Share

Chapter 108

Air matanya masih saja mengalir, bahkan saat dia sudah bersama Martin. Mereka berdua sudah berada di atas mobil. Pak Mamat sendiri yang menjadi sopir dan Martin berada di belakang bersama Andira yang masih terisak.

Pak Mamat yang menjadi sopir mereka hanya diam dan tak bicara apa-apa, melihat Tuannya juga diam, dan yang harus dia lakukan juga hanyalah diam. Martin memandang keluar jendela dan mengabaikan suara tangis Andira yang sedikit mengganggu. Namun suara tangis dan isakannya juga sangat-sangat menjengkelkan.

"Sudahlah, menangis lah jika sampai di kamarmu. Aih… Bahkan istriku saja tidak menangis seperti itu," ucap Martin tanpa memandang ke arah Andira.

Andira mulai berhenti meneteskan air mata namun suara isakan darinya masih terdengar jelas.

"Aku… Aku melihat… Darahnya, aku terus mengingat darah itu." Andira, dia berkata dengan terbata-bata dan kembali menangis. Pak Mamat yang berada di depan merasa prihatin namun apa yang dilakukan Andira tidaklah baik, apalagi di hadapan T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status