Rencana Sofia untuk menanyakan kebenaran tuduhan yang disampaikan Fuad padanya ternyata tidak berhasil. Lidya sangat pandai berkelit bahkan selalu menghindar setiap kali Sofia mengajaknya untuk berbicara. Bahkan dengan pandainya Lidya memutarbalikkan fakta. Ia menghasut Fuad sekali lagi dan berbohong padanya. Mengatakan kalau Sofia mengancam dan mengintimidasinya agar tidak mengadu pada Fuad lagi.Fuad yang sedang dimabuk asmara kini mulai mempercayai setiap ucapan Lidya tanpa menyaring terlebih dahulu. Perkataan Lidya merasuk ke dalam benaknya tanpa ia sadari karena terus menerus didengungkan. Fuad mulai terpengaruh dengan hasutan Lidya. Meskipun tidak pernah bersikap kasar pada Sofia, tapi Fuad selalu berkata ketus setiap kali berbicara. Wajahnya juga tidak pernah tersenyum saat berhadapan dengan Sofia. Selalu terlihat dingin dan masam.Sofia mencoba bersabar menghadapi semua perlakuan Fuad padanya. Ia tidak pernah marah atau mengeluh. Selalu bersemangat setiap hari, berusaha
Sofia sedang menata baju dan beberapa barang yang akan dibawa ke dalam koper dan tas besar. Setelah berpikir cukup lama, ia akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya selama dua minggu. Fuad tidak keberatan saat Sofia menyampaikan niatnya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Mengingat sudah cukup lama Sofia tidak pulang dan bertemu dengan keluarganya.Setelah mendapat izin dari Fuad, Sofia segera mengajari Rani terkait manajemen toko selama dua minggu terakhir. Untuk berjaga-jaga jika Lidya tidak datang ke toko seperti yang dilakukannya selama ini. Meskipun Sofia sudah berpesan pada Fuad agar memberitahukan pada Lidya agar menjaga toko selama kepergiannya. Namun ia masih belum yakin sepenuhnya karena tidak ada jawaban dari Lidya setiap kali ia mengirim pesan padanya.Lidya hanya membaca pesannya tanpa membalas atau memberikan jawaban apa pun. Ditelepon pun tidak diangkat. [Mas, aku berangkat besok. Bagaimana dengan Mbak Lidya, apakah ia bersedia menjaga toko selama aku
Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, Sofia akhirnya sampai di tempat kelahiran. Kedatangannya disambut dengan hangat oleh ayah dan ibu, serta adik bungsu bersama dua keponakan Sofia yang masih kecil.Sofia memeluk ibunya cukup lama. Sampai tidak terasa air mata mulai membanjiri kedua pipinya. Bu Marni, ibu Sofia langsung mengurai pelukannya dan merasa heran dengan tingkah putri pertamanya.“Kamu kenapa, Nak? Apakah ada masalah?” tanya Bu Marni sambil menatap lekat wajah Sofia.Sofia hanya menggeleng pelan. Air mata mengalir semakin deras dan membasahi kedua pipi. “Katakan pada ibu apakah kamu ada masalah dengan suamimu?” Firasat seorang ibu memang tajam. Sejak Sofia mengabarkan akan pulang sendirian tanpa ditemani Fuad, Bu Marni sudah merasa heran. Tidak biasanya Sofia menempuh perjalanan jauh sendirian tanpa suaminya semenjak menikah.Sejak menikah, Sofia tidak pernah berpisah jauh dari Fuad dalam waktu yang lama. Bahkan saat acara pernikahan adik bungsunya.
“Sayang sekali. Padahal ibu sudah menunggu oleh-olehmu dari kemarin. Terutama keripik nangka dan keripik apel yang enak itu,” jawab Bu Marni dengan wajah bersedih.Sofia menarik nafas lega karena ibunya terlihat tidak curiga lagi.“Nanti aku telepon Mas Fuad deh, Bu. Biar dipaketkan kesini oleh-olehnya.”“Dah ... Nggak usah. Bilang saja ke Fuad suruh dia makan mewakili ibu. Daripada mubazir nggak ada yang makan.” Bu Marni mengibaskan tangan di depan wajah sambil menggeleng keras.“Iya, nanti pesan ibu aku sampaikan ke Mas Fuad.” Sofia tersenyum lebar mendengar jawaban ibunya. Ia merasa lega karena tidak perlu meminta tolong pada Fuad untuk membeli makanan khas daerahnya untuk dikirimkan kesini. Memikirkan hal itu saja sudah membuatnya malas.Malamnya, Sofia menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama ayah dan ibu di ruang tamu. Saling menanyakan kabar dan menceritakan hal seru yang selama ini jarang terjadi. Kesibukan selama mengurus toko membuatnya jarang berkomunikasi dengan keluar
Entah sudah berapa kali Fuad melakukan panggilan tapi tidak ada satu pun yang diangkat Sofia. Pesan yang dikirim beberapa saat lalu juga belum dibalas atau dibaca. Fuad bertambah gusar dan hanya bisa mengusap wajah kasar.Lidya sudah mengirimkan beberapa pesan pada Fuad, menanyakan kenapa masih belum pulang sampai sekarang. Juga menelepon beberapa kali. Namun sengaja diabaikan oleh Fuad dan tidak diangkat karena masih cemas memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Sofia.[Dek, apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Kenapa kamu tidak membalas pesan atau mengangkat teleponku? Apakah kamu marah padaku?]Fuad mengirimkan pesan sekali lagi pada Sofia. Lalu melempar ponsel dengan kasar ke atas kasur setelah lelah menunggu balasan. Namun ponsel yang dipegang tetap bergeming.Lidya sepertinya juga sudah lelah menghubungi Fuad. Wanita itu mengirimkan pesan yang menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah beberapa saat lalu. Setelah itu tidak ada pesan atau telepon lagi darinya.Fuad akh
Lidya terlihat gelisah sembari mengetuk-ngetukkan pulpen yang dipegang ke atas meja. Digigitnya bibir bawah untuk mengurangi rasa cemas yang beberapa hari ini menyerang hati dan pikirannya. Sudah tiga hari Fuad tidak pulang ke rumah. Setiap kali dihubungi tidak pernah menjawab. Membalas pesan yang Lidya kirimkan dengan jawaban yang singkat dan pendek. Membuat Lidya bertanya-tanya dalam hati apa kesalahan yang sudah diperbuatnya sampai Fuad bersikap aneh dan dingin padanya.Bahkan alasan kehamilannya dan keinginan jabang bayi yang masih ada dalam perutnya kini sudah tidak mempan lagi. Hati Fuad tidak tergerak mendengar permintaan Lidya untuk pulang karena janin yang dikandungnya sedang merindukan ayahnya dan ingin dielus sebelum tidur. Fuad bergeming dan tetap tidak mau pulang. Ia memilih untuk tidur di rumah Sofia. Berangkat dan pulang kerja dari sana dan hanya mengambil baju kerja saat Lidya tidak ada di rumah. Atau meminta tolong pada Mbok Rum untuk mengantarkannya. Pernah Lidya
Lidya terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir di ruang tamu dari tadi. Sesekali ia akan mengintip dari balik jendela saat mendengar suara mobil mendekat untuk melihat apakah Fuad sudah pulang atau belum.Lidya berencana untuk berbicara secara langsung dengan Fuad untuk menanyakan perubahan sikapnya beberapa hari terakhir ini. Ia sudah merasa lelah karena harus menunggu setiap malam tanpa kepastian apakah Fuad akan pulang atau tidak yang mengakibatkan tidurnya tidak bisa lelap. Pikirannya juga menjadi tidak terkendali karena terus memikirkan apa salah yang sudah dilakukannya hingga Fuad bersikap seperti itu. Usahanya untuk menelepon atau mengirim pesan pada lelaki itu tidak membuahkan hasil. Terakhir kali saat menelepon lelaki itu tadi siang, Fuad bahkan tidak mendengarkan perkataannya sama sekali. Lelaki itu langsung menutup telepon setelah memberitahunya untuk mengirim pesan saja dengan alasan masih sibuk. Namun, pesan yang Lidya kirimkan tak jua mendapatkan balasan bahkan sampai
Lidya benar-benar dibuat tidak berkutik menghadapi sikap Fuad yang berubah total kepadanya. Lelaki itu tidak pernah pulang lagi atau menemuinya setelah pembicaraan terakhir malam itu. Fuad terus menghindari Lidya dan menolak saat diajak berbicara. Ia juga tidak menghiraukan semua permintaan Lidya dan meminta tolong pada Mbok Rum untuk memenuhi semua keinginannya. Seperti hari ini, Lidya mengirim pesan pada Fuad mengatakan ingin makan martabak. Sebenarnya ini hanya alasan Lidya agar bisa menemui Fuad. Namun ternyata Fuad malah memesan martabak secara online dan langsung mengirimkannya ke rumah Lidya. Dengan kesal Lidya membanting keresek martabak yang baru saja diantarkan ke atas meja. Taktik yang sudah disusun untuk mempengaruhi Fuad agar membatalkan rencananya menjemput Sofia tidak bisa berjalan sama sekali. Fuad benar-benar tidak mau menemuinya sama sekali sehingga tidak ada kesempatan untuk melaksanakan semua rancangan yang sudah disusun dalam otaknya.Panggilan telepon Lidya ti