Entah sudah berapa kali Fuad melakukan panggilan tapi tidak ada satu pun yang diangkat Sofia. Pesan yang dikirim beberapa saat lalu juga belum dibalas atau dibaca. Fuad bertambah gusar dan hanya bisa mengusap wajah kasar.Lidya sudah mengirimkan beberapa pesan pada Fuad, menanyakan kenapa masih belum pulang sampai sekarang. Juga menelepon beberapa kali. Namun sengaja diabaikan oleh Fuad dan tidak diangkat karena masih cemas memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Sofia.[Dek, apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Kenapa kamu tidak membalas pesan atau mengangkat teleponku? Apakah kamu marah padaku?]Fuad mengirimkan pesan sekali lagi pada Sofia. Lalu melempar ponsel dengan kasar ke atas kasur setelah lelah menunggu balasan. Namun ponsel yang dipegang tetap bergeming.Lidya sepertinya juga sudah lelah menghubungi Fuad. Wanita itu mengirimkan pesan yang menyuruhnya untuk segera pulang ke rumah beberapa saat lalu. Setelah itu tidak ada pesan atau telepon lagi darinya.Fuad akh
Lidya terlihat gelisah sembari mengetuk-ngetukkan pulpen yang dipegang ke atas meja. Digigitnya bibir bawah untuk mengurangi rasa cemas yang beberapa hari ini menyerang hati dan pikirannya. Sudah tiga hari Fuad tidak pulang ke rumah. Setiap kali dihubungi tidak pernah menjawab. Membalas pesan yang Lidya kirimkan dengan jawaban yang singkat dan pendek. Membuat Lidya bertanya-tanya dalam hati apa kesalahan yang sudah diperbuatnya sampai Fuad bersikap aneh dan dingin padanya.Bahkan alasan kehamilannya dan keinginan jabang bayi yang masih ada dalam perutnya kini sudah tidak mempan lagi. Hati Fuad tidak tergerak mendengar permintaan Lidya untuk pulang karena janin yang dikandungnya sedang merindukan ayahnya dan ingin dielus sebelum tidur. Fuad bergeming dan tetap tidak mau pulang. Ia memilih untuk tidur di rumah Sofia. Berangkat dan pulang kerja dari sana dan hanya mengambil baju kerja saat Lidya tidak ada di rumah. Atau meminta tolong pada Mbok Rum untuk mengantarkannya. Pernah Lidya
Lidya terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir di ruang tamu dari tadi. Sesekali ia akan mengintip dari balik jendela saat mendengar suara mobil mendekat untuk melihat apakah Fuad sudah pulang atau belum.Lidya berencana untuk berbicara secara langsung dengan Fuad untuk menanyakan perubahan sikapnya beberapa hari terakhir ini. Ia sudah merasa lelah karena harus menunggu setiap malam tanpa kepastian apakah Fuad akan pulang atau tidak yang mengakibatkan tidurnya tidak bisa lelap. Pikirannya juga menjadi tidak terkendali karena terus memikirkan apa salah yang sudah dilakukannya hingga Fuad bersikap seperti itu. Usahanya untuk menelepon atau mengirim pesan pada lelaki itu tidak membuahkan hasil. Terakhir kali saat menelepon lelaki itu tadi siang, Fuad bahkan tidak mendengarkan perkataannya sama sekali. Lelaki itu langsung menutup telepon setelah memberitahunya untuk mengirim pesan saja dengan alasan masih sibuk. Namun, pesan yang Lidya kirimkan tak jua mendapatkan balasan bahkan sampai
Lidya benar-benar dibuat tidak berkutik menghadapi sikap Fuad yang berubah total kepadanya. Lelaki itu tidak pernah pulang lagi atau menemuinya setelah pembicaraan terakhir malam itu. Fuad terus menghindari Lidya dan menolak saat diajak berbicara. Ia juga tidak menghiraukan semua permintaan Lidya dan meminta tolong pada Mbok Rum untuk memenuhi semua keinginannya. Seperti hari ini, Lidya mengirim pesan pada Fuad mengatakan ingin makan martabak. Sebenarnya ini hanya alasan Lidya agar bisa menemui Fuad. Namun ternyata Fuad malah memesan martabak secara online dan langsung mengirimkannya ke rumah Lidya. Dengan kesal Lidya membanting keresek martabak yang baru saja diantarkan ke atas meja. Taktik yang sudah disusun untuk mempengaruhi Fuad agar membatalkan rencananya menjemput Sofia tidak bisa berjalan sama sekali. Fuad benar-benar tidak mau menemuinya sama sekali sehingga tidak ada kesempatan untuk melaksanakan semua rancangan yang sudah disusun dalam otaknya.Panggilan telepon Lidya ti
“Dek ... Kenapa kamu di sini? Bukankah sudah kubilang untuk menunggu di rumah saja, tidak usah menjemputku?” tanya Fuad dengan penuh semangat.Rasa kantuk dan lelah langsung sirna saat melihat Sofia tersenyum sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. Fuad tahu itu adalah ekspresi yang digunakan Sofia saat wanita itu bingung harus menjawab apa.“Aku merindukanmu.” Fuad menggenggam tangan Sofia dengan erat lalu mengecupnya cukup lama.“Mas ....,” bisik Sofia sambil mengedipkan sebelah mata beberapa kali seakan berusaha memberitahukan sesuatu padanya.“Ada apa?” tanya Fuad penasaran melihat tingkah aneh Sofia.“Ehem ....”Sebuah deheman terdengar pelan dari arah belakang. Fuad langsung menoleh dan melihat kedua mertuanya berdiri di belakangnya menatap dengan wajah menggoda.“Belum ada sebulan tidak bertemu tapi sudah kangen sekali ya?” goda Pak Harno dengan bibir diangkat pada satu sisi.“Ayah ...,” protes Sofia sambil mencebik kecil saat tahu ayahnya menggoda.“Eh ... Bapak, Ibu,” ucap
Sofia bingung harus membukanya atau tidak. Dulu, ia terbiasa memeriksa ponsel Fuad, membaca setiap pesan atau membuka galeri untuk melihat foto atau video yang tersimpan di dalamnya. Kegiatan rutin yang hampir setiap hari dilakukannya untuk mengetahui aktivitas Fuad hari itu. Bukan karena tidak percaya atau karena takut Fuad selingkuh.Begitu pula sebaliknya, Fuad juga sesekali akan memeriksa ponsel Sofia dan melihat-lihat isinya. Tidak ada rahasia sama sekali diantara mereka berdua. Karena itu baik Sofia maupun Fuad tidak pernah mengunci ponsel dengan cara yang rumit agar memudahkan keduanya untuk membukanya.Namun, semenjak Lidya hadir dalam kehidupan mereka, kebiasaan itu berubah. Fuad mulai memasang password pada ponselnya sehingga menyulitkan Sofia untuk membukanya. Ia juga selalu membawa ponselnya ke mana pun ia pergi. Bahkan saat ke kamar mandi. Hal ini membuat Sofia semakin penasaran untuk memeriksa apa sebenarnya isi ponsel Fuad. “Apa yang harus kulakukan sekarang? Jika a
“Beneran nggak mau kemana-mana? Mumpung kita di sini, Mas,” tanya Sofia sekali lagi saat Fuad menolak untuk diajak pergi keluar.“Iya. Aku mau istirahat di rumah saja sama kamu. Kita mengobrol dan menghabiskan waktu yang berkualitas di rumah saja sudah lama kita tidak melakukannya. Atau kamu mau packing barang-barang sekarang? Aku bantu biar cepat,” tolak Fuad tegas.“Baiklah kalau begitu. Kita di rumah saja seharian nanti.”Sofia menutup kembali lemari pakaian dengan keras. Sebenarnya ia sudah bersemangat sejak tadi pagi ingin mengajak Fuad bepergian berwisata kuliner. Memberitahukan makanan enak yang sudah dimakannya kemarin. Namun, karena Fuad menolak ia tidak bisa berbuat apa pun lagi. Berjalan ke pojok kamar, Sofia mengambil koper kecil yang dibawa untuk mengangkut beberapa pakaian yang dibawanya kesini dulu. Lalu mulai menata baju dan kerudung ke dalam koper dengan tenang. “Ada yang bisa kubantu?” tawar Fuad saat melihat Sofia mulai berkemas. “Tidak ada, Mas. Tidurlah s
“Siapa yang pingsan, Mas?” bisik Sofia sambil menjawil lengan Fuad. Fuad segera melambaikan tangan sebagai isyarat agar Sofia diam dan bersabar menunggu terlebih dulu. Sementara itu ia meneruskan pembicaraan dengan Mbok Rum di telepon.“Pingsan bagaimana maksudnya Mbok? Kapan?” tanya Fuad dengan tenang. “Sudah dua jam lalu, Pak. Barusan sudah sadar tapi katanya masih pusing. Mau saya antarkan periksa ke dokter tapi saya bingung, bagaimana dengan anak-anak kalau ditinggal?” jelas Mbok Rum panik.“Baiklah ... Mbok Rum tenang dulu, jangan panik. Aku sampai rumah paling cepat besok pagi, jadi sementara menungguku tolong jaga Lidya baik-baik. Penuhi semua kebutuhan dan permintaannya, kalau ada apa-apa segera hubungi aku,” perintah Fuad dengan tenang.Sofia langsung mencubit perut Fuad saat mendengarnya mengatakan mereka akan sampai besok pagi. Padahal selambat-lambatnya perjalanan pulang paling lama pukul sepuluh malam mereka sudah sampai di rumah. Fuad hanya mengedipkan sebelah mat