Share

Chapter 5

***Aku Martin Dailuna, seorang pengusaha yang banyak disegani, yang memiliki segalanya, segala hal yang kuinginkan, apapun yang kuinginkan akan aku dapatkan, dan harus aku dapatkan.

Walau hal yang kuinginkan mengandung dosa yang mungkin akan meleburkan aku ke dalam api, yang membakar setiap pecahan diriku hanya karena hal yang kuinginkan adalah yang terlarang.

Dalam setiap hariku, setiap detik nafasku, aku menemukan seorang pria yang membosankan dalam diriku, seorang pria pengecut yang bersembunyi di balik jas kebesarannya dan takut menunjukan sisi lainnya. Lalu dia datang, yang membuatku terpaksa menunjuka sisi gila yang sudah lama tersembunyi. Dia yang menghilangkan rasa pengecut, dan ambisiku kemudian meningkat untuk memiliki segalanya, apapun itu, yang kuinginkan akan menjadi milikku. Aku pria yang mungkin bisa terlihat hina. Aku yang mungkin kehilangan sisi takutku, karena seorang gadis yang mencintai putraku, yang membuatku harus bersaing dengan putraku sendiri. Aku Martin Dailuna, yang bediri tepat di hadapan surga dunia namun tanpa sadar akan membawaku ke dalam neraka***.

Martin terlihat sibuk memainkan jemarinya di atas keyboard laptop miliknya, lalu kemudian terlintas dalam benaknya lantunan musik biola

yang dimainkan oleh Andira. Lantunan musik indah yang kini sedang bermain dalam benak Martin Dailuna, begitu indah, membuat Martin tanpa sadar tersenyum, mata lelahnya berhenti menatap layar laptop, seakan hatinya telah dihiasi oleh bunga-bunga indah yang ditabur oleh tangan lembut milik Andira.

Dia kemudian menarik kacamatanya keluar dari tatapannya, dan menatapa ke arah jendela yang menampakkan pemandangan langit biru yang dihiasi dengan bangunan pencakar langit.

Martin kemudian berdiri dan berjalan pelan ke arah jendela, menatap seekor merpati sedang mematuk-matuk sesuatu yang berasal dari luar jendela Martin. Pria yang sekarang tak lagi mengenakan kacamata itu kemudian melihat betapa banyak makanan yang sudah

dikumpulkan oleh merpati itu, namun hanya dia yang menikmatinya, dan tanpa memedulikan makanan miliknya merpati itu terbang bebas, bersama seekor merpati lain yang tiba-tiba datang kepadanya. Mungkin merpati itu adalah seokor betina yang memberi senyum pada merpati jantang dan membawanya pergi ke kehidupan bebas.

Busa dilihat senyum tipis terlintas di bibir Martin melihat pemandangan burung merpati itu.

Asik memandang dua ekor merpati terbang

bebas bersama tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Hm, masuk!" ucap Martin saat mendengar

ketokan pintu dari luar.

Martin berbalik dan melihat, Nadira putrinya sudah berdiri di depannya.

"Nadira?" Martin, terlihat kerutan di dahinya.

"Hai Pa," balas Nadira dengan senyum di

bibirnya.

Martin berjalan ke kursinya dan duduk di sana.

Dia bertanya-tanya kenapa Nadira harus

datang ke kantornya.

"Ngapain ke kantor Papa?" tanya Martin.

"Uang aku udah habis Pa, aku mau minta uang, aku juga mau beli ponsel baru karena ponselku udah tua, dan ada ponsel keluaran terbaru, jadi aku mau beli Pa," ucap Nadira, senyum manis

masih terlihat di wajahnya.

Martin menghela nafas, lalu berkata,

"Bukankah Papa memberimu uang jajang

seminggu yang lalu, dan kau minta lagi. Dan Papa mau lihat ponselmu!" Martin menjulurkan tangannya tanda meminta ponsel milik Nadira.

Nadira menatap mata Martin dan memberikan ponsel miliknya. Martin kemudian melihat ponsel milik Nadira yang masih utuh dan terlihat baik-baik saja. "Tidak! Papa tidak akan memberikan mu uang untuk membeli ponsel, Papa hanya akan memberikan mu uang jajang, ok?" ucap Martin sambil berdiri dan mengambil uang di dalam brangkas yang berada tepat di belakang kursi Martin. Pria itu memang menyimpanu angannya di brangkas miliknya sendiri, dia punya dua brangkas uang, pertama di ruangan kerjanya di kantor dan di ruangan kerjanya di rumah.

Martin memencet kode kombinasi, yang tak

luput dari pandangan Nadira.

"Papa pelit!" ucap Nadira saat sudah

mendapatkan uang jajang namun tak

mendapatkan uang untuk membeli ponsel.

"Lain kali Papa akan beri, tapi tidak sekarang ok," ucap Martin, kembali duduk di kursinya dan kembali mengetik keyboard laptopnya.

***Aku ibarat burung merpati itu yang memiliki berjuta-juta kekayaan, namun hanya satu yang diinginkan, terbang bebas bersama sang kekasih lalu meninggalkan segala sepi yang merontah-rontah.***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Nadira dapat uang jajan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status