatap mata Lidya saat ini saja ia sudah merasa kesulitan. Apalagi harus menidurinya, membayangkannya saja sudah membuatnya pusing.“Kamu hari ini ke toko kan?” tanya F