Share

Nafsu Gelap Sang Majikan
Nafsu Gelap Sang Majikan
Penulis: Black Eagle

Chapter 1

   Martin Dailuna tengah mengendarai mobilnya, raut datar selalu nampak di wajah kharismatiknya. Seperti biasa, tak ada yang menarik, baik di kantor maupun di rumah, semuanya monoton! Itulah pikirnya, bahkan istrinya pun sudah tidak menarik di matanya.

Pria berusia 43 tahun itu sama sekali tak tertarik lagi dengan apapun. Kerja, pulang, sarapan, dan tidur, hanya itu rutinitasnya setiap hari. Hal biasa yang tak menantang. Gurat lelah setelah bekerja terlihat di matanya yang dibingkai kacamata minus. 

    Dan akhirnya mobil warna putih miliknya memasuki gerbang besar, yang dibuka oleh seorang satpam di kediaman Dailuna. Kini, Martin berada tepat di depan pintu rumahnya.

   "Sial," umpatnya saat sadar bahwa dia lupa membawa kunci rumahnya, dia terpaksa harus menekan bel di rumahnya sendiri.

    Ting Tong!

     Ting Tong!

    "Apa aku harus menekan lagi?" Kesal karena sudah sebanyak 2 kali dia menekan bel namun tidak ada yang membuka pintu.

    Dia lalu menggedor-gedor pintunya dengan tangan kasar miliknya, lelah, dan emosi sudah memuncak pada dirinya. Panas dalam hati karena lama menunggu membuatnya harus memarahi orang yang akan membukakan pintun untuknya.

    Tok tok tok!

    Gedorang tangan Martin semakin terdengar, hingga suara datang dari balik pintu,"Tunggu!" Tidak lama kemudian terbukalah pintu lebar milik Dailuna.

    "Oh makasih, akhirnya dibuka juga!" Kasar, dia lalu mendorong sayap pintu dengan agak keras dan masuk ke dalam rumah tanpa melihat siapa yang membukanya, karena asing dengan bentuk tubuh yang dimiliki oleh orang yang membukakan pintu rumahnya, Martin berhenti dan berbalik memandangi tubuh gadis yang menunduk, dengan pakaian memasak yang ada pada dirinya menandakan bahwa dia adalah pekerja di rumah Dailuna, namun Martin tidak pernah melihat gadis itu berada di rumah sebelumnya.

    "Kenapa masih di sini?" tanya Martin dengan tatapan tajam pada si gadis. 

    Lalu kemudian gadis tersebut mendongak pelan dan menatap wajah serius yang ada di hadapannya. Saat si gadis mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah cantiknya, seakan mata Martin tersangkut pada mata yang sejak dari tadi sudah berkaca karena sikap kasar Martin, mata yang membuat pria setengah baya itu takjub dan menganga tipis, dengan kulit seputih susu, bibir semerah delima, dan alis melengkung indah layaknya panah dan saat itu, seakan Martin belum pernah melihat gadis cantik sebelumnya.

    Dia menelan ludah, lalu berkata, "Maaf Tuan, tadi saya sedang memasak untuk makan malam, jadi saya sedikit terlambat membukakan

pintu buat Tuan," ucapnya menunduk.

    "Sedikit? Kau membuat pemilik rumah ini

menunggu di hadapan rumahnya sendiri," balas Martin dengan tegas pada gadis di hadapannya.

    Walau cantik, dan membuat Martin takjub, itu tidak akan mampu membuat Martin Dailuna luluh sedikitpun, sikapnya akan selalu seperti itu,

kejam dan tidak banyak bicara.

    Tanpa bertanya siapa gadis yang di hadapannya itu, dia langsung berjalan mendaki tangga menuju kamar tidurnya.

    Martin memandangi wajahnya di hadapan cermin, terlihat beberapa kerutan di sela-sela matanya, Martin melepas kacamata dan memajukan wajahnya ke depan cermin melihat mata lelah dan sedikit kerutan di samping dan di bawah kelopak matanya, lalu sesaat kemudian terbayang mata indah yang baru saja ia pandangi, dan wajah polos nampak di benaknya.

    Martin melepas rompi hitam dan kemejanya menggantinya dengan baju biasa, walau tanpa rompi dan kemejanya dia tetap terlihat gagah karena memiliki postur badan yang atletis.

    Lalu kemudian seseorang membuka pintu, istri elegan nan cantik dari Martin, yang bernama Sarah Nadia Dailuna.

   "Kau pulang lebih awal Mart," ucapnya, dan langsung memeluk suaminya dari belakang.

    "Aku yang pulang lebih awal atau kau yang terlalu lama di kantormu?" Perkataan yang tentu menyakiti hati sang istri.

     Martin kemudian melepas pelukan sang istri dan berjalan seakan ingin keluar dan meninggalkan sang istri sendiri di kamarnya.

     Namun sebelum membuka pintu kamarnya

Martin berhenti dan berbalik.

    "Kau tahu gadis yang baru aku lihat tadi berada di rumah kita?"

     "Oh, dia anak Bi Ana, Andira, dia menggantikan ibunya karena sedang sakit, semoga dia sepandai ibunya dalam memasak dan merawat rumah kita," jawab Sarah.

    Martin dan Sarah menuju meja makan untuk makan malam, terlihat dua anak mereka Nadira dan Randy Dailuna sudah berada di kursi mereka masing-masing namun anak sulung Martin Dailuna yaitu Raisi Dailuna tidak terlihat di antara mereka, atau mungkin masih sibuk mengurus organisasi yang dia miliki di kampus itu membuat sulung dari Dailuna selalu telat makan malam di rumahnya.

     Andira Mirat namanya, gadis yang sekarang menyediakan makanan di setiap piring yang ada di meja makan dan tiba saatnya dia menyediakan makanan untuk Martin Dailuna, disaat tangan Andira menaruh makanannya, tangan berkulit putih terlihat jelas indahnya di mata Martin, dan bau parfum yang dihirup langsung oleh hidung mancung milik Martin Dailuna membuat Martin ingin sekali menempelkan hidungnya tepat pada tubuh yang berbau harum itu, ingin sekali dia menyentuh tangan lembut nan putih layaknya kapas yang menaruh makanan di setiap piring di meja makannya, ingin sekali dia puas memandangi lekat-lekat mata cerah milik Andira, tak sedikitpun gerakan milik Andira yang tak ditatap oleh Martin, tak sedikitpun. LAda sesuatu yang tidak biasa terjadi pada Martin setelah makan malamnya, matanya selalu saja memandangi setiap gerakan Andira, disaat Andira keluar masuk dapur, maka tatapan Martin pun akan keluar masuk dapur, saat mereka sedang berada di ruang utama menonton telivisi bersama anak-anak dan istrinya bukannya menonton acara yang ada di televisi matanya malah menonton setiap gerakan dari Andira.

      Andira masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan untuknya mata Martin pun tetap mengikuti. Lama kemudian Raisi Dailuna datang, pria yang jika dilihat sangat mirip dengan Martin namun sikapnya sangat berbeda, Martin yang dikenal dengan sifat cueknya maka anaknya dikenal dengan karakter yang begitu supel.

    "Putraku sudah datang rupanya," sambut

Sarah, dia langsung menghampiri sang anak

dan memeluknya, sedang Martin dia bukannya

menyambut anaknya dia malah masuk ke ruang

kerjanya dan merenungkan sesuatu di dalam ruang yang penuh dengan buku dan berkas kerja

     "Apa aku terlambat lagi makan malamnya?" tanya Raisi, setelah melepas pelukan sang mama. 

    "Ah Kakak selalu tepat waktu di kampus tapi tidak pernah tepat waktu di rumah," ucap Nadira, lalu menjulurkan lidahnya mengejek kakaknya.

    Kesal sekaligus gemas dengan tingkah adiknya membuat Raisi berlari dan menuju adiknya berniat mencubit pipi milik Nadira namun sebelum itu Nadira sudah berlari duluan. Sedang Randy, si bungsu masih asik menonton acara televisi dan datang sang mama duduk di sampingnya merangkul anak bungsunya itu.

    Raisi masih berlari mengejar sang adik dan tanpa sengaja matanya tersangkut pada Andira yang baru saja keluar dari kamarnya. Tatapan Raisi sama terpukaunya seperti Martin saat memandang Andira untuk pertama kalinya.

     Sedang Martin dia terlihat duduk dan menggambar sesuatu di atas kertas di meja kerjanya, dia terlihat sangat tenang dan terus menggambar wajah Andira menggunakan pensil dan dengan warna hitam putih. Setelah meluangkan waktu yang cukup lama menggambar wajah Andira akhirnya selesai dan terlihat sempurna, wajah yang dalam setengah hari ini, menari di benak Martin Dailuna. Setelah menggambarnya, Martin kemudian menulis di bagian bawah kertas itu dengan tulisan 'MILIKKU' tulisnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Bapak anak suka anak pembantu
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Waduh bapak sama anak suka sama anak pembatunya, kasihan andira kl sampai itu terjadi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status